Mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ, Clara menarik napas panjang, perasaannya semakin tidak nyaman dan rasa tertekannya semakin nyata, namun, karena Pak Christ mengatakan, permintaan maafnya tidak akan diterima jika ia tidak patuh, Clara akhirnya menuruti meskipun setengah hati.Perempuan itu mengarahkan pandangannya pada tempat di mana Bagas berada. Tidak ada Bagas di sana hingga Clara bertanya-tanya, suaminya itu masih memantaunya atau tidak?Bagas ke mana, ya? Kenapa dia enggak keliatan? Apa dia pergi, atau...."Sekarang, mari kita bicarakan tentang kesanggupan kamu yang akan menjadi jembatan komunikasi antara aku dan suamimu."Perkataan Clara yang tadi diucapkan perempuan itu di dalam hati terhenti seketika saat tiba-tiba saja, suara Pak Christ terdengar mengucapkan kalimat tadi, seraya menyentuh telapak tangannya lalu menggenggam telapak tangan itu dengan erat.Karena terkejut sekaligus tidak suka, Clara langsung menghempaskan tangan Pak Christ dengan kasar dan itu membu
"Nina!"Melihat yang datang adalah Nina, Clara langsung beranjak ke arah sahabatnya tersebut dan ia segera memeluk Nina untuk menumpahkan semua perasaannya yang tadi sulit untuk ia tahan saat bersama dengan Sean. "Aku tidak sengaja bertemu dengan Clara, jadi karena sekarang ada kamu, aku titip Clara sama kamu, ya? Mungkin lain kali, Clara jangan sendirian saat menemui seseorang, apalagi orang itu asing baginya, agar kejadian ini tidak terulang lagi."Sean bicara seperti itu sebelum akhirnya ia beranjak pergi karena ia sudah ditunggu oleh rekan yang memintanya untuk datang ke cafe tersebut.Nina sebenarnya sangat ingin banyak bicara dengan Sean. Selain sangat jarang bisa bertemu dengan Sean di luar pekerjaan, Nina juga masih ingin banyak bertanya pada laki-laki tersebut tentang Clara. Hanya saja, karena Nina tahu, Sean sangat sulit untuk mencari waktu senggang, Nina terpaksa merelakan idolanya itu untuk pergi meninggalkan mereka. Ia fokus pada Clara yang masih memeluknya erat sambil
Jantung Bagas seolah berhenti berdenyut melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat tersebut. Dengan tangan gemetar, ia membetulkan handuk yang dipakai Anisa tapi Anisa yang terus melakukan pergerakan sulit untuk diatasi oleh Bagas hingga tanpa sengaja, telapak tangan Bagas justru menyentuh paha Anisa. Merasakan tangan Bagas di pahanya, Anisa bersorak. Tidak sia-sia ia mengorbankan diri menahan sakit di kakinya seperti sekarang hingga ia bisa merasakan sentuhan Bagas di salah satu pahanya."Kakiku sakit, Gas, tolongin...."Anisa merintih lagi, sambil terus menggerakkan kakinya hingga bagian terlarangnya semakin terekspos dan Bagas semakin dibuat kalang kabut karena hal itu."Nisa. Jangan bergerak dulu, itu, aurat kamu ke mana-mana, aku akan berdosa kalau terus melihatnya, diam dulu ya, aku pindahkan kamu ke atas tempat tidur!"Sambil berusaha untuk menguasai perasaan berdebarnya, Bagas segera membenarkan handuk Anisa lagi, lalu ia mengangkat tubuh Anisa untuk ia pindahkan ke atas
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bagas, membuat Anisa bangkit dan perempuan itu duduk di hadapan Bagas tanpa peduli bagian dadanya menggantung bebas di hadapan Bagas hingga Bagas menelan salivanya dengan kasar. Anisa beringsut. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Bagas dan wajah mereka kini jadi sangat dekat satu sama lain karena hal itu."Kamu benar-benar berpikir aku pernah melakukan hubungan intim sama pria lain? Memangnya aku Clara? Seorang model yang mengekspos tubuhnya di depan kamera?" tanya Anisa sambil mempergunakan tangannya untuk membelai rahang kokoh Bagas, hingga Bagas kembali merasakan, ada gelanyar nikmat saat Anisa melakukan itu padanya. "Tapi, Clara masih perawan saat aku menyentuhnya," sahut Bagas dengan nada suara bergetar, pertanda ia menahan diri untuk tidak menyentuh dada Anisa yang begitu menantang di hadapannya."Masih perawan, emangnya kamu yakin, tubuh dia enggak pernah disentuh pria lain?""Dia tidak pernah berpacaran terlalu bebas, Nis. Hanya saja di
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Bagas, Anisa yang tadinya berbaring terlentang karena masih menikmati perasaan melayangnya usai berhubungan intim dengan Bagas seketika bangkit.Gadis itu menatap tidak suka pada Bagas karena pertanyaan Bagas membuat ia kesal."Enggak berdarah bukan berarti enggak perawan, Bagas! Kamu masih mempercayai kepercayaan orang-orang dulu? Tanya dokter, sana! Kadang ada juga yang enggak mengeluarkan darah meskipun dia masih perawan!"Nada suara Anisa terdengar meninggi ketika ia mengucapkan kalimat tersebut pada Bagas. Membuat Bagas garuk-garuk kepala. Meskipun ia tahu, ada kemungkinan perempuan yang tidak mengeluarkan darah itu tetap perawan, tapi entah kenapa, perasaannya menentang kesimpulan itu untuk Anisa. Beberapa hal membuat Bagas ragu kalau Anisa itu perawan, karena perempuan itu sangat berpengalaman saat memuaskan dirinya. Apakah Anisa melihat film biru untuk menambah imajinasinya? Bukankah perempuan berpakaian syar'i tidak akan melakukan hal
Bagas terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Anisa padanya. Tidak menyangka, Anisa begitu agresif, hingga ia benar-benar dibuat kelimpungan oleh tindakan perempuan tersebut pada tubuhnya terutama pada kelelakiannya.Detik berikutnya, Bagas hanya bisa pasrah kembali diajak bercinta oleh Anisa, dan malam itu mereka mengulangi perbuatan mereka sampai beberapa kali hingga keduanya terkulai lemas di atas tempat tidur dengan tubuh polos tanpa pakaian yang berkeringat.Anisa tertidur tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dan itu membuat Bagas kembali bertanya-tanya, mengapa lagi-lagi ada hal yang terasa aneh dan janggal yang mustahil dilakukan perempuan berpakaian syar'i seperti Anisa?Clara saja biasanya langsung mandi bersih kalau habis berhubungan intim denganku dan aku yang biasa suka menunda. Tapi, mengapa Anisa juga sama seperti aku? Menunda melakukan mandi bersih?Hati Bagas bicara sambil perlahan bangkit dan duduk sambil memandang Anisa yang tidur tanpa pakaian. Matanya men
"Jangan pura-pura enggak tahu deh, kamu. Kamu itu punya nafsu yang tinggi, aku yakin hal seperti ini tuh buat kamu bukan hal yang sulit untuk dipahami!"Anisa merajuk di hadapan Bagas, dan Bagas menarik napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Matanya mengarah pada dada Anisa, setelah itu beralih ke bagian bawah perut perempuan tersebut lalu lagi-lagi, Bagas menelan salivanya dengan kasar setelah memperhatikan itu semua.Ia mengulurkan tangannya, lalu dalam sekejap tangan Bagas sudah bermain di kedua dada Anisa hingga Anisa kembali meloloskan suara ketika Bagas melakukan hal itu pada dadanya. Tidak hanya sampai di situ, satu tangan Bagas meraba ke bagian bawah perut Anisa dan dengan gerakan cepat jemari tangan Bagas sudah bermain di sana membuat Anisa semakin tidak karuan karena apa yang dilakukan oleh Bagas lalu dalam sekejap ia mencapai puncaknya membuat jemari tangan Bagas penuh dengan cairan tersebut.Anisa membaringkan tubuhnya, sembari membuka kedua pahanya, matan
Clara menggeliat berusaha untuk melepaskan pelukan Bagas karena saat ini ia sedang emosi dan tidak ingin disentuh oleh suaminya tersebut. Meskipun memilih tidak memperpanjang perdebatan, Clara tetap belum bisa bersikap biasa pada Bagas.Namun, Bagas seolah tidak peduli dengan penolakan Clara hingga laki-laki itu terus saja mendekap tubuh ramping Clara bahkan satu tangannya masuk ke balik pakaian Clara membuat Clara makin sebal dengan apa yang dilakukan oleh Bagas. "Gas! Hentikan! Aku mau nyiapin sarapan!" katanya sambil mengeluarkan tangan Bagas yang sudah bermain di balik pakaiannya dan menyentuh dadanya. "Main dulu yuk, bentar?" ajak Bagas tidak patah semangat untuk menutupi kebohongannya didepan sang istri dengan mengajak istrinya berhubungan intim terlebih dahulu."Enggak! Aku mau nyiapin sarapan terus kerja! Kamu juga harus kerja, kan?" Clara menolak, perempuan itu benar-benar tidak mau menoleransi sikap Bagas yang dinilainya terlalu meremehkan rasa takutnya pada Pak Christ.
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia
Melihat hal itu, perempuan paruh baya yang pernah bekerja di rumah Sean itu sudah paham lewat apa yang ia lihat pada sikap Sean ketika usai membantu Clara meminum obat untuk meredakan pengaruh obat perangsang di tubuh istri Bagas tersebut.Sean menganggap perempuan yang disebutnya teman itu penting, dan itu membuat sang mantan pelayan tersenyum.Ia melangkahkan kakinya mendekati posisi Sean yang terduduk begitu saja di lantai ketika ia mundur saat selesai membantu Clara meminum obat tradisional yang dibuat mantan pelayan di rumahnya tersebut."Sudah terminum, insya Allah pengaruhnya akan hilang perlahan-lahan tapi tidak secara keseluruhan," katanya pada Sean dan Sean mengerutkan keningnya.Ia mendongak dan perlahan sang mantan pelayan duduk di hadapan Sean, karena ia tidak nyaman dan merasa tidak sopan jika harus berdiri sementara Sean duduk di lantai kamar rumahnya seperti itu."Maksudnya, tidak keseluruhan itu, Bibi mau bilang dia masih di bawah pengaruh obat kemungkinan besar?" ta