Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 43 – Xiao Lan yang Terancam

Share

Bab 43 – Xiao Lan yang Terancam

Author: Andi Iwa
last update Huling Na-update: 2025-03-22 08:15:28

"Berhenti!"

Suara itu menggema di seluruh ruangan.

Li Feng dan Jenderal Zhao menoleh dengan tajam. Di ambang pintu, berdiri seorang pria berjubah hitam. Sorot matanya penuh wibawa, auranya begitu kuat hingga membuat udara seakan membeku.

Li Feng terbelalak. “K-Kaisar?!”

Jenderal Zhao mengepalkan tinjunya, rahangnya mengeras. Ada ketegangan yang begitu pekat di dalam ruangan itu, seperti bara yang siap membakar segalanya.

Kaisar melangkah masuk dengan tenang, tetapi ada tekanan yang begitu kuat dalam setiap langkahnya. Para prajurit yang berada di sekitar segera menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung ke arah penguasa mereka.

“Kalian ingin bertarung di hadapan tahta kekaisaran?” Suara Kaisar terdengar lembut, tetapi di baliknya ada ancaman yang jelas.

Jenderal Zhao menarik napas panjang, lalu membungkuk dengan hormat. “Hamba tidak berani, Yang Mulia. Hamba hanya ingin me
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 44 - Misi Penyelamatan yang Mematikan

    "Apa…?!" Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sebuah pukulan keras menghantam perutnya. "Ugh!" Tubuhnya terlempar ke belakang, jatuh berlutut. Napasnya tersengal, rasa sakit menjalar dari perut ke seluruh tubuhnya. Ia mendongak, menatap Jenderal Zhao yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh kemenangan. "Aku sudah menunggu lama untuk saat ini," ujar Jenderal Zhao, suaranya dipenuhi ejekan. Cahaya dingin berkilat saat pedang sang jenderal terangkat tinggi, siap menebas kepala Li Feng! Li Feng memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Dengan refleks yang terlatih, ia menendang ke belakang, berguling ke samping tepat sebelum pedang Jenderal Zhao membelah udara di tempatnya tadi. Tebasan itu cukup kuat untuk menghancurkan lantai kayu tempatnya berdiri. "Cepat sekali…!" pikir Li Feng, jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha berdiri, tetapi lututnya masih terasa lemas akibat

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 45 – Duel Melawan Pembunuh Bayangan

    Di sudut ruangan, seorang bayangan lain mengintai. Mata tajamnya bersinar dalam kegelapan. "Menarik… Jadi ini pendekar yang dikabarkan mampu mengalahkan pasukan hanya dengan satu tebasan? Mari kita lihat… apakah dia benar-benar sehebat itu." Sosok itu menghilang, menyelinap ke dalam bayang-bayang. Pertarungan sesungguhnya belum dimulai. Li Feng berdiri di tengah ruangan yang remang-remang. Nafasnya masih teratur meskipun tubuhnya sedikit tegang. Di hadapannya, Xiao Lan terbaring tak sadarkan diri, terikat di kursi dengan beberapa luka di pergelangan tangannya. Ia bisa merasakan aura membunuh yang mengalir di sekelilingnya. Bukan dari para penjaga yang telah ia lumpuhkan sebelumnya, tetapi dari sesuatu—atau seseorang—yang bersembunyi di dalam bayangan. "Siapa pun dia, kemampuannya tidak biasa," pikirnya. Mata Li Feng menajam. Tangannya meraba gagang pedangnya, Pedan

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 46 - Pengorbanan yang Tidak Terduga

    Langkah kaki terdengar di luar ruangan. Li Feng segera meraih bahu Xiao Lan, membantunya berdiri meskipun tubuh wanita itu masih lemah akibat luka dan ikatan yang menahan pergerakannya terlalu lama. Wajahnya pucat, tetapi matanya menyiratkan tekad. "Kita harus pergi sekarang," bisik Li Feng, matanya mengarah ke pintu yang sedikit terbuka. Dari celah sempit itu, ia bisa melihat bayangan bergerak. Sreet… Sreet… Suara gesekan kain dengan lantai kayu terdengar samar. Setidaknya ada lima orang di luar ruangan ini. Mungkin lebih. Xiao Lan menarik napas dalam-dalam, mencoba berdiri tegak meskipun kakinya sedikit gemetar. "Aku bisa berjalan," katanya lemah. Li Feng mengangguk, meski ia tetap waspada. Ia menajamkan pendengarannya, memastikan setiap langkah yang akan diambil. Tidak ada jalan keluar selain melewati mereka. Namun, sebelum ia bisa bergerak, suara pelan terdengar dari sudut ruangan.

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 47 - Misteri di Balik Pedang Naga Langit

    Langit malam masih diliputi kesunyian yang mencekam. Li Feng dan Xiao Lan terus berlari tanpa henti, napas mereka tersengal-sengal. Jalanan berbatu di gang sempit menjadi saksi bisu pelarian mereka dari kejaran musuh yang entah berapa jumlahnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu Li Feng sejak tadi. Pedang Naga Langit yang ia genggam terasa semakin berat, seolah ada energi misterius yang perlahan-lahan membebani tubuhnya. "Li Feng… kita harus berhenti sebentar," ujar Xiao Lan dengan suara lemah. Kakinya gemetar, dan wajahnya pucat. Li Feng menoleh, menyadari betapa lelahnya wanita itu. Tanpa pikir panjang, ia menarik Xiao Lan ke balik sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Mereka bersembunyi di balik tumpukan peti kayu, berusaha mengatur napas. "Tunggu sebentar," kata Li Feng. "Aku akan memastikan kita aman." Ia mengintip dari celah peti. Bayangan hitam masih tampak berkelebat di kejauhan

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 48: Pilihan yang Sulit

    Li Feng menatap Nona Lan dengan mata terbelalak. Pengungkapan tentang kutukan Pedang Naga Langit mengguncang hatinya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, sementara pikirannya berputar mencari jawaban. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya dengan suara bergetar. Nona Lan menghela napas panjang. "Li Feng, pilihan ada di tanganmu. Kau bisa membuang pedang itu dan menjalani hidup biasa, atau menerimanya sepenuhnya dan menghadapi konsekuensinya. Li Feng terdiam. Bayangan ibunya yang sakit di desa Ping An muncul di benaknya. Ia merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik, namun takdir membawanya ke jalan yang penuh bahaya. "Jika aku meninggalkan pedang ini, apakah kutukannya akan hilang?" tanyanya. Nona Lan mengangguk. "Ya, tetapi kau juga akan kehilangan kekuatan yang telah kau peroleh. Kau akan kembali menjadi Li Feng yang dulu, seorang pemuda desa biasa. Li Feng menata

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 49 - Kaisar Memberikan Keputusan

    Li Feng berdiri di tengah aula istana yang megah, diapit oleh Panglima Wei dan beberapa pejabat tinggi. Udara terasa berat, seakan beban takdir menekan pundaknya. Pedang Naga Langit terselip di pinggangnya, masih berselimutkan aura dingin yang seakan berbisik di telinganya. Kaisar duduk di singgasananya, tatapan tajamnya menusuk Li Feng seperti pisau yang tak terlihat. Para menteri dan jenderal yang hadir di ruangan itu juga menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang kagum, ada yang iri, dan ada yang menyimpan niat tersembunyi. "Li Feng," suara Kaisar bergema di seluruh ruangan, membawa ketegangan yang sulit dijelaskan. "Kau telah membuktikan keberanian dan kemampuanmu dalam medan perang. Namun, banyak yang meragukan apakah seorang pemuda dari desa miskin layak menduduki jabatan tinggi di militer." Li Feng mengepalkan tangannya. Ia sudah menduga hal ini. Kekaisaran dipenuhi oleh orang-orang yang tidak ingin melihat seseorang seperti dirinya naik ke atas. "Tidak hanya itu," Ka

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 50: Awal Turnamen yang Berdarah

    Malam itu, saat Li Feng tertidur lelap di kamarnya, bayangan hitam melompat masuk melalui jendela tanpa suara. Belati tajamnya terhunus, mengarah tepat ke leher Li Feng yang terlelap. Namun, tepat sebelum belati itu menyentuh kulitnya, mata Li Feng terbuka lebar. Dengan refleks kilat, ia menggulingkan tubuhnya ke samping, menghindari serangan mematikan itu. "Siapa kau?!" seru Li Feng sambil melompat bangun, matanya menatap tajam ke arah penyerang. Bayangan itu tidak menjawab, hanya melangkah maju dengan gerakan lincah, menyerang kembali dengan kecepatan yang menakjubkan. Li Feng menghunus pedangnya yang terletak di samping tempat tidur, menangkis serangan demi serangan dalam kegelapan malam. Pertarungan sengit terjadi di dalam kamar sempit itu. Kedua belah pihak menunjukkan keahlian bela diri yang tinggi. Li Feng merasakan bahwa lawannya bukanlah penyerang biasa; gerakannya terlatih dan mematikan. Tiba-tiba, penyerang melompat mundur, berdiri di dekat jendela. Cahaya bulan yang mas

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 51 - Pertarungan Pertama dalam Turnamen

    Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari balik punggung Jenderal Zhao, sebuah senjata rahasia melesat menuju dadanya. Mata Li Feng membelalak. Jarum beracun! Refleksnya bekerja lebih cepat dari pikirannya. Dengan gerakan secepat kilat, ia memiringkan tubuhnya, nyaris menghindari serangan itu. Namun, satu jarum berhasil menggores bahunya, meninggalkan sensasi panas yang langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. "Heh, kau pikir aku akan membiarkanmu menang begitu saja?" Jenderal Zhao menyeringai, tatapannya penuh kemenangan. Li Feng merasakan tubuhnya melemah seketika. Racun! Napasnya mulai tersengal, sementara keringat dingin membasahi pelipisnya. Namun, ia tidak bisa kalah sekarang. Tidak di hadapan begitu banyak orang yang menyaksikan pertarungan ini. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia menggenggam pedangnya lebih erat. Tatapan matanya masih tajam, meski tubuhnya mulai kehilangan kendali. Zhao mengangkat pedangnya tinggi, bersiap memberikan

    Huling Na-update : 2025-03-26

Pinakabagong kabanata

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 132 – Jejak Pengkhianat di Istana

    Malam itu, langit di atas ibu kota menggantung berat, seolah menahan ribuan jeritan yang tak pernah diucapkan. Kabut tipis menyelimuti jalan-jalan batu, membuat istana megah di kejauhan tampak seperti bayangan raksasa yang menyamar di balik dunia nyata. Li Feng menarik napas dalam-dalam. Sial… pikirnya. Setiap langkah yang ia ambil di atas tanah kekaisaran kini terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca. Tidak ada lagi tempat yang aman. Tidak ada lagi wajah yang bisa dipercayai. "Kau yakin mau melakukan ini?" suara Mei Yue, pelan seperti desir angin, membelah kebisuan malam. Li Feng menoleh. Mata perempuan itu bersinar dalam temaram lentera jauh di belakang mereka. Ada ketegangan, ada keraguan. Tapi yang paling kuat… ada ketakutan. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuknya — untuk Li Feng. "Huh," Li Feng mendengus, setengah tersenyum getir. "Kalau bukan aku, siapa lagi?" Tanpa menunggu jawaban, ia melangka

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 131 – Negeri yang Telah Lama Hilang

    Langit abu-abu menggantung berat di atas reruntuhan Tianxiang, seakan langit sendiri menangisi kota yang pernah bersinar seperti permata di tengah kekaisaran. Angin membawa debu dan bau darah, menusuk ke dalam lubuk jiwa mereka yang masih bertahan. Li Feng berdiri diam, memegang gulungan kuno erat-erat di tangannya, seolah-olah kertas tua itu adalah satu-satunya jangkar yang mengikatnya pada kenyataan. "Sumpah Kaisar Pertama..." gumamnya lirih, matanya yang merah menatap kosong ke depan. "Shen Lu... negeri yang sudah lama dikabarkan lenyap... ternyata belum pernah benar-benar hilang..." Di sampingnya, Mei Yue memandang dengan tatapan gelap, seakan hatinya tahu lebih banyak daripada apa yang berani ia katakan. Akhirnya, ia menarik napas dalam-dalam, lalu berbisik, “Li Feng, kita harus berbicara. Sekarang.” Li Feng mengangguk tanpa suara. Keduanya bergegas ke sebuah bangunan setengah roboh — bekas rumah seorang saudagar, kini hanya kerangka

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 130 – Sumpah Kaisar Pertama

    Angin malam menusuk kulit, bagai jarum-jarum halus yang menari di sepanjang reruntuhan Kota Tianxiang. Asap membubung ke langit gelap, dan di antara puing-puing, Li Feng berlutut dengan tubuh menggigil, memeluk tubuh rapuh Putri Ling’er. “Ling’er…” suaranya serak, hampir tak terdengar. Putri itu menggenggam tangan Li Feng, lalu — dengan napas tersengal — menyerahkan sebuah gulungan tua, warnanya pudar, talinya nyaris rapuh. "Ini... rahasia... takdir kita," bisiknya. "Bawa... gulungan ini... ke tempat yang aman, Li Feng... Demi kita semua..." Dan kemudian—duk!—kepalanya terkulai di pelukan Li Feng. Li Feng menahan napas. “T-tidak… Tidak! Jangan tinggalkan aku!” Ia mengguncang tubuh Ling’er, matanya memanas, suara di dadanya bergemuruh seperti badai. "Aaaaaargh!" pekiknya, membebaskan kemarahan, kepedihan, dan penyesalan dalam satu teriakan panjang yang menggetarkan udara. Namun, t

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 129 – Air Mata Pendekar

    Api masih membara di mana-mana. Langit di atas Kota Tianxiang bukan lagi biru — melainkan merah darah, seperti dewa-dewa marah menumpahkan kemarahan mereka ke bumi. Debu dan asap membuat napas terasa berat. Setiap langkah terasa seolah melangkah ke dalam dunia yang baru saja dilahirkan kembali… lewat penderitaan. "Li... Feng..." Suara itu... lemah, serak. Hampir tak terdengar di tengah gemuruh bangunan yang runtuh. Tapi bagi Li Feng, suara itu lebih nyaring daripada semua guntur di dunia ini. "Aku di sini!" teriak Li Feng dengan panik, berlutut di sisi tubuh rapuh Putri Ling'er yang tergeletak di atas reruntuhan bata dan kayu. "Ya Tian... ya Langit..." gumamnya. Luka di tubuh Ling’er begitu parah—darah mengalir di sudut bibirnya, dan kulitnya lebih pucat dari salju. Tapi matanya... mata itu masih mencari-cari dirinya. Masih hidup. Li Feng meraih tangan Ling’er yang gemetar, mengangkat tubuhnya

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 128 – Api yang Tak Bisa Dipadamkan

    Angin malam menerpa keras, membawa bau logam darah dan asap terbakar ke setiap sudut kota. "Sialan... Apa ini?!" Li Feng terhuyung beberapa langkah ke belakang, matanya membelalak saat melihat lautan api melalap jalanan utama Kota Tianxiang. Gedung-gedung kayu runtuh satu demi satu, jeritan manusia, ringkik kuda, dan dentang senjata saling bertubrukan di udara, menciptakan kekacauan yang mencekik. "Tidak mungkin..." bisiknya. Hanya dalam semalam, kota megah itu — yang dulunya penuh hingar-bingar pedagang dan rakyat yang bercanda riang — berubah menjadi neraka di bumi. "Li Feng!" Teriakan Mei Yue mengembalikannya ke dunia nyata. Wanita itu berlari mendekat, wajahnya dipenuhi abu dan darah — entah darah siapa. "Pasukan asing! Mereka menyerang!" serunya, napas memburu. "Kita harus segera keluar dari sini sebelum—" BOOM! Ledakan keras mengguncang tanah. Dari kejauhan, sebuah menara pengawas runtuh, meng

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 127 – Kepingan Takdir

    "Tidak mungkin..." bisik Li Feng, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kesunyian Hutan Terlarang. Bayangan-bayangan makhluk hitam yang tadinya mengepung mereka telah lenyap, sirna bersama alunan nyanyian kuno Mei Yue. Namun, yang tersisa bukanlah ketenangan—melainkan kekacauan yang menggerogoti batin mereka. Mei Yue berdiri terpaku, matanya membelalak, bibirnya bergetar. "Aku..." katanya dengan suara serak. "Aku tak pernah tahu... bahwa ibuku..." Li Feng mengatupkan kedua tangan, mencoba menahan getaran di dadanya. Sial! Dunia terasa seakan terbalik. Seluruh perjalanan mereka, seluruh pertarungan mereka, semuanya—ternyata terikat pada sesuatu yang lebih besar, lebih kelam daripada yang pernah ia bayangkan. "Aku harus tahu lebih banyak," katanya tegas, langkahnya tertatih mendekati Mei Yue. "Kau... kau harus memberitahuku semua!" Mei Yue menggeleng perlahan. "Aku... aku hanya i

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 126 – Nyanyian Kematian

    Kabut hitam itu... astaga, seperti lautan tak berujung, bergulung dari segala penjuru. Li Feng menggenggam erat Pedang Naga Langit di tangannya yang gemetar. Tubuhnya penuh luka gores, nafasnya memburu. "Li Feng!" seru Mei Yue, matanya membelalak ngeri. "Kita harus menyanyikan lagu itu... atau kita mati di sini!" Li Feng mengayunkan pedangnya, membelah satu makhluk hitam. Namun, sialan, tubuh itu tak hancur — malah membentuk diri kembali seperti asap pekat! "T-tidak mungkin...," desah Li Feng, mundur selangkah, lalu dua langkah. Makhluk-makhluk itu mendekat dengan gerakan aneh, seperti boneka-boneka yang digerakkan oleh tali tak kasatmata. "Apa maksudmu lagu? Lagu apa?!" raung Li Feng, kebingungan di tengah kekacauan. Mei Yue menggigit bibirnya, wajahnya pucat. Lalu, dengan suara yang bergetar, ia mulai bersenandung. Nada itu... oh! Nada itu seperti desir angin di padang gurun, sedih, mera

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 125 – Penghuni Hutan Terlarang

    Kabut tipis menggantung rendah di atas pepohonan raksasa, melilit batang-batang tua yang menghitam bagai jari-jari kematian. Udara di Hutan Terlarang terasa berat, seolah setiap helai napas yang dihirup membawa serta beban seribu arwah yang belum tenang. "Huff... tempat ini..." Mei Yue menarik napas pendek, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Terasa... salah." Li Feng menggenggam gagang Pedang Naga Langit lebih erat. "Aku tahu," katanya serak. "Tapi kita tak punya pilihan lain." Di balik suara burung hantu yang sesekali mengerik aneh, terdengar bunyi gemerisik—seperti sesuatu yang merayap perlahan di antara semak-semak. Li Feng menghentikan langkah. Mei Yue mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk diam. Tiba-tiba—SRRAK!—sebuah bayangan melintas cepat di depan mereka. "Siapa itu?!" seru Li Feng sambil bersiap bertarung. Tak ada jawaban. Hanya keheningan... lalu suara bisikan. Seolah-olah

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 124 – Luka Lama yang Menganga

    Li Feng duduk di sudut sebuah rumah sederhana di sebuah desa terpencil, memandangi hutan yang menghitam di kejauhan. Sesekali angin malam yang dingin membawa kabut tipis, menambah kesan sunyi dan mencekam. Mei Yue duduk di hadapannya, wajahnya keras, namun di balik matanya, Li Feng bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi — seakan-akan dia menanggung beban yang tak terungkapkan. "Kita tak bisa terus bersembunyi selamanya," Li Feng berkata pelan, matanya tajam menatap jalan setapak yang mengarah ke desa. "Kau tahu itu." Mei Yue menghela napas panjang, kemudian mengangguk pelan. "Aku tahu. Tapi sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini." Li Feng terdiam. Kehidupan yang ia kenal telah berubah. Segalanya terasa begitu rumit. Kutukan Pedang Naga Langit yang menghantuinya, serta misteri yang terus mengungkapkan lapisan-lapisan kelam dari masa lalu. Tak hanya itu, keberadaan Mei Yue yang entah kena

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status