{Berhenti melemparkan kesalahan padaku, Bagas! Yang selingkuh itu kamu, bukan aku, kenapa kau selalu bilang hal yang kau sendiri yang melakukannya!}Emosi Clara jadi tersulut hingga ia meninggikan suaranya ketika ia mengucapkan kalimat itu pada Bagas. Membuat Bagas di seberang sana tertawa mencemooh dan Clara semakin kesal lalu ia mengakhiri percakapan meskipun Bagas sebenarnya belum selesai bicara.Menyadari Clara memutuskan sambungan, Bagas memaki, ia segera mengetik pesan untuk sang istri sebelum Clara mematikan kembali ponselnya seperti yang sudah-sudah.[Temui aku, ada yang ingin aku bicarakan padamu]Pesan terkirim, dan Clara mau tidak mau membacanya. Perempuan itu segera menulis pesan balasan.[Aku tidak mau]Bagas geram membaca pesan yang ditulis oleh Clara padanya hingga ia kembali menghubungi sang istri. Terpaksa, Clara menerima panggilan itu meskipun ia tidak ingin karena baginya, bicara dengan Bagas hanya membuat dirinya jadi emosi saja.{Kau ingin bercerai, bukan? Kalau k
"Menghapus?" ulang Bagas sembari menatap lurus ke arah Anisa yang juga melakukan hal yang sama padanya."Iya. Mas Bagas memiliki video vulgar punya Clara, kan?" tanya Anisa sembari melangkah mendekati Bagas. "Memangnya kenapa?" tanya Bagas dengan tatapan mata menyelidik."Kalau kamu tetap menyimpannya, bukankah itu artinya kamu menyukai tubuh dia?"Telapak tangan Bagas mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Anisa padanya."Kalau kamu ingin menceraikan dia, aku harap, Mas Bagas mau menghapusnya, rasanya tidak nyaman suami istri yang sudah bercerai tapi masih menyimpan hal-hal intim jejak dari kebersamaan mereka, kalau Mas Bagas suka, kita bisa membuat versi kita sendiri, aku mau, kok!" kata Anisa berujung saran yang membuat wajah Bagas menjadi tidak senang dilihat."Dengar, Anisa. Aku memang tidak akan menceraikan kamu setelah kamu melahirkan seperti perjanjian semula, tapi bukan berarti kamu berhak mengaturku seperti itu! Mau aku simpan atau tidak, itu urusanku, jangan ikut campu
Sial! Bagas tetap saja menggilai si Clara itu, sudah marah pun tetap saja enggak rela perempuan itu dengan orang lain!Hati Anisa bicara dengan penuh rasa marah sehingga wajahnya terlihat merah dan telapak tangannya mengepal.Namun, sekarang ini ia tidak bisa sembarangan untuk melampiaskan kemarahannya tersebut, karena jika itu dilakukannya, Bagas pasti akan tahu apa yang sedang ia rencanakan. Berpura-pura seperti ingin mengalah tapi sebenarnya tidak sama sekali."Ya, sudah. Jadi sekarang apa yang akan Mas Bagas lakukan?" tanya Anisa dengan nada suara yang dibuat selembut mungkin agar Bagas merasa ia selalu mendukung pria tersebut."Aku masih memikirkannya, tapi akan aku pastikan, Clara tidak akan pernah bahagia jika dia tidak bersamaku!" jawab Bagas dengan wajah yang diliputi kemarahan. Anisa tersenyum kecut mendengar sumpah yang diucapkan oleh Bagas. Meskipun bersama mu juga, dia tidak akan aku biarkan untuk bahagia, Bagas!Perempuan itu menanggapi sumpah Bagas di dalam hati, hing
"Hukuman untuk orang tua kita yang kemungkinan berselingkuh?" ulang Cita seperti tidak yakin dengan apa yang dipertanyakan oleh sang kakak padanya."Ya, apa yang sekiranya akan kau lakukan?" Carli tetap ingin Cita menjawab pertanyaan itu darinya sekedar ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh sang adik jika ternyata adiknya tahu apa yang sedang dilakukan oleh ayah mereka pada ibu mereka."Aku tidak akan mengakui mereka orang tua kita! Jika yang selingkuh ibuku, atau pun itu ayahku, aku akan memutuskan hubungan pertalian antara orang tua dan anak kalau memang mereka selingkuh!"Mendengar apa yang dikatakan oleh Cita, Carli terdiam. Ia kembali mengendarai mobilnya meskipun jawaban sang adik cukup membuat dirinya gelisah sekarang ini.Cita terlihat serius ketika menjawab pertanyaannya tadi, jika adiknya tahu apa yang dilakukan oleh ayah mereka sekarang, apakah benar adiknya akan memutuskan pertalian kekeluargaan seperti yang tadi dikatakannya?"Menurutmu, di antara mami dan papi, siapa
"Papi!"Suara Cita, adik Carli, anak kedua Pak Christ terdengar hingga membuat gerakan tangan Pak Christ yang ingin menampar kembali anak sulungnya terhenti seketika."Ah, Cita. Kenapa kamu kembali? Apa ibumu juga ikut denganmu?"Pak Christ buru-buru bicara demikian pada anak keduanya itu seolah tidak mau, gadis itu tahu pertengkaran yang terjadi antara ia dengan Carli.Cita diketahui ikut sang ibu ke Jakarta, tidak heran Pak Christ was-was kedatangan anak gadisnya itu membawa istrinya ikut pulang dan mendengar apa yang tadi ia dan Carli perdebatkan."Mami enggak ikut pulang, ada yang masih diurus Mami di Jakarta, aku pulang karena ada sesuatu yang mengharuskan aku pulang duluan, kalian kenapa bertengkar? Aku tidak pernah melihat Papi dan Kakak bertengkar?"Cita menjawab pertanyaan sang ayah, sementara Carli menatap wajah ayahnya dengan sorot mata yang tajam seolah pertengkaran mereka tadi belum usai meskipun ada Cita yang menghentikan apa yang mereka lakukan."Kami tidak bertengkar,
Meskipun sempat terbuai dengan apa yang dilakukan oleh Anisa padanya, Carli masih bisa mengingat apa yang membuat ia ingin bertemu dengan Anisa.'Anisa menawarkan tubuhnya untuk ditukar dengan rumah yang sekarang mereka tempati, kau bisa menghadapi wanita itu, Carli, jika bisa, Papi berjanji tidak akan bermain dengannya lagi untuk ibumu.'Itu yang dikatakan oleh Pak Christ waktu itu padanya setelah sang ayah mengatakan bahwa ia harus berusaha menghadapi Anisa untuk membicarakan perkara rumah yang akan mereka sita sebagai jaminan denda.Karena itulah, Carli sekarang ada di hadapan Anisa, dan Carli mengakui, Anisa benar-benar pemain, hingga ia saja tadi nyaris terlena, bagaimana dengan sang ayah yang memiliki nafsu yang tinggi di usianya yang mulai berumur?Sementara itu, mendengar apa yang dikatakan oleh Carli, Anisa tersenyum kecut."Suka sama suka? Yang benar saja, Anda lihat sendiri ayah Anda itu seperti apa? Saya memang suka uang, tapi bagi saya wajah tampan dan fisik yang bagus i
Seraya bicara seperti itu pada Carli, Anisa bangkit dari tempat duduknya dan mencekal pergelangan tangan Carli hingga anak sulung Pak Christ itu terkejut. "Apa yang Anda lakukan?" protesnya tidak suka Anisa menyentuhnya."Anda mau melihat apa yang ayah Anda lakukan pada saya, kan? Ikut saya ke toilet sekarang!"Perkataan Anisa membuat Carli melepaskan cengkraman tangan perempuan itu di lengannya dengan kasar."Anda tidak malu? Mengajak saya melihat hal hal seperti itu?" katanya dengan mata yang melotot. "Untuk pembuktian, saya tidak akan malu, saya akan membuktikan bahwa yang bersalah di sini bukan saya, pelakor nya itu Clara, bukan saya! Saya cuma menjalankan perintah ayah Anda! Jadi saya akan menuntut balik jika Anda melaporkan saya ke pihak yang berwajib, pengusaha seperti Anda pasti sangat menjaga nama baik keluarga, bukan?"Telapak tangan Carli mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Anisa padanya. Di satu sisi, ia tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh Anisa, ikut pere
"Berisik! Aku itu bosen setiap ketemu sama kamu, Hasnah! Selalu aja ceramah! Kalau aja aku enggak malas pulang karena punya mertua bawel, aku enggak bakal ke sini, malas ketemu sama kamu!"Dengan nada suara yang meninggi, Anisa mengucapkan kalimat tersebut pada Hasnah, hingga Hasnah hanya bisa mengusap dada."Mana pembalutnya! Kamu mau kasih enggak? Kalau enggak mau, aku minta Ibu beliin buat aku!" lanjut Anisa ketika pembalut yang ia minta tidak kunjung diberikan oleh Hasnah.Terpaksa, Hasnah bergerak mengambil apa yang diinginkan oleh saudara angkatnya. Lalu memberikan pembalut itu pada Anisa yang langsung disambar Anisa dengan cepat. Setelah itu ia meraih handuk dan melilitkan nya ke tubuh lalu keluar kamar untuk ke kamar mandi. Ditinggal begitu saja oleh Anisa setelah semua yang ia lihat, Hasnah hanya bisa istighfar kembali. Merasa miris karena Anisa semakin melupakan aturan agama yang benar padahal pakaian syar'inya masih dipakai.Beberapa saat kemudian, Anisa kembali ke kamar
Dia ini ayah macam apa? Kenapa dia seperti menawarkan anaknya sendiri padaku? Tapi, kalau memang lebih tampan dari Bagas, boleh juga sepertinya, apalagi aku juga harus punya cadangan, anak Pak Christ kalau benar-benar tampan dia juga kaya, boleh juga untuk cadangan kalau Bagas tidak bisa sepenuhnya membuang Clara, enak saja aku hanya tetap jadi yang kedua....Otak perhitungan Anisa bekerja ketika ia mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ padanya. Hatinya bicara panjang lebar dan ia yang tadinya kesal karena Pak Christ seolah tidak mau menepati janji, akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran dari Pak Christ. Yang penting, aku bisa membuat keluarga Bagas berutang budi padaku, tidak masalah, kan aku melakukan sedikit penyimpangan? Siapa suruh Clara itu tetap saja menjadi yang spesial di hati Bagas.Anisa kembali bicara di dalam hati, dan ia semakin yakin keputusan menerima tawaran dari Pak Christ itu adalah sebuah keputusan yang tepat.Pak Christ tersenyum penuh arti mendengar