Meskipun tidak sepenuhnya tersadar setelah terjaga, Clara masih bisa mencium aroma yang seharusnya tercium jika ia dan Bagas usai berhubungan intim saja.Apakah suaminya itu lagi-lagi memuaskan dirinya sendiri seperti yang sudah-sudah?Clara bertanya demikian di dalam hati dan tentu saja ia sekarang khawatir. Karena ia tidak suka Bagas yang keranjingan memuaskan diri sendiri seperti itu.Aduh, padahal aku dan Anisa tidak berhubungan intim, aku hanya menyentuh dan memuaskan dia, Clara bisa mencium aroma tidak biasa yang dimiliki Anisa, sial!Hati Bagas bicara menanggapi apa yang dipertanyakan oleh Clara padanya.Tidak ada alasan lain yang bisa Bagas katakan selain ia yang usai memuaskan dirinya sendiri. Daripada membuat Clara tahu ia dan Anisa bermain belakang? Itu tidak akan pernah dibiarkan oleh Bagas. "Kenapa kamu selalu melakukan hal kayak gitu, Gas? Kan ada aku? Kamu melakukan hal seperti itu, seolah-olah kamu enggak puas sama aku...."Dengan perasaan gamang, Clara menanggapi pen
Bagas yang terkejut karena Anisa menamparnya melotot pada perempuan tersebut sambil memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu.Emosinya meledak, padahal setengah mati ia berusaha menahannya tapi ternyata Anisa justru memancing emosinya hingga ia jadi tersulut kembali.Ketika Bagas ingin melancarkan aksi protesnya pada Anisa, tiba-tiba saja...."Eh, Anisa, ya ampun! Mimpi apa ini, kamu ke sini pagi-pagi? Senang banget, Tante. Sini masuk, sudah sarapan, belum?"Berlina muncul membuat niat Bagas yang ingin membentak Anisa karena perempuan itu menamparnya terhenti seketika. Anisa tersenyum puas melihat kemarahan yang terpancar di mata Bagas ketika ia melewati laki-laki itu saat tangannya ditarik oleh ibunya Bagas. Bagas mengepalkan telapak tangannya, pertanda laki-laki itu sangat kesal karena ia belum sempat mengusir Anisa, perempuan itu sudah ditemukan oleh ibunya yang memang belum tahu, Anisa itu seperti apa orangnya.Terpaksa, Bagas ikut masuk agar ia bisa mencegah Anis
"Gas," panggil Clara ketika mereka sudah sampai di beranda rumah mereka. "Ya?""Kenapa Anisa pagi-pagi sudah datang?" tanya Clara dengan wajah yang terlihat sangat serius. Dan Bagas tahu, pertanyaan itu pasti akan dilontarkan oleh sang isteri, hingga Bagas sudah mempersiapkan jawabannya."Aku juga tidak tahu, Sayang. Mungkin ada janji sama ibu," jawab Bagas dan Clara menghela napas mendengarnya. "Iya juga, ibu kamu kelihatan senang banget melihat dia datang," ucap Clara dengan wajah yang terlihat suram. "Kamu tahu ibuku gimana, kan? Enggak perlu dipikirkan. Yang penting aku juga tidak suka dia datang ke sini, nanti aku minta ibu untuk membuat dia segera pulang."Bagas berusaha membuat sang istri tidak berpikir macam-macam, hingga lagi-lagi, Clara membuang napasnya."Terus, apa benar Anisa yang bantuin kamu buat bisa kerja sama dengan Pak Christ?" Pertanyaan Clara selanjutnya membuat Bagas sedikit sulit untuk menjawab. Ia menarik napas berat, dan meraih kedua tangan istrinya lalu
Suara Anisa yang meninggi membuat beberapa pengguna jalan yang melintas menoleh ke arah mereka, dan Bagas menjadi tidak nyaman karena hal itu.Ia naik kembali ke atas motornya dan meminta Anisa untuk melakukan hal yang sama agar mereka bisa pergi dari tempat itu karena tidak mau mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang melintasi jalan tersebut.Namun, Anisa yang ingin permintaannya dipenuhi tidak mau melakukan hal yang diperintahkan oleh Bagas. Ia tetap berdiri di tempatnya sambil menatap Bagas dengan tatapan mata serius."Penuhi dulu permintaan aku, baru aku naik ke atas motor kamu!" katanya dengan wajah yang terlihat sangat menuntut."Kamu mau naik atau tidak?" tanya Bagas seraya berusaha untuk menahan diri agar ia tidak melampiaskan kemarahannya lantaran ulah Anisa."Aku akan naik kalau kamu menanggapi apa yang aku katakan tadi!"Anisa masih keras kepala di hadapan Bagas hingga Bagas semakin kesal dibuatnya. "Terserah kamu, aku harus berangkat bekerja!"Bagas membawa motorn
"Ada perlu apa, ya?" tanya Clara setelah beberapa saat ia hanya menyimak percakapan antara Nina dengan Sean. Wajah Clara tidak terlalu antusias karena sekarang pikirannya sedang ke mana-mana.Sean menghela napas mendengar pertanyaan Clara, apalagi ia melihat wajah Clara yang seperti itu, tidak bersemangat sama sekali. Clara sepertinya sedang tidak baik, aku rasa aku tunda dulu saja apa yang ingin aku sampaikan padanya....Sean bicara di dalam hati, sambil mengusap wajahnya perlahan, hingga akhirnya...."Kau sakit?" Bukan yang ingin dibicarakan, tapi itu yang dilontarkan oleh Sean, membuat mata Nina membulat, seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang dari seorang Sean untuk Clara."Waaaah, tumben banget ini, Bang Sean bisa perhatian sama temanku, ada apa ini? Aku kok ketinggalan berita?" goda Nina, tapi godaan itu disambut pelototan mata Clara, tidak mau ada yang salah paham dengan apa yang diucapkan oleh Nina tadi.Nina hanya senyum-senyum ketika melihat Clara yang mem
"Apa? Serius? Kamu enggak salah orang?" tanya Nina tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya."Aku serius, aku sempat berinteraksi pula dengan Bagas, tapi seperti biasa, dia bersikap acuh padaku.""Terus, Anisa nya kamu lihat?""Aku tidak melihatnya. Tapi dalam rekaman cctv hotel, Anisa yang bersama dengan Bagas itu memang Anisa yang berpakaian syar'i. Anisa Mutiara namanya.""Sialan banget itu cowok! Padahal, Clara sudah senang, sikap Bagas belakangan ini sangat baik dan lembut padanya, ternyata laki-laki ini brengsek! Aku harus ngasih tau Clara!"Nina ingin meninggalkan Sean setelah ia mengucapkan kalimat tersebut pada Sean, tapi gerakannya terhenti saat Sean menangkap salah satu lengannya.Harusnya, saat Sean melakukan itu padanya, Nina merasa suka dan akan merasakan terbang melayang ke langit yang ketujuh, karena yang memegangnya saat ini adalah Sean sang idola.Namun, karena terlalu marah, Nina jadi mengabaikan hal itu, perasaan Clara adalah hal yang utama bagi Nina, hingga
Bagas bungkam. Ia hanya mengusap wajahnya dengan kasar mendengar apa yang dipertanyakan oleh Fauzi padanya, dan ini membuat Fauzi curiga, jangan-jangan apa yang ia dengar tadi memang benar. Bagas dan Anisa menginap di hotel yang sama!"Sob. Aku sahabatmu. Apapun yang sekarang mungkin sedang terjadi padamu, terbuka aja, siapa tahu aku punya jalan keluarnya."Suara Fauzi terdengar lagi, membuat kebimbangan Bagas semakin meraja. Anisa sudah bertindak terlalu jauh. Nina sampai tahu hal yang mereka lakukan, Bagas berpikir itu pasti dari Anisa. Sekarang, pikiran Bagas yang biasanya masih bisa ditenangkan oleh dirinya sendiri, jadi tidak tenang karena hal itu. Anisa pasti akan bertindak semakin jauh nantinya, begitu pikir Bagas."Sebenarnya, aku memang sedang terbelit situasi yang pelik."Bagas bicara setelah beberapa saat hanya diam."Perkara Anisa yang menekan kamu karena dia merasa sudah membantumu?""Ya.""Kau bukan orang yang mudah ditekan, bukan?""Untuk kali ini akan sangat sulit,
"Gas, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kau dan Anisa sudah terlibat hubungan yang semakin jauh?" tanya Fauzi disaat Bagas hanya bisa menekap kepalanya seperti seseorang yang memiliki hutang milyaran rupiah."Aku khilaf...."Akhirnya, Bagas menanggapi juga pertanyaan yang diajukan oleh sahabatnya. "Khilaf?""Ya.""Khilaf dengan Anisa?" Fauzi semakin penasaran, dan Bagas kembali menghela napas panjang, sampai kemudian, mengalirlah cerita tentang apa yang sudah ia lakukan dengan Anisa belakangan ini."Astaghfirullah...."Setelah mendengar cerita singkat Bagas Fauzi hanya bisa mengucapkan istighfar sambil mengacak rambutnya pertanda ia juga merasa kacau mendengar apa yang sekarang ini dialami oleh Bagas."Aku khilaf, Fauzi bukan suka, aku tidak suka dengan Anisa!"Bagas berusaha untuk meyakinkan sahabatnya melihat Fauzi benar-benar shock mendengar kejujurannya tadi."Kau itu dirasuki setan apa, Gas?! Kurang apa Clara sama kamu? Bisa-bisanya kamu mengkhianati dia seperti itu!""Aku ti
"Aku mencintai Clara, Fauzi! Aku tidak akan pernah membiarkan dia dengan pria lain, titik!""Bagaimana dengan Clara terhadapmu? Dia dulu juga mencintaimu, dia pasti juga tidak mau kamu bersama dengan wanita lain, tapi nyatanya apa? Kamu sekarang poligami!""Diam! Kau ini temanku atau bukan? Aku itu minta dukungan, Fauzi, bukan ingin disudutkan!""Sudahlah. Tenangkan dirimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Istrimu tidak kembali, bagaimana caranya kamu mengatasi itu semua?""Clara pasti dengan Sean! Aku yakin itu!""Tapi kamu ada buktinya tidak?""Bukti apa lagi? Jika Clara tidak bersama dengan Nina, pasti dia dengan Sean, hanya pria itu yang selalu ikut campur masalahku dengan Clara, karena dia menyukai Clara!""Bagas. Jika kamu memang curiga Sean ingin merusak hubunganmu dengan Clara, kau harus punya bukti, Sean anak Pak Steven, kalau Pak Steven tidak terima dengan apa yang kamu tuduhkan, maka dia bisa membuat mu berada dalam kesulitan sekejap mata."Bagas hanya bisa mengepalkan
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia