Share

BAB 3. MENGINTAI

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-27 15:24:41

Pagi hari seperti biasanya sebelum berangkat ke tempat kerja, aku mengantar Clarissa ke sekolah terlebih dahulu.

Setelah Clarissa masuk kelas, gegas aku berangkat menuju sekolah tempatku mengajar. Hari ini aku mengisi dua kelas, masing-masing dua jam mata pelajaran.

Tadi pagi sebelum berangkat, aku sudah menelepon Mita dan minta tolong untuk menjaga Clarissa lebih lama dari biasanya. Aku mengatakan kalau hari ini aku akan pulang terlambat, karena sedang ada urusan. Tentu saja Mita tidak keberatan untuk menjaga Clarissa. Dia juga tidak banyak bertanya tentang urusanku. Mita memang adik yang pengertian dan bisa diandalkan.

Jam 12.10 wib setelah menyelesaikan semua pekerjaan, aku langsung mengendarai motor menuju Jakarta. Rencananya hari ini aku akan mulai menyelidiki Mas Haris. Aku akan mengintai Mas Haris di tempat kerjanya.

Perjalanan Bekasi-Jakarta cukup melelahkan, apa lagi hari ini sangat panas. Tapi itu semua tidak membuatku mengurungkan niat untuk mendatangi kantor Mas Haris. Aku harus mencari tahu, mungkin saja pulang kerja Mas Haris akan menemui seseorang atau pergi ke suatu tempat.

Jam 13.25 wib akhirnya aku sampai di kantor Mas Haris. Aku langsung mencari tempat untuk istirahat, sekaligus makan siang karena aku belum makan. Selesai makan siang, lalu aku mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajiban. Setelahnya aku kembali lagi ke restoran tempatku makan siang tadi.

Cukup lama aku duduk menunggu Mas Haris pulang dan keluar dari kantornya. Bahkan aku sudah menghabiskan beberapa gelas minuman dan juga cemilan.

Akhirnya tepat jam 17.00 wib aku melihat Mas Haris keluar dari kantornya. Dia langsung berjalan menuju mobil di parkiran. Aku pun lekas memanggil pelayan restoran dan membayar makanan dan minuman yang kupesan. Kemudian aku bersiap untuk membuntuti Mas Haris. Tak lupa aku menggunakan kacamata hitam, masker, dan juga jaket.

Mobil Mas Haris mulai meninggalkan area perkantoran, aku menunggu beberapa saat terlebih dahulu sebelum akhirnya memacu motor mengikuti mobil Mas Haris. Aku sengaja tidak terlalu dekat supaya Mas Haris tidak melihatku. Ada rasa berdebar karena ini pertama kalinya aku mengikuti suamiku.

Mobil terus melaju dan aku sangat mengenali jalan yang dilalui oleh Mas Haris. Ini adalah jalan pulang menuju rumah mertuaku. Sejenak aku berpikir ternyata tidak ada yang mencurigakan, Mas Haris ternyata langsung pulang ke rumah.

Tapi tidak lama, aku melihat mobil Mas Haris berhenti di sebuah toko kue. Terlihat Mas Haris keluar dari mobilnya, kemudian dia masuk ke dalam toko kue itu. Aku pun berhenti dan mengawasi dari jauh. Tak lama, aku melihat Mas Haris keluar dari toko kue, tangannya menenteng dua plastik besar. Kemudian dia masuk mobil dan melanjutkan perjalanan. Aku pun kembali mengikuti mobil Mas Haris.

Sekitar 30 menit akhirnya mobil Mas Haris sampai di rumah ibunya. Mas Haris turun dari mobil, lalu masuk ke dalam rumah. Aku menepikan motor di depan sebuah warung tidak jauh dari rumah mertuaku. Lalu aku membeli minuman dan duduk di bangku depan warung. Aku masih akan mengawasi Mas Haris dari sini, barangkali setelah ini dia akan keluar dan pergi ke suatu tempat.

Setengah jam sudah berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda Mas Haris akan keluar dari dalam rumah. Aku sedikit kecewa karena tak mendapat bukti apapun. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja, karena sebentar lagi adzan Maghrib akan berkumandang.

Tapi tiba-tiba aku melihat Mas Haris yang sudah berganti pakaian, keluar dari dalam rumah. Refleks aku langsung membalikan badanku menghadap ke arah warung. Untungnya Mas Haris tidak melihat ke arah warung. Lalu pelan-pelan aku membalikkan badan lagi dan melihat Mas Haris melangkah ke rumah yang berada di sebelah kanan rumah mertuaku. Rumah itu adalah rumah Mba Linda--istri Mas Harlan yang merupakan kakak kandung Mas Haris.

Di tangan Mas Haris membawa satu plastik kue yang tadi dibelinya. Ternyata satu kue itu untuk Mba Linda dan Dila keponakannya.

Tiba-tiba aku teringat putriku, Clarissa. Sudah lama sekali Mas Haris tidak pernah membelikan sesuatu untuknya. Setiap pulang ke Bekasi, Mas Haris selalu bilang tidak sempat membeli oleh-oleh untuk Clarissa. Tapi ternyata untuk ipar dan keponakannya dia menyempatkan untuk membeli buah tangan sepulang dari bekerja.

Entahlah seberapa sering Mas Haris membelikan sesuatu untuk keponakannya itu, selama ini aku menganggap perhatian yang diberikan Mas Haris adalah hal yang lumrah. Tapi sekarang sejujurnya aku merasa iri, karena putriku tidak di perhatikan oleh ayahnya sendiri.

Setengah jam kemudian Mas Haris tidak juga keluar dari rumah iparnya. Entah apa yang dilakukannya. Mungkinkah dia sedang menemani keponakannya bermain? Tapi bukankah Mba Linda dan Dila hanya tinggal berdua saja di rumah, karena Mas Harlan--suami Mba Linda sedang berkerja di Malaysia sebagai TKI. Rasanya tidak pantas kalau Mas Haris terlalu lama di rumah Mba Linda, karena bisa menimbulkan fitnah.

Akhirnya karena waktu Maghrib sebentar lagi akan habis, aku segera meninggalkan tempat itu. Aku buru-buru mencari Masjid terdekat untuk menunaikan shalat. Setelah itu aku memutuskan untuk pulang ke Bekasi. Besok aku akan mengawasi Mas Haris lagi.

**

Hari kedua, aku kembali mengikuti suamiku sewaktu pulang kerja. Masih sama seperti kemarin, Mas Haris kembali berhenti di toko kue dan membeli kue. Hanya saja kali ini saat keluar dari toko kue, aku melihat Mas Haris hanya membawa satu plastik kue saja.

Aku kembali mengikuti mobil Mas Haris yang sudah melanjutkan perjalanan lagi. Tapi tak lama mobil itu kembali berhenti di depan sebuah toko mainan. Mas Haris masuk ke dalam toko dan tak begitu lama keluar lagi dengan membawa boneka berwarna pink yang di bungkus dengan plastik parsel.

"Ternyata kamu selalu memanjakan keponakanmu, Mas. Tapi kamu lupa pada putrimu sendiri," gumamku menahan perih di hati karena aku kembali teringat Clarissa. Aku bahkan sudah lupa, kapan terakhir Clarissa dibelikan boneka oleh ayahnya.

Tak terasa air mataku mengalir, lagi-lagi aku kecewa pada suamiku.

Mobil Mas Haris kembali melanjutkan perjalanan. Saat sudah sampai di rumah ibunya, terlihat Mas Haris turun dari mobil dan langsung menuju rumah Mba Linda dengan membawa plastik kue dan juga boneka yang tadi dibelinya. Dia bahkan tidak masuk dulu ke rumah ibunya.

Mas Haris mengetuk pintu rumah iparnya, tak lama pintu terbuka dan muncul Mba Linda sambil menggendong putrinya, Dila. Kemudian mereka masuk kedalam rumah, tampak seperti sebuah keluarga kecil yang utuh dan harmonis.

"Kenapa Mas Haris Begitu perhatian pada Dila, padahal Dila cuma keponakan. Bahkan perhatian seperti itu tidak diberikannya pada Clarissa, padahal Clarissa adalah anak kandung satu-satunya," gumamku pada diri sendiri.

Aku menghembuskan nafas kasar untuk membuang rasa sakit dan juga kesal.

Sejenak aku berpikir apa yang harus kulakukan sekarang. Apakah aku harus datang dan menghampiri Mas Haris yang sedang berada di rumah iparnya itu?

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Andriani
ceritanya keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 33. PART TAMBAHAN

    (POV Linda)Ternyata nasib tak seindah harapan, perlahan tapi pasti aku mulai mendapatkan balasan atas apa yang telah kulakukan di masa lalu.Setelah diceraikan kemudian di usir dari rumah Mas Haris, aku mengajak om Yongki untuk bertemu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, hanya om Yongki satu-satunya harapanku. Aku memintanya untuk segera menikahiku seperti janjinya padaku selama ini. Meskipun hanya dinikahi secara siri, aku tidak keberatan. Tapi nyatanya om Yongki tidak mau menikahiku, dia mencampakkan aku setelah membuatku ditendang oleh Mas Haris."Om, mana janjimu, katanya Om akan menikahiku. Aku sekarang sudah bercerai dengan suamiku, jadi sekarang aku minta Om segera nikahi aku. Aku butuh status Om, aku nggak mau hubungan kita seperti ini terus," ucapku sambil menatap nanar laki-laki yang sudah cukup berumur di depanku ini. Aku nggak masalah dengan umur, yang penting Om Yongki bisa memberikan apa saja yang aku mau. Bagi orang sepertiku uang adalah segalanya."Kamu jangan mimpi te

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 32. PART TAMBAHAN

    (POV Haris)Ternyata beginilah rasanya diabaikan, juga merindukan seseorang tapi tak dipedulikan. Rasa rindu ini berubah menjadi sangat menyakitkan karena rindu yang tak sampai.Ingin rasanya memeluknya dengan penuh kerinduan, tapi jangankan pelukan, bahkan menoleh dan menyapa pun dia enggan. Tapi itu bukan salahnya, tentu saja semua adalah salahku. Aku yang dulu selalu mengabaikan dan tak pernah memperdulikannya, dan sekarang dia membalasku.Inilah hukuman paling berat dalam hidupku, diabaikan dan dijauhi oleh putri kandungku sendiri.Kini hidupku terasa sangat sepi. Dila putri yang sangat ku sayangi, yang keinginan dan kebahagiaannya selalu ku letakkan di atas segalanya, telah pergi untuk selamanya.Linda perempuan yang sangat kucintai juga telah pergi, setelah menorehkan luka yang teramat dalam di hati ini. Entah di mana dia sekarang, aku sudah tidak peduli lagi.Sedangkan Miranti dan Clarissa ternyata telah bahagia bersama keluarganya yang baru. Aku tidak menyangka Mira bisa begit

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 31. ENDING

    Di sinilah kami berada sekarang, di sebuah hotel di Raja Ampat. Pemandangan yang memanjakan mata, membuatku betah berlama-lama menatap keindahan alam yang selalu membuatku terpesona.Apalagi hotel tempat kami menginap, bangunannya berupa panggung di atas air, sehingga kami bisa leluasa memandang gundukan-gundukan pulau yang menyerupai tempurung kura-kura yang luar biasa indah.Tak salah banyak yang memilih tempat ini sebagai tempat untuk honeymoon, termasuk kami berdua, aku dan Mas Rayhan. Tempat ini sangat romantis dan tenang, karena jauh dari keramaian.Kami hanya pergi berdua, karena ibu dan Mama Wulan melarang kami membawa Clarissa. Alasannya karena Clarissa harus sekolah sedangkan kami belum tahu akan berlibur berapa lama. Tapi Mama Wulan berjanji, saat Clarissa libur panjang nanti, kami akan berlibur bersama ke luar negeri.Untungnya Clarissa mengerti dan tidak ada drama menangis sama sekali. Sebenarnya aku merasa berat meninggalkan Clarissa, karena selama ini aku belum pernah b

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    30. PENGANTIN BARU

    Sekitar sepuluh menit akhirnya Pak Rayhan keluar dari kamar mandi, kemudian langsung masuk ke walk in closed untuk berganti pakaian. Tak lama dia keluar lagi dan menghampiriku yang sedang duduk di tepi tempat tidur."Capek, nggak?" tanyanya sembari mengelus punggungku dengan lembut."Iya, lumayan," jawabku pelan."Aku bantu bukain hijabnya ya, terus kita tidur. Besok kita masih ada acara, pagi-pagi harus sudah berada di hotel," ucap Pak Rayhan kemudian langsung membantu membuka hijabku."Kenapa harus resepsi di hotel, Pak? Seharusnya nggak usah berlebihan, uangnya juga bisa ditabung," ucapku kala Pak Rayhan sudah berhasil melepaskan hijab berwarna merah maroon yang menutupi rambutku."Kok, masih panggil 'Pak', apa nggak ada panggilan sayang untukku?" tanyanya sambil memutar tubuhku supaya menghadap ke arahnya."Memangnya mau di panggil apa?" tanyaku balik sambil menatap wajah tampan di depanku."Panggil aku 'Mas' atau 'Ayah' bila kita sedang bersama Clarissa," jawab Pak Rayhan sambil

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 29. AKHIRNYA SAH

    (POV Miranti)Sudah hampir dua minggu dari liburan kami di puncak kala itu. Selama dua minggu ini aku dan Pak Rayhan tidak ada komunikasi sama sekali. Sepertinya dia sengaja memberiku waktu untuk berpikir. Aku menjalani keseharian seperti biasa, tetap fokus bekerja dan menjalankan bisnis yang semakin berkembang pesat. Aku yakin Pak Rayhan juga sedang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga dia tidak sempat menghubungiku.Sebenarnya aku sudah ada jawaban untuk Pak Rayhan, namun untuk menghubunginya lebih dulu tentu aku gengsi. Akhirnya aku hanya menunggu Pak Rayhan yang lebih dulu menghubungiku.Sejujurnya aku memang telah jatuh hati pada laki-laki penyayang itu. Apalagi melihat kedekatannya dengan putriku, Clarissa. Dan setelah beberapa kali shalat istikharah, akhirnya hatiku mantap menjadikan Pak Rayhan sebagai imamku sekaligus ayah untuk Clarissa. Bahkan beberapa kali Pak Rayhan datang dalam mimpiku. Dalam mimpi itu kami bertiga sangat bahagia. Aku menganggap semua itu adalah petunjuk,

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 28. HUKUM KARMA

    "Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?" tanyaku saat Linda sudah di depan pintu."Dari kerjalah, dari mana lagi memangnya," sahutnya tanpa rasa bersalah."Kerja di hotel maksudnya?" jawabku ketus, membuat Linda tersentak kaget karena sebelumnya aku tidak pernah kasar padanya."Mas kenapa, sih?" sahutnya sambil menerobos masuk dan berjalan cepat menuju kamar. Baru beberapa langkah aku berhasil mengejarnya, kemudian mencekal tangannya."Hentikan sandiwaramu, aku sudah muak dengan semuanya!" ucapku dengan geram."Sandiwara apa? Udah ah, aku capek, mau tidur," jawabnya sembari berusaha melepaskan tangannya.Tiba-tiba ibu keluar dari dalam kamar."Ini ada apa sih, malam-malam kok ribut banget. Linda, dari mana aja kamu baru pulang jam segini? Kenapa ditelepon nggak di angkat? Kamu tahu nggak, apa yang terjadi pada anakmu?!" Bentak ibu saat melihat Linda berdiri di ruang tamu."Ponsel aku hilang, Bu. Memangnya ada apa sama Dila?" tanya Linda. Entah dia benar-benar tidak tahu atau hany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status