Berpikir sampai ke sana, Sean terpaksa menepis perasaan tidak enaknya. Tangannya membuka pakaian Clara di bagian atas untuk mengetahui darah itu berasal dari luka apa agar ia bisa melakukan tindakan pertolongan pertama. Namun, rasa tidak enak Sean semakin nyata ketika ia sudah membuka pakaian Clara ternyata darah itu benar-benar berasal dari bagian dada Clara yang tidak tertutup bra dengan baik hingga darah itu merembes keluar mengenai pakaian Clara. Bagaimana pun, Clara berlari terlalu terburu-buru sampai berpakaian saja tidak terlalu detail apakah sudah benar atau belum. Sebab itulah, bra pun tidak terpasang dengan baik hingga kondisinya jadi demikian dan ini membuat telapak tangan Sean mengepal menyadari betapa Clara usai melewati hal yang sulit hingga kondisinya sampai sedemikian rupa."Bagas brengsek! Kamu akan bertanggung jawab jika semua yang dialami Clara adalah buah dari perbuatanmu!" geram Sean.Ia beranjak bangkit untuk membuka pintu kamar setelah bel di pintu berbunyi. T
Clara yang mendengar pesan dari Nina hanya mengiyakan. Ia berusaha untuk mencari tempat yang tidak terlalu mencolok agar Bagas tidak bisa menemukan dirinya.Sampai kemudian...."Clara."Sebuah suara membuat Clara tersentak. Ketika ia berbalik, Clara terkejut ternyata pemilik suara itu adalah Sean!Kenapa Sean yang datang? Apakah orang yang dimaksud Nina menjemput ku itu Sean?Hati Clara bicara demikian, sehingga Sean melepaskan jas yang ia pakai lalu memakaikan jas itu pada Clara. Clara tidak bisa menolak. Sejak tadi, dua tangannya merapatkan pakaiannya karena kancingnya sudah tidak ada gara-gara ulah Bagas. Perempuan itu tertunduk dalam, sehingga ia tidak tahu apakah ia harus senang atau tidak ditemukan oleh Sean disaat situasi kondisinya seperti sekarang."Aku antar ke tempat Nina."Tanpa peduli Clara menolak atau tidak, Sean segera membimbing Clara untuk beranjak dari tempat itu ke arah mobilnya yang terparkir di bahu jalan.Karena khawatir Bagas menemukannya, Clara hanya menurut
"Apa yang bisa kau lakukan selama tiga hari agar aku bisa puas, Clara?" tantang Bagas seraya tetap mencoba untuk menahan diri agar tidak meluapkan emosinya pada sang istri."Aku akan berusaha untuk melakukan apa yang kau inginkan."Clara berusaha untuk menjawab dengan tenang meskipun perasaannya sekarang bergejolak."Melakukan apapun, ya? Menarik juga. Tapi, karena hanya tiga hari, aku mau syarat tambahan.""Apalagi?" kata Clara dengan kening yang bertaut."Hubungi Sean sekarang dan minta dia untuk menjauhi kamu, setelah itu blokir nomornya."Telapak tangan Clara mengerat mendengar apa yang diucapkan oleh Bagas. "Kamu keterlaluan! Aku sudah bilang, aku dan Sean itu tidak punya hubungan sama sekali, kenapa kamu selalu berpikir aku dan dia berhubungan? Berteman apa salahnya? Kamu keterlaluan, Bagas!"Clara mengucapkan kalimat itu nyaris menjerit pertanda ia mulai kehabisan kesabaran menghadapi sikap Bagas yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.Namun, melihat Clara yang demikian, Bag
Clara yang mendengar bisikan itu semakin mendapatkan kekuatan untuk memberikan perlawanan. Namun semakin ditolak, Bagas semakin bernafsu untuk menyentuh sang istri hingga sekarang Clara berada di bawah kungkungan tubuhnya dan Clara yang kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Bagas tidak bisa lagi bergerak karena hal itu.Melihat sang istri tidak bisa lagi melakukan perlawanan, Bagas menyeringai, tangannya mengelus rahang sang istri seolah meminta perempuan itu untuk tetap diam saja seperti itu. "Kau ini cuma seorang perempuan, Clara. Orang tuamu sudah meninggal, keluarga yang kau miliki cuma aku, jadi sudah sepantasnya kamu patuh bukannya minta cerai, aku ulangi sekali lagi, kau bisa bercerai dariku, tapi kau harus melayaniku malam ini sampai pagi, kita ke hotel sekarang, bagaimana?"Bagas masih menawarkan sebuah pilihan untuk Clara, hingga Clara semakin kesal pada pria yang masih berstatus suaminya tersebut."Lepaskan aku dulu, Bagas! Bisakah kita bicara tanpa melakukan hal sep
"Aku tidak mau menceraikan kamu, Clara!" bentak Bagas dan itu membuat Clara terkejut seketika.Namun, Clara sudah menduga akan membuat Bagas marah jika ia membicarakan soal perceraian meskipun pria itu berjanji akan membahas hal itu saat mereka bertemu seperti sekarang, akan tetapi karena tahu sifat Bagas, Clara sudah mempersiapkan diri.Hanya saja, ia tidak menyangka, Bagas akan langsung membentaknya seperti itu seolah-olah sang suami lupa dengan apa yang diucapkannya sendiri saat mereka bicara di ponsel."Kamu sudah berjanji untuk mengabulkan permohonan cerai aku, Gas, kamu akan mengingkari?" ucap Clara dengan nada suara yang terdengar datar. "Tidak. Jika kamu mau melakukan syarat yang aku ajukan."Bagas yang emosi berusaha untuk menahan amarahnya meskipun itu sulit. Namun, ada rencana yang ia susun di otak, jika Clara benar-benar memaksanya untuk bercerai. Meskipun di hadapan Anisa ia mengatakan akan menceraikan Clara, tapi entah kenapa, ketika Bagas melihat sang isteri, keingina
"Tenang saja. Aku cuma mau tahu, kalau kemudian aku merasa tidak nyaman, aku akan datang untuk mencari tahu."Clara menggigit bibir ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Sean lagi-lagi membuat ia merasa, Sean sedang berusaha untuk memberikan perlindungan baginya dan ini membuat perasaannya yang belakangan menjadi gundah jadi sejuk seketika.Akan tetapi, Clara tiba-tiba tersadar, ia tidak boleh menikmati perasaan itu karena ia tidak berhak menikmatinya. Meskipun pernikahannya dengan Bagas tidak bisa lagi dilanjutkan, tetap saja siapa yang bisa membiarkan dirinya merasa senang jika berada di dekat Sean?Alhasil, Clara akhirnya memberitahu tempat yang akan dijadikan lokasi pertemuan antara ia dengan Bagas. "Kau harus tetap hati-hati, Bagas bisa saja melakukan sesuatu yang tidak baik kalau keinginannya tidak dituruti, jadi kamu harus waspada."Clara hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh Sean setelah itu ia berterima kasih karena Sean peduli dengan keadaannya. Ketika Clar