Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 92 – Kembali ke Kedai Tianxiang

Share

Bab 92 – Kembali ke Kedai Tianxiang

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-04-15 08:30:37

“Li Feng! Tunggu—!”

Suara teriakan itu tertinggal jauh di belakang, tersapu angin malam yang menggigit. Langkah-langkah kuda memacu deras di jalanan berbatu, membelah kabut tipis yang menyelimuti perbukitan selatan kekaisaran. Di bawah cahaya bulan separuh, wajah Li Feng terlihat letih, mata penuh bayang-bayang kenangan. Tangannya menggenggam erat tali kekang, seolah jika ia melepaskannya, maka seluruh ingatan tentang siapa dirinya akan ikut tercerai-berai.

“Haah… haah…” napasnya berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban yang tak kasatmata. Perang telah meledak ke segala penjuru, dan meski kemenangannya di beberapa medan telah menjadi buah bibir para jenderal, hatinya justru makin terasa hampa.

"Aku… harus kembali," gumamnya lirih, seperti mengingatkan diri sendiri. "Kembali ke tempat semuanya dimulai…"

Tiga hari perjalanan, dan akhirnya ia tiba di gerbang kota tua itu.

Tianxiang.


Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 201 – Anak yang Memimpikan Langit

    Di tepi danau yang jernih, di sebuah desa terpencil di pegunungan, seorang bocah lelaki berlari mengejar bola yang terlempar jauh. Ia terjatuh ke tanah, tetapi tawa riangnya bergema di udara yang sejuk. Wajahnya yang polos, masih penuh dengan semangat muda, menatap langit biru yang tak terbatas. Namun, di saat itulah matanya tertumbuk pada sesuatu yang tak biasa di tepi danau. Di sana, tertanam di lumpur yang basah, sebuah benda yang mengeluarkan kilau samar. Li Shen, nama bocah itu, berjongkok dengan penuh rasa penasaran. Ia membersihkan tanah dan lumpur yang menutupi benda tersebut, hingga akhirnya sebuah pedang karat yang usang terungkap. Pedang itu tampak seperti barang tua, penuh dengan karat dan bercak darah yang mengering di sepanjang bilahnya. Meski begitu, ada sesuatu yang aneh pada pedang itu—sebuah aura, yang sepertinya bersifat menantang, membuat Li Shen merasakan getaran halus di tangannya. “Apa ini?” Li Shen berbisik, terkejut dengan penem

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 200 – Legenda yang Tak Pernah Mati

    Dua tahun telah berlalu sejak pengorbanan Li Feng. Dunia, yang sempat dipenuhi kegelapan dan kebingungan, kini kembali tenang. Tian Yi berdiri di depan gerbang besar Perguruan Naga Langit Baru, menatap langit yang cerah, yang semakin meluas di hadapannya. Sudah menjadi kebiasaan bagi para pendekar untuk datang dan mempelajari ilmu-ilmu kuno yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda dalam dirinya. Ia merasa bahwa meski dunia ini damai, bayangan masa lalu selalu mengikuti langkahnya. "Perjalanan ini belum berakhir, Tian Yi," suara Mei Yue terdengar pelan dari belakangnya. "Kau tahu itu, bukan?" Tian Yi mengangguk pelan, matanya menatap pedang yang tergantung di sisi tubuhnya. Pedang itu, yang dulu milik gurunya, Li Feng, kini ia pegang erat. Pedang Naga Langit, senjata yang memiliki kekuatan luar biasa, tapi juga kutukan yang tak pernah bisa dipisahkan. Kekuatan itu ada dalam genggamannya, tapi kini, ia lebih dari s

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 199 – Selamat Tinggal, Pendekar

    Langit yang semula berwarna merah darah kini mulai memudar. Waktu terasa melambat, seperti terperangkap dalam ruang yang tak bisa diukur. Li Feng berdiri di tengah pusaran kegelapan yang mengancam untuk merobek dunia ini. Seiring dengan hembusan angin yang membawa aroma kehancuran, ia menyadari bahwa ini adalah akhir dari segala sesuatu yang pernah ia kenal. Ia sudah jauh melangkah—tak ada jalan kembali. Dalam diam, ia memandang Mei Yue, yang kini berdiri di sisi lainnya, matanya dipenuhi dengan rasa takut dan kehilangan yang dalam. “Li Feng…” Mei Yue memanggil dengan suara tergetar, namun ada keteguhan yang tercermin di baliknya. “Apa kau benar-benar akan melakukan ini? Apa kau benar-benar akan meninggalkan kita semua?” Li Feng menatap Mei Yue, seakan ingin menyampaikan begitu banyak hal dalam satu tatapan. Tapi kata-kata terasa tak cukup. Ia hanya bisa tersenyum, senyuman yang penuh kepedihan. "Aku berjanji untuk mengakhiri ini. Dan itu berarti… aku h

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 198 – Korban Terakhir

    Langit telah berubah warna. Merah darah mengoyak cakrawala, seolah-olah dunia sedang menangis. Asap dan abu beterbangan menari bersama reruntuhan. Jeritan manusia tak lagi terdengar, bukan karena tak ada yang berteriak, tapi karena dunia telah menjadi terlalu sunyi untuk mendengarkannya. Li Feng berdiri di tengah medan pertempuran, tubuhnya berlumur darah, tapi tak semuanya miliknya. Mei Yue di sampingnya, wajahnya tak lagi penuh amarah, tapi… ketakutan. Bukan karena Tian Xuan, bukan karena ribuan iblis yang berdiri di baliknya, tapi karena senyuman di wajah Li Feng yang ia tahu… bukan senyum kemenangan. “Jadi… akhirnya begini, ya?” suara Li Feng nyaris seperti bisikan angin. Mei Yue menggenggam lengan bajunya. “Kau tak harus melakukannya. Kita bisa cari cara lain. Tian Yi, dia masih di sana. Dia belum kalah!” “Bukan tentang kalah atau menang.” Li Feng menatap awan kelam yang bergulung di atas ibu kota. “Ini tentang apa yan

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 197: Pendekar dari Masa Silam

    Langit Menyimpan Rahasia Udara malam menyisakan bau darah dan abu. Kota Xiangluan baru saja melewati malam yang sunyi namun mengguncangkan: serangan kelompok bayangan yang memporakporandakan gerbang timur dan menghilang tanpa jejak. Di atas tembok kota, seorang pemuda berselimut mantel hitam berdiri menatap bintang-bintang yang tertutup awan. Angin dingin menampar wajahnya, tapi matanya justru menyala oleh semangat yang sukar dijelaskan. Tian Yi menarik napas panjang. "Sudah sepuluh tahun... dan aku masih belum tahu siapa aku sebenarnya..." Tangannya menggenggam liontin batu giok yang tergantung di lehernya—batu yang dulu ditemukan di samping tubuhnya saat ia terbangun tanpa ingatan, di kaki gunung Qingshan. Sejak saat itu, ia belajar silat di perguruan Gunung Seribu Awan, menjelajahi negeri demi mencari potongan ingatan, dan kini berdiri di hadapan dunia yang dilanda perang dan misteri. Suara langkah ringan

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 196 – Satu Lengan, Seribu Tekad

    Hari-hari setelah pertempuran di dimensi tanpa waktu itu, Tian Yi mendapati dirinya dalam perjalanan panjang menuju takdir yang tak pernah ia duga. Dalam keheningan malam, ketika angin berhembus dingin dan pemandangan di sekelilingnya tampak kabur, ia berlatih dengan tekun. Langit yang dipenuhi awan tebal seolah menjadi saksi bisu atas kesendirian yang ia rasakan dalam hatinya. Satu lengan yang hilang, menggantungkan beban berat dalam setiap gerakan. Dengan semangat yang tak pernah pudar, Tian Yi berusaha mengatasi kekurangannya. Setiap latihan yang dilakukannya adalah untuk mengisi kekosongan, untuk mengembalikan kehormatan yang telah hilang dalam dirinya. Begitu banyak hal yang masih membebani pikirannya—pedang naga langit, kegelapan yang terus mengintai, dan pertarungan tak berkesudahan dengan bayangan masa lalu. "Tian Yi, apakah kau merasa cukup?" suara Li Feng, yang kini hanya bergema dalam pikirannya, berbisik perlahan. "Hanya dengan satu tangan,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status