Tubuh Amor tergolek lesuh di kasur, matanya terlihat sayu, mata yang biasanya bercahaya nampak redup seperti hilang cahaya hidup.
Sementara orang-orang yang mengangkat tubuhnya tadi satu persatu pergi, sekarang hanya tinggal satu laki-laki di sana.
Alena yang melihat pria itu segera tahu kalau orang yang tersisa ini merupakan pacar dari Amor yang kemarin dia lihat di dalam pikiran wanita itu.
"Kamu pasti Riki pacarnya Amor," Sapa Alena kepada pria itu.
"Iya," Jawab Riki yang bingung melihat Alena sebab dia belum pernah melihat wanita ini.
"Aku saudara Amor yang baru datang," Jawab Alena yang melihat kebingungan di wajah pria itu.
"Oooo," Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Riki.
"Apa yang terjadi dengan Amor, apakah sudah di bawak ke dokter?" Tanya Alena kepada Riki.
"Itulah yang membuatku bingung, kami sudah membawanya ke dokter namun kata dokter Amor tidak mengalami sakit apapun, seluruh organ tubuhnya normal," Jawab Riki yang nampak kebingungan.
Alena yang mendengar jawaban dari Riki menganggukkan kepalanya, kemudian dia menoleh ke arah Bik Suti yang baru keluar dari kamar Amor.
"Bik, bisa minta tolong bawakan air mineral ke kamar Amor," Alena berkata kepada Bik Suti.
"Baik non," Jawab Bik Suti tanpa bertanya segera menuju ke dapur.
Alena berjalan memasuki kamar Amor di ikuti oleh Riki yang menguntit di belakangnya.
Alena berdiri di tepi kasur tempat Amor terbaring, mata bidadarinya meradar seluruh tubuh Amor yang terbaring tanpa daya.
Cukup lama Alena menatap tubuh lemah Amor sebelum kemudian kepalanya mengangguk.
"Apa yang terjadi dengan Amor, kenapa dia menjadi seperti ini?" Tanya Riki yang kebingungan melihat tubuh orang yang dia cintai itu.
"Aku tahu kamu percaya dengan hal gaib karena kamu merupakan penulis cerita gaib," Alena berkata sambil menatap Riki.
"Darimana kamu tahu aku penulis cerita gaib?" Tanya Riki kepada Alena.
"Amor banyak cerita tentang kamu," Jawab Alena berbohong.
"Benar aku penulis cerita gaib namun sampai sekarang aku belum pernah bersentuhan langsung dengan hal gaib, cerita yang aku tulis berdasarkan kisah dari kawan-kawanku," Jawab Riki jujur di hadapan bidadari yang sedang menjalani hukuman itu.
"Sekarang saatnya kamu bersentuhan dengan hal gaib," Alena berkata kepada Riki.
"Maksudnya?" Tanya Riki masih bingung.
"Kamu lihat tubuh Amor, sekarang jasadnya memang di sini bersama rohnya jadi dia masih bisa dibantu, namun terlambat sedikit saja maka rohnya akan pergi menuju ke tempat orang yang melakukan hal ini padanya, dia terkena Santet Asmara," Jawab bidadari itu dengan yakin.
"Bagaimana kamu tahu?" Tanya Riki bingung.
"Bukan saatnya menjelaskan, aku akan mengunci roh Amor supaya tidak bisa di tarik dari jauh," Jawab Alena.
Dengan cepat Alena memegang ubun-ubun Amor dan segera menyalurkan kekuatan gaib bidadarinya yabg berupa sinar warna merah.
Sinar itu menyelubungi tubuh Amor cukup lama sebelum kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Amor.
Riki yang melihat apa yang dilakukan oleh Alena nampak terkesiap, mulutnya menganga tak percaya melihat apa yang dilakukan oleh wanita di depannya.
Ketika Alena mengangkat tangannya dari ubun-ubun Amor terdengar rintihan halus dari mulut Amor.
"Alena... Bantu aku...." Suara lemah keluar dari mulut Amor.
"Tenang saja aku akan membantu kamu, kamu istirahat sekarang sebab tidak akan ada yang bisa menarik roh kamu keluar," Jawab Alena yang di sambut anggukan lemah dari Amor.
Alena segera memutari tubuh Amor tiga kali untuk memagari tubuh itu dengan kekuatan gaib.
Ketika Alena selesai memutar tubuh Amor tiga kali dari arah pintu kamar masuk Bik Suti.
"Ini airnya non," Bik Suti berkata sambil menyodorkan airnya.
"Bik, apakah bisa di bawakan lima botol lagi air mineral seperti ini?" Tanya Alena kepada Bik Suti.
"Bisa non," Jawab Bik Suti cepat.
"Kalau begitu tolong ya bik, bawain sekarang," Kawab Alena.
Mendengar apa yang di minta Alena Bik Suti kembali dengan cepat menghilang ke balik pintu.
Alena tanpa menunggu lagi segera menyalurkan kembali kekuatan berwarna merah kedalam air mineral yang ada di dalam botol itu.
Sejenak air berubah menjadi merah semua sebelum kemudian perlahan-lahan berubah menjadi putih susu.
Alena langsung meminumkan air itu kepada Amor, walaupun lesuh Amor nampak meminum berapa teguk air yang di sodorkan oleh Alena.
"Sekarang kamu istirahat, biar aku yang menangani masalah ini," Alena berkata kepada Amor yang walaupun lesuh namun cahaya matanya sudah kembali.
"Bik tolong usapkan air ini ke seluruh tubuh Amor," Alena menyodorkan air di dalam botol kepada Bik Suti.
Kemudian tangannya mengambil lima botol air yang ada di tangan Bik Suti, walaupun tak mengerti maksudnya namun Bik Suti menurut saja apa yang di katakan oleh Alena.
Air yang baru dia ambil segera di salurkan kekuatan gaib melalui tangannya, namun kali ini air tersebut berbeda dengan yang pertama tadi.
Air di dalam botol bukan berubah menjadi putih susu melainkan berubah menjadi hitam pekat.
Setelah menyalurkan kekuatan pada air yang ada di dalam botol yang dia pegang, Alena segera menatap Riki yang masih memandangnya dengan takjub.
"Sekarang bukan waktunya bengong, kamu harus membantuku," Alena berkata yang membuat Riki menjadi tergagap.
"Iya, aku harus melakukan apa?" Tanya Riki yang bingung harus berbuat apa.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Alena kepada Riki.
"Jam setengah enam sore," Jawab Riki cepat.
"Bagus masih ada waktu, pertarungan gaib sebenarnya baru akan terjadi setelah matahari terbenam, jadi kita harus bersiap, kalau tidak di tuntaskan selamanya Amor akan terancam," Alena menjelaskan lagi kepada Riki.
"Siapa yang melakukan ini pada Amor?" Tanya Riki penasaran.
"Bukan saatnya bertanya, setelah kejadian malam ini aku akan menjelaskan semuanya," Jawab Alena lagi kepada Riki.
"Kalau begitu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu?" Tanya Riki yang menjadi bersemangat.
"Kamu letakkan air ini pada empat sudut bagian dalam rumah ini, sementara yang ini letakkan tepat di tengah-tengah rumah," Jelas Alena kepada Riki.
Tanpa banyak tanya Riki segera melakukan apa yang dijelaskan oleh Alena.
"Sekarang apapun yang terjadi jangan ada yang berlari keluar rumah ini," Jelas Alena kepada Riki dan Bik Suti.
"Apa yang kita hadapi?" Tanya Riki penasaran.
"Makhluk yang berasal dari golongan jin, yang diperintahkan oleh seorang dukun atas permintaan seseorang," Jawab Bidadari terbuang itu dengan mantap.
Setelah itu dia berkeliling di dalam rumah itu sebanyak tiga keliling baru kemudian dia tegak tak jauh dari botol air yang ada di tengah ruangan.
Semua orang nampak tegang kecuali Alena yang masih duduk santai di sebuah kursi yang ada di dalam ruangan itu.
Tepat jam enam sore angin kencang berhembus di dalam rumah tempat mereka berada.
Mulut Alena menyunggingkan senyuman penuh misteri, namun di mata Riki senyum itu nampak menyeramkan.
"Akhirnya datang juga tamunya," Desis Alena.
Belum hilang desisan Alena di atas atap terdengar benturan keras yang membuat kaget semua orang kecuali Alena.
Brakkk!
######
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek