Pertanyaan Clara membuat Bagas salah tingkah. Namun, karena tidak mau Clara tahu apa yang baru saja ia lakukan dengan Anisa, Bagas berusaha untuk menguasai diri agar tidak terlalu canggung di hadapan sang istri. "Aku ... Aku sedang bergairah, tidak bisa jauh dari kamu, makanya aku, eem, aku ... Main sendiri!"Terpaksa Bagas berbohong untuk menutupi perbuatannya, dan Clara melotot mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami."Kamu, mainin punya kamu sendiri?" tanyanya dengan nada suara tidak percaya dan Bagas lagi-lagi terpaksa mengiyakan."Astaghfirullah! Enggak boleh. Itu dosa, kamu punya istri tapi kamu mainin sendiri punya kamu, enggak boleh gitu!" Ternyata, meskipun belum memakai pakaian syar'i, Clara justru tahu apa yang boleh dilakukan apa yang tidak boleh dilakukan, tidak seperti Anisa....Hati Bagas bicara demikian menanggapi perkataan istrinya yang masih menatapnya tidak percaya ke arah dirinya."Ya, sudah. Kalau gitu, kamu yang mainin punyaku, karena kamu istri aku, kan?
"Apa?""Tidak mau?""Bukannya begitu, tapi, kenapa kamu-""Lakukan saja, Clara! Jangan banyak membantah! Aku benar-benar ingin kamu melakukan itu untuk aku!"Bagas tidak mau mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Clara. Sementara Clara merasa, permintaan Bagas itu terlalu aneh. Bukannya tidak pernah melakukan itu pada sang suami. Suaminya itu adalah tipikal orang yang sangat manja untuk masalah seperti itu. Clara seperti memiliki bayi yang sudah besar, hingga Clara sudah terbiasa dengan permintaan Bagas yang demikian.Yang membuat Clara tidak habis pikir adalah, mengapa Bagas tiba-tiba bersikap seperti itu padanya setelah belakangan ini sang suami terasa dingin karena Anisa?Ini yang membuat Clara jadi banyak menyimpan pertanyaan, dan pertanyaan itu mau tidak mau membuat Clara jadi merasa was-was.Namun, meskipun demikian, Clara melakukan juga apa yang diinginkan oleh suaminya, sampai akhirnya lengannya keram karena Bagas berbaring di salah satu lengannya sambil menghisap puncak dad
Anisa melotot mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ padanya. Tidak menyangka laki-laki tersebut sampai bicara seperti itu padanya dan rasanya ia benar-benar ingin melancarkan aksi protes."Mas, yang benar saja? Kita melakukan apa di sini? Ini tempat umum! Aku sedang berpakaian syar'i, nanti kalau ada orang melihat, gimana?" Anisa mencoba untuk melancarkan aksi protesnya, tapi Pak Christ terlihat tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Anisa."Justru karena kamu berpakaian syar'i, kamu tidak akan dicurigai orang-orang yang ada di sini, bahwa kamu melakukan hal itu, Nisa. Lagipula, bukankah pakaian syar'i kamu itu cuma kedok? Meskipun aku ini pendosa, tapi aku bisa membedakan perempuan syar'i yang benar-benar syar'i, mana yang hanya berkedok."Telapak tangan Anisa semakin erat mengepal mendengar sindiran yang diucapkan oleh Pak Christ. Ia benar-benar ingin menghajar laki-laki berusia lanjut itu tapi ia khawatir, apa yang diinginkannya tidak dikabulkan oleh Pak Christ.Karena
Perintah yang diberikan oleh Pak Christ membuat Anisa tercekat. Bagaimana mungkin laki-laki itu memintanya untuk memuaskan dirinya dengan cara hal yang seperti dilakukannya tadi pada miliknya sementara mereka sekarang ada di tempat umum.Namun, perintah Pak Christ adalah perintah yang mutlak harus dilakukan. Anisa tidak boleh membantah karena jika ia membantah atau tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Pak Christ, maka, keinginannya pun tidak akan diloloskan oleh laki-laki tersebut.Dengan berat hati, Anisa segera turun ke bawah meja, dan menghadapkan wajahnya ke milik Pak Christ. Laki-laki itu juga sudah membuka celana yang dipakainya dan mengeluarkan miliknya dari sana seolah sudah siap untuk menerima aksi yang dilakukan oleh Anisa nanti atas perintahnya. Anisa memaki tiada henti sambil mau tidak mau mulai memberikan servis pada milik Pak Christ yang menurutnya tidak sebagus milik Bagas. Dalam sekejap, milik laki-laki itu sudah tegang sementara di atas sana, Pak Christ
Bagas melotot membaca pesan yang ditulis oleh Anisa. Ini membuat Fauzi yang saat itu sedang ada di ruangan kerjanya mengerutkan keningnya melihat wajah Bagas yang seolah melihat hantu di ponselnya."Kenapa? Ada pesan dari siapa?"Fauzi melontarkan pertanyaan, dan Bagas tergagap karena ia lupa ada sahabatnya di ruang itu juga dan seharusnya ia tidak bertindak sembarangan jika tidak mau diketahui sedang berinteraksi dengan siapa di ponsel."Ah, tidak. Ini dari Clara," bohong Bagas sambil mengusap wajahnya untuk menyamarkan kebohongan yang diucapkannya. "Clara? Kenapa muka kamu seperti orang yang terkejut?"Fauzi tidak puas hanya dijawab seperti itu oleh Bagas. Ia kembali melontarkan pertanyaan, dan itu membuat Bagas sedikit tersudut. Namun, bukan Bagas jika mudah untuk didesak. Meskipun tersudut, Bagas tetap berusaha untuk mengatasi semua itu dengan cara meneruskan kebohongannya tersebut."Ini, belakangan ini kan, ibuku selalu mendesak dia untuk menjadi istri yang mesra pada suami, di
"Ah, tentu saja aku terkejut, kau tidak pernah mampir ke kantor, ini adalah hal yang pertama kalinya kau lakukan, jadi wajar jika aku terkejut dengan kedatangan kamu, kan?"Setengah mati, Bagas berusaha untuk menanggapi perkataan Clara yang menyisipkan beberapa pertanyaan. Nada suaranya sedikit terbata, hingga membuat Clara semakin tidak paham, mengapa suaminya hari ini benar-benar terlihat sangat aneh?"Iya. Maaf, aku baru bisa meluangkan waktu untuk ke kantormu, ini karena hari ini pekerjaanku tidak terlalu banyak, jadi, aku bisa mampir, ohya, ngomong-ngomong, kenapa resleting celanamu terbuka seperti itu? Jangan bilang -""Ini tadi aku terlalu terburu-buru, aku sedang ... Sedang, eem, Clara, aku sedang rindu padamu, jadi aku....""Kamu memuaskan dirimu sendiri lagi?" Clara mencoba menebak. Dan Bagas terpaksa mengiyakan, agar Clara tidak tahu, resleting celananya yang tidak diperbaiki dengan benar itu akibat ia melepaskan seluruh pakaiannya agar memenuhi permintaan Anisa."Astaghfi
Melihat wajah istrinya berubah, Bagas terkejut, apakah ia sudah salah berbicara hingga wajah Clara terlihat tidak senang?Ada pertanyaan seperti itu di hati Bagas sampai ia mengingat kembali kalimatnya, bagian mana yang salah."Apa ada sesuatu yang aku enggak tahu?" tanya Clara setelah beberapa saat ia diam seraya menatap wajah suaminya."Ah, tidak. Sesuatu apa? Memangnya kalimatku tadi ada yang salah?"Bagas berusaha untuk bersikap biasa agar kebohongannya tidak terbongkar. Membuat Clara menghela napas panjang."Enggak salah, tapi kesannya kayak, kamu melakukan sesuatu di belakang aku, tapi kamu menutupi dengan sikap manis kamu padaku."Sial! Aku lupa, Clara perempuan yang peka, dia sulit untuk dibohongi, aku harus berusaha untuk tidak berkata sembarangan di hadapannya!Bagas memaki di dalam hati, sambil berusaha untuk mencari kalimat, agar ia bisa menanggapi ucapan istrinya yang mengandung kecurigaan. "Kau ini bicara apa? Aku tidak melakukan sesuatu yang aneh, memangnya sikap mani
"Kenapa kelihatannya hanya Clara yang kau pikirkan, Pak Bagas?" tanya Pak Christ seraya menatap wajah Bagas dengan tatapan mata penuh selidik. "Ah, karena, karena Clara tidak memakai pakaian syar'i lantaran masih terikat kontrak pekerjaan di agensinya, sedangkan Anisa syar'i, aku yakin Bapak tidak akan mengganggu wanita berpakaian syar'i, kan?" Belepotan sekali Bagas menjawab pertanyaan Pak Christ, agar pria itu tidak curiga padanya, dan untungnya Pak Christ tidak curiga dengan ucapan Bagas yang sebenarnya ingin sekali mengatakan bahwa, Clara istrinya, dan ia hanya memiliki satu istri, tapi karena situasi belum mendukung, laki-laki itu berusaha untuk mengikuti kebohongan Anisa. Bagas tidak tahu, istrinya yang katanya syar'i itu sudah puas aku obok-obok, atau laki-laki ini pura-pura tidak tahu karena memang itu yang dia perintahkan untuk Anisa agar aku dan dia bekerjasama? Pak Christ bicara seperti itu di dalam hati sambil menatap ke arah Bagas, lalu.... "Bagas, usia kita terp
"Aku tidak pernah bisa menerima kembali orang yang sudah mengkhianati aku, Sean. Aku bisa memaafkan, tapi untuk menerima lagi, aku tidak bisa."Sean menarik napas lega mendengar jawaban Clara yang melegakan hatinya."Ya. Seseorang yang sudah pernah berselingkuh memang tidak bisa diterima lagi karena akan mengulang apa yang ia lakukan, karena selingkuh itu bisa membuat pelakunya akan kembali berbuat atas nama khilaf.""Aku hanya ingin lepas dari Bagas, mungkin dengan begitu, aku bisa memulai hidup baru.""Aku akan membantu.""Sean, tidak perlu. Selama ini juga kamu sudah terlalu banyak membantuku, jangan melakukan sesuatu yang membahayakan reputasi mu apalagi kamu juga akan menikah, kamu-""Aku tidak akan menikah! Tidak akan menikah dengan perempuan yang tidak aku sukai, kamu tidak perlu memikirkan masalah itu!"Sean tidak suka Clara membahas tentang perjodohan yang diatur oleh orang tuanya hingga Clara terpaksa tidak meneruskan ucapannya khawatir membuat Sean semakin tidak enak hati m
"Pi, kapan Papi pulang?" Sean tidak tahan untuk melontarkan pertanyaan, dan pertanyaan itu mampu membuat ayahnya dan Clara mengarahkan pandangan padanya."Oh, kamu sudah pulang? Darimana saja kamu?" tanya Pak Steven pada sang anak.Sean segera ikut bergabung dengan keduanya dengan duduk di dekat Clara yang saat itu terlihat tegang raut wajahnya."Aku sedang mengurus sesuatu, Pi.""Banyak wartawan di luar, ini karena kamu bertindak sembarangan, jika mereka menulis berita yang tidak-tidak, saham perusahaan kita akan anjlok, Sean!" ucap Pak Steven pada sang anak dengan raut wajah yang serius."Aku pastikan, mereka tidak akan melakukan hal itu, Pi.""Clara istri orang, kamu tidak bisa menyembunyikan dia terus menerus di sini."Pak Steven langsung bicara seperti itu dan Clara langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah tidak tahu akan bicara seperti apa menanggapi ucapan ayah Sean."Hanya sementara, Pi. Tidak lama. Sampai masalah dia selesai, itu saja.""Kamu bisa menyewakan tempat
"Aku mencintai Clara, Fauzi! Aku tidak akan pernah membiarkan dia dengan pria lain, titik!""Bagaimana dengan Clara terhadapmu? Dia dulu juga mencintaimu, dia pasti juga tidak mau kamu bersama dengan wanita lain, tapi nyatanya apa? Kamu sekarang poligami!""Diam! Kau ini temanku atau bukan? Aku itu minta dukungan, Fauzi, bukan ingin disudutkan!""Sudahlah. Tenangkan dirimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Istrimu tidak kembali, bagaimana caranya kamu mengatasi itu semua?""Clara pasti dengan Sean! Aku yakin itu!""Tapi kamu ada buktinya tidak?""Bukti apa lagi? Jika Clara tidak bersama dengan Nina, pasti dia dengan Sean, hanya pria itu yang selalu ikut campur masalahku dengan Clara, karena dia menyukai Clara!""Bagas. Jika kamu memang curiga Sean ingin merusak hubunganmu dengan Clara, kau harus punya bukti, Sean anak Pak Steven, kalau Pak Steven tidak terima dengan apa yang kamu tuduhkan, maka dia bisa membuat mu berada dalam kesulitan sekejap mata."Bagas hanya bisa mengepalkan
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!