Malam penuh harapan di Rumah Keluarga BrettMobil hitam dengan logo Brett Group di bagian pintu melaju perlahan memasuki halaman rumah mewah di kawasan Senopati Residence. Lampu taman menerangi jalan berbatu menuju pintu utama, memantulkan cahaya di cat mobil yang mengkilap. Sopir segera turun dan membuka pintu belakang.Seorang pria bertubuh tinggi dengan jas abu-abu elegan keluar dengan langkah tenang. Wajahnya menyiratkan kelelahan setelah perjalanan bisnis panjang, akan tetapi ada secercah kebanggaan dalam sorot matanya. Rayner baru saja kembali dari konferensi internasional di Singapura, di mana Brett Group dipuji atas terobosannya di dunia bisnis."Selamat datang, Tuan Muda Rayner," sapa sang asisten pribadi yang selalu setia kepadanya .Rayner Brett mengangguk dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Asisten Emir."Pintu rumah terbuka lebar. Di ambang pintu, berdiri dua sosok yang sangat dirindukan oleh Rayner, ayahnya, Tuan Zay Brett, dan ibunya, Nyonya Olivia Brett."Rayner!" ser
Hari-hari Deborah semakin suram sejak ayahnya, Tuan Riko, memisahkannya secara paksa dari suaminya, Rayner Brett. Kamar besar bergaya klasik dengan jendela berteralis besi terasa bagai penjara. Cahaya mentari yang masuk seolah-olah enggan, meninggalkan bayangan muram di dinding kamarnya.Deborah duduk di sudut kamar dengan wajah pucat dan mata sembab. Rambut panjangnya kusut, dan tubuhnya semakin kurus karena dia sering kali menolak untuk makan.“Rayner, aku ingin bertemu Rayner ....” gumam Deborah berulang kali.Di luar kamar, Endah, seorang bodyguard perempuan yang ditugaskan Tuan Riko untuk mengawasi Deborah, berdiri dengan raut wajah bimbang. Hatinya teriris melihat nona mudanya itu tersiksa. Setiap malam, dia dapat mendengar isakan tangis Deborah. Namun, perintah majikan harus ditaati olehnya mau tidak mau.Sore itu, setelah memastikan rumah sepi, Bodyguard Endah memberanikan diri masuk ke kamar Deborah. Dia membawa nampan berisi sup ayam hangat.“Nona Deborah,” sapa Bodyguard En
Pagi itu, di sebuah salon ternama di kawasan Jakarta Pusat, suasana tampak tenang dan eksklusif. Salon tersebut hanya menerima pelanggan VIP, sehingga privasi sangat terjaga. Dua wanita anggun duduk berdampingan di sebuah ruang privat, menikmati perawatan rambut mereka.Nyonya Olivia, ibunda Rayner, mengenakan gaun elegan berwarna pastel, dengan rambutnya yang sedang ditata oleh hair stylist profesional. Sementara itu, di sebelahnya, Nyonya Rina, ibunda Deborah, tampak mengenakan blus sutra berwarna biru lembut, menikmati masker wajah yang baru saja diaplikasikan oleh seorang beautician.Percakapan mereka pagi itu bukan sekadar obrolan ringan biasa, melainkan sebuah pertemuan rahasia yang membahas masa depan anak-anak mereka."Jeng Rina, aku sangat senang kita akhirnya bisa bertemu," ucap Nyonya Olivia dengan suara lembut. "Aku sudah lama ingin membicarakan ini denganmu."Nyonya Rina menghela napas pelan. "Aku juga, Jeng Olivia. Aku hanya tidak ingin ada masalah dengan Mas Riko, kam
Setelah pertemuan panjang dengan Zevan di restoran privat, Raynard merasa sedikit lebih tenang. Sebagai seorang pengacara terkenal, Zevan memberikan saran-saran yang masuk akal dan strategi hukum untuk menyelesaikan masalah pernikahan Rayner dan Deborah. Setidaknya, ada harapan untuk memperjuangkan hak Rayner sebagai suami yang sah.Sore itu, Raynard mengendarai mobil sportnya menuju rumahnya. Jalanan Jakarta yang cukup padat tidak mengurangi ketenangan hatinya kali ini. Biasanya, dia akan merasa frustasi dengan kemacetan, tapi kali ini pikirannya hanya dipenuhi oleh satu hal, bagaimana dirinya bisa membantu adik kembarnya untuk mendapatkan kembali istrinya.Saat memasuki area rumah mereka, gerbang otomatis terbuka, memperlihatkan halaman luas dan rumah mewah bergaya modern. Raynard memarkir mobilnya di garasi lalu keluar dengan langkah ringan. Begitu dia masuk ke dalam rumah, sang pria dapat melihat Rayner yang sedang duduk di ruang keluarga, menatap layar ponselnya dengan ekspresi k
Setelah selesai nongkrong bersama Rayner, Emir, dan Josh. Raynard pun memutuskan untuk bertemu teman lamanya saat sekolah dulu, untuk membicarakan perihal pernikahan Rayner dan Deborah.Sebuah restoran privat di Jakarta menjadi tempat pertemuan antara dua pria sukses yang dulu pernah berbagi bangku sekolah. Raynard, seorang CEO muda yang dikenal dengan kecerdasan dan ketegasannya, memasuki restoran dengan langkah percaya diri. Di sudut ruangan itu, seorang pria dengan jas hitam elegan dan postur tegap tengah menunggunya, Zevan Marvin, pengacara terkenal yang namanya sering muncul di berita hukum.Saat mata mereka bertemu, senyum lebar langsung menghiasi wajah masing-masing. Raynard berjalan mendekat, dan tanpa ragu, keduanya berjabat tangan erat sebelum saling merangkul."Zevan! Lama tidak bertemu, Bro! Aku lihat kamu makin sukses saja!" ucap Raynard sambil menepuk punggung sahabatnya."Raynard! Kamu juga! Semakin sukses! CEO muda yang penuh kharisma. Aku bangga padamu, Bro!" balas Z
Setelah pertemuan bisnis besar di sebuah ballroom hotel, Rayner Brett keluar dari gedung itu dengan langkah tenang, akan tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh bayangan Tuan Riko yang meninggalkan ruangan dengan ekspresi sinis. Pria itu pun mulai menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya.Di sampingnya, Raynard Brett, sang kakak kembar, berjalan dengan santai sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Meskipun tampak santai, Raynard sangat memahami kegelisahan yang melanda adiknya."Hei, Rayner," Raynard menepuk bahu adiknya. "Sudah cukup, seriusnya. Sekarang waktunya kita bersantai sebentar. Aku tahu restoran bagus dekat sini. Ayo kita makan."Rayner menoleh dengan ekspresi sedikit ragu. "Kamu yakin, Kak? Soalnya aku masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."Raynard malah terkekeh. Mendengar ucapan adiknya yang menurutnya sangat lucu.Pria itu pun lalu berkata,“Rey, sejak kapan kamu berubah menjadi serius begini. Santai dikit lah!” tukas Raynar