Beranda / Rumah Tangga / PELAKOR ITU KAKAK IPARKU / BAB 4. ACARA ULANG TAHUN NADILA

Share

BAB 4. ACARA ULANG TAHUN NADILA

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-27 15:42:25

Di hari kedua penyelidikanku kemarin, aku masih belum menemukan bukti apapun. Sehingga aku memutuskan untuk pulang. Tapi aku merasa semakin bingung dengan kedekatan Mas Haris dan Mba Linda. Sehingga aku memutuskan untuk kembali lagi keesokan harinya.

Hari ini hari ketiga. Setelah selesai bekerja, aku memilih pulang ke rumah ibuku terlebih dahulu. Aku merasa kasihan dan merasa bersalah pada putriku, karena sudah dua hari aku meninggalkannya.

"Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam, kemudian langsung masuk ke dalam rumah.

"Walaikumsalam," jawab Mita dan Clarissa bersamaan sambil menoleh ke arahku.

"Bunda ..., Bunda udah pulang." Clarissa tersenyum lalu menghampiri dan memelukku.

"Senang banget ya, Bunda udah pulang," jawabku lalu menyambut pelukan putriku.

"Iya, Bun. Clarissa senang, apa lagi sebentar lagi Clarissa mau ulang tahun," jawabnya sambil menarik tanganku, lalu mengajak duduk di sofa di sebelah Mita.

"Bun ..., kalau Clarissa ulang tahun, ayah pasti pulang kan?" tanya Clarissa penuh harap.

"Iya, insyaallah ayah pulang, sayang," jawabku walaupun sebenarnya aku juga tidak yakin Mas Haris akan pulang.

"Kita ke rumah nenek sekarang yuk, Bun. Kita samperin ayah," ajak Clarissa dengan semangat.

"Kita tunggu aja ayah pulang ke rumah," tolakku secara halus.

"Yaa, Bunda ..., kita ke sana aja sekarang," ajaknya sambil merengek.

Akhirnya karena Clarissa terus merengek, aku menuruti keinginannya. Jam tiga sore kami pergi ke Jakarta naik taksi online, karena aku tidak mau Clarissa capek bila naik motor.

Mudah-mudahan saja jalanan tidak terlalu macet, sehingga jam empat sudah sampai di Jakarta. Anggap saja kami sedang memberi kejutan pada Mas Haris, saat dia pulang kerja kami sudah di rumah ibunya.

Sesuai dengan perkiraanku, jam empat kami akhirnya sampai di depan rumah mertuaku. Rumah tampak sepi, namun aku melihat mobil Mas Haris terparkir di garasi padahal ini baru jam empat sore. Seharusnya Mas Haris belum pulang bekerja.

Kemudian aku melihat rumah yang berada di sebelah rumah mertuaku, rumah Mba Linda malah tampak ramai. Ada apa di sana?

Tampak beberapa anak kecil berdatangan dengan pakaian yang indah seolah akan berangkat ke pesta. Mereka juga membawa kado.

Sekarang aku baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun Nadila, anak Mba Linda dan Mas Harlan. Aku mengingatnya karena ulang tahun Dila hanya beda beberapa hari dari ulang tahun Clarissa. Mereka memang berulang tahun di bulan yang sama, tapi Clarissa lebih tua dua tahun dari Dila yang sekarang baru berusia tiga tahun.

Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah Mba Linda. Dan ternyata acara ulang tahun Dila sudah mau di mulai. Tampak ibu mertuaku, Mba Linda, dan Mas Haris yang sedang menggendong Dila berdiri di depan kue tart yang sudah ada lilin yang menyala siap untuk ditiup.

Melihatku dan Clarissa datang, Mas Haris tampak kaget lalu buru-buru memberikan Dila yang sedang digendongnya pada Mba Linda. Kemudian dia hendak menghampiri kami. Tetapi ....

"Om Halis ...!" teriak Dila memanggil Mas Haris sambil menangis. Tangannya meminta untuk di gendong kembali.

"Haris, sini ..., nggak apa-apa gendong Dila dulu, terus tiup lilinnya," ucap ibu mertuaku tanpa memperdulikan cucunya yang baru saja datang.

Akhirnya Mas Haris menurut, dia kembali menggendong Dila. Aku dan Clarissa hanya diam dan melihat mereka bernyanyi kemudian meniup lilin dan memotong kuenya.

Setelah acara tiup lilin selesai, Mas Haris yang masih menggendong Dila menghampiri aku dan Clarissa.

"Bun, Clarissa, ayah nggak tahu kalian mau ke sini," ucap mas Haris.

"Iya, Mas. Clarissa yang minta untuk ke sini. Mas kok udah pulang kerja?" tanyaku menyelidik.

"Eh, anu Bun, ayah hari ini nggak masuk kerja," jawab Mas Haris salah tingkah.

"Oooh ...." Aku cuma ber-O panjang menanggapi ucapan Mas Haris.

"Om, Halis ...!" Tiba-tiba Dila berteriak sambil menunjuk ke arah kado-kado yang berjejer pemberian teman-temannya.

"Dila mau buka kado, ya?" tanya Mba Linda yang datang menghampiri.

Kemudian Dila menunjuk lagi ke arah boneka beruang besar berwarna pink yang dibungkus plastik parsel dan dihias dengan pita besar yang sangat cantik.

"Dila mau ini?" tanya ibu mertua sambil memegang boneka besar itu, kemudian membawanya ke arah kami. Diberikannya boneka itu pada Mba Linda yang berdiri di samping Mas Haris dan Dila.

"Bagus banget ya, bonekanya. Ini kado ulang tahun dari Om Haris," ucap ibu mertuaku tanpa memperdulikan perasaan putriku.

Mendengar ucapan neneknya, Clarissa langsung terlihat sedih kemudian memelukku. Sedangkan Mas Haris terlihat semakin salah tingkah.

"Bunda, ayo kita pulang," ucap Clarissa pelan, seperti menahan tangis. Aku langsung mengangguk, kemudian pamit.

"Bu, kami pamit pulang dulu," ucapku pada ibu mertua.

"Clarissa kok pulang, makan dulu ya," jawabnya seperti tak mengerti perasaan cucunya.

"Nggak usah, Bu. Terima kasih," jawabku lalu menghadap ke arah Mas Haris.

"Mas kami pulang dulu, jangan lupa hari Minggu besok Clarissa juga ulang tahun," ucapku sebelum meninggalkan rumah Mba Linda.

Akhirnya kami pulang, aku merasa menyesal karena menuruti keinginan Clarissa untuk ke rumah neneknya. Kalau tahu akan seperti ini, aku tidak akan ke rumah Mba Linda yang menyebabkan putriku menjadi sedih.

**

Di dalam mobil Clarissa hanya diam saja. Aku hanya bisa memeluk dan mengusap rambutnya. Aku mengerti kesedihan putriku. Clarissa pasti merasa ayahnya lebih menyayangi Dila dari pada dirinya.

Clarissa memang sudah sangat lama tidak di belikan mainan oleh ayahnya. Jangankan boneka besar, boneka yang kecil saja itu pun saat Clarissa masih kecil.

Clarissa memang punya banyak mainan dan boneka, tetapi semua itu aku dan Mita yang membelikannya.

"Clarissa mau boneka beruang besar?" tanyaku saat mobil yang kami tumpangi melewati sebuah toko boneka. Clarissa menganggukkan kepalanya, tetapi raut wajahnya masih terlihat sedih dan tidak bersemangat.

"Pak, bisa tolong berhenti dan tunggu sebentar. Saya mau beli boneka dulu, nggak akan lama kok," ucapku pada sopir taksi.

"Boleh, tapi jangan lama-lama ya, Bu," jawabnya lalu menepikan mobil di depan toko boneka.

Aku mengajak Clarissa turun dan masuk ke dalam toko. Saat masuk ke dalam toko, kami disambut oleh pelayan toko dengan ramah.

"Selamat sore Mba, Adek. Mau cari apa? Mungkin bisa dibantu," ucap salah seorang pelayan toko.

Aku hanya menanggapi ucapan pelayan toko itu dengan senyuman dan sedikit menganggukkan kepala. Lalu aku mengedarkan pandangan ke sekeliling toko. Tatapanku langsung tertuju pada sebuah boneka beruang besar berwarna pink.

"Clarissa mau boneka yang itu?" Aku menunjuk kearah boneka yang tadi kulihat.

Clarissa menganggukkan kepalanya, tapi masih sama seperti tadi, tidak bersemangat.

"Mba, saya mau boneka yang itu. Tolong di bungkus ya," ucapku pada pelayanan toko tadi. Kemudian aku berjalan kearah kasir untuk melakukan pembayaran.

Setelah selesai membayar, kami keluar dengan diantar pelayan toko yang membawakan belanjaan kami ke mobil.

Akhirnya kami sampai di rumah ibu. Setelah membayar ongkos taksi, kemudian kami turun.

Clarissa langsung berlari masuk ke dalam rumah, tanpa ikut membantuku membawa bonekanya. Dengan susah payah aku berjalan sambil menggendong boneka besar itu.

"Mba, Clarissa kenapa?" tanya Mita saat aku baru masuk dan meletakkan boneka di ruang keluarga.

"Tadi waktu kami sampai di Jakarta, ternyata Dila lagi merayakan ulang tahun. Mas Haris membelikan boneka beruang besar untuk hadiah ulang tahun Dila. Kamu tahu, Mit? Mas Haris hari ini sampai nggak masuk kerja lho," ucapku bercerita pada Mita dan ibu yang juga ada di ruang keluarga.

"Mba, kenapa ya Mas Haris segitunya sama Mba Linda dan Dila? Atau jangan-jangan ...." Ucapan Mita terhenti karena ibu menyenggol lengannya.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Andriani
semangat ya!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 33. PART TAMBAHAN

    (POV Linda)Ternyata nasib tak seindah harapan, perlahan tapi pasti aku mulai mendapatkan balasan atas apa yang telah kulakukan di masa lalu.Setelah diceraikan kemudian di usir dari rumah Mas Haris, aku mengajak om Yongki untuk bertemu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, hanya om Yongki satu-satunya harapanku. Aku memintanya untuk segera menikahiku seperti janjinya padaku selama ini. Meskipun hanya dinikahi secara siri, aku tidak keberatan. Tapi nyatanya om Yongki tidak mau menikahiku, dia mencampakkan aku setelah membuatku ditendang oleh Mas Haris."Om, mana janjimu, katanya Om akan menikahiku. Aku sekarang sudah bercerai dengan suamiku, jadi sekarang aku minta Om segera nikahi aku. Aku butuh status Om, aku nggak mau hubungan kita seperti ini terus," ucapku sambil menatap nanar laki-laki yang sudah cukup berumur di depanku ini. Aku nggak masalah dengan umur, yang penting Om Yongki bisa memberikan apa saja yang aku mau. Bagi orang sepertiku uang adalah segalanya."Kamu jangan mimpi te

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 32. PART TAMBAHAN

    (POV Haris)Ternyata beginilah rasanya diabaikan, juga merindukan seseorang tapi tak dipedulikan. Rasa rindu ini berubah menjadi sangat menyakitkan karena rindu yang tak sampai.Ingin rasanya memeluknya dengan penuh kerinduan, tapi jangankan pelukan, bahkan menoleh dan menyapa pun dia enggan. Tapi itu bukan salahnya, tentu saja semua adalah salahku. Aku yang dulu selalu mengabaikan dan tak pernah memperdulikannya, dan sekarang dia membalasku.Inilah hukuman paling berat dalam hidupku, diabaikan dan dijauhi oleh putri kandungku sendiri.Kini hidupku terasa sangat sepi. Dila putri yang sangat ku sayangi, yang keinginan dan kebahagiaannya selalu ku letakkan di atas segalanya, telah pergi untuk selamanya.Linda perempuan yang sangat kucintai juga telah pergi, setelah menorehkan luka yang teramat dalam di hati ini. Entah di mana dia sekarang, aku sudah tidak peduli lagi.Sedangkan Miranti dan Clarissa ternyata telah bahagia bersama keluarganya yang baru. Aku tidak menyangka Mira bisa begit

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 31. ENDING

    Di sinilah kami berada sekarang, di sebuah hotel di Raja Ampat. Pemandangan yang memanjakan mata, membuatku betah berlama-lama menatap keindahan alam yang selalu membuatku terpesona.Apalagi hotel tempat kami menginap, bangunannya berupa panggung di atas air, sehingga kami bisa leluasa memandang gundukan-gundukan pulau yang menyerupai tempurung kura-kura yang luar biasa indah.Tak salah banyak yang memilih tempat ini sebagai tempat untuk honeymoon, termasuk kami berdua, aku dan Mas Rayhan. Tempat ini sangat romantis dan tenang, karena jauh dari keramaian.Kami hanya pergi berdua, karena ibu dan Mama Wulan melarang kami membawa Clarissa. Alasannya karena Clarissa harus sekolah sedangkan kami belum tahu akan berlibur berapa lama. Tapi Mama Wulan berjanji, saat Clarissa libur panjang nanti, kami akan berlibur bersama ke luar negeri.Untungnya Clarissa mengerti dan tidak ada drama menangis sama sekali. Sebenarnya aku merasa berat meninggalkan Clarissa, karena selama ini aku belum pernah b

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    30. PENGANTIN BARU

    Sekitar sepuluh menit akhirnya Pak Rayhan keluar dari kamar mandi, kemudian langsung masuk ke walk in closed untuk berganti pakaian. Tak lama dia keluar lagi dan menghampiriku yang sedang duduk di tepi tempat tidur."Capek, nggak?" tanyanya sembari mengelus punggungku dengan lembut."Iya, lumayan," jawabku pelan."Aku bantu bukain hijabnya ya, terus kita tidur. Besok kita masih ada acara, pagi-pagi harus sudah berada di hotel," ucap Pak Rayhan kemudian langsung membantu membuka hijabku."Kenapa harus resepsi di hotel, Pak? Seharusnya nggak usah berlebihan, uangnya juga bisa ditabung," ucapku kala Pak Rayhan sudah berhasil melepaskan hijab berwarna merah maroon yang menutupi rambutku."Kok, masih panggil 'Pak', apa nggak ada panggilan sayang untukku?" tanyanya sambil memutar tubuhku supaya menghadap ke arahnya."Memangnya mau di panggil apa?" tanyaku balik sambil menatap wajah tampan di depanku."Panggil aku 'Mas' atau 'Ayah' bila kita sedang bersama Clarissa," jawab Pak Rayhan sambil

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 29. AKHIRNYA SAH

    (POV Miranti)Sudah hampir dua minggu dari liburan kami di puncak kala itu. Selama dua minggu ini aku dan Pak Rayhan tidak ada komunikasi sama sekali. Sepertinya dia sengaja memberiku waktu untuk berpikir. Aku menjalani keseharian seperti biasa, tetap fokus bekerja dan menjalankan bisnis yang semakin berkembang pesat. Aku yakin Pak Rayhan juga sedang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga dia tidak sempat menghubungiku.Sebenarnya aku sudah ada jawaban untuk Pak Rayhan, namun untuk menghubunginya lebih dulu tentu aku gengsi. Akhirnya aku hanya menunggu Pak Rayhan yang lebih dulu menghubungiku.Sejujurnya aku memang telah jatuh hati pada laki-laki penyayang itu. Apalagi melihat kedekatannya dengan putriku, Clarissa. Dan setelah beberapa kali shalat istikharah, akhirnya hatiku mantap menjadikan Pak Rayhan sebagai imamku sekaligus ayah untuk Clarissa. Bahkan beberapa kali Pak Rayhan datang dalam mimpiku. Dalam mimpi itu kami bertiga sangat bahagia. Aku menganggap semua itu adalah petunjuk,

  • PELAKOR ITU KAKAK IPARKU    BAB 28. HUKUM KARMA

    "Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?" tanyaku saat Linda sudah di depan pintu."Dari kerjalah, dari mana lagi memangnya," sahutnya tanpa rasa bersalah."Kerja di hotel maksudnya?" jawabku ketus, membuat Linda tersentak kaget karena sebelumnya aku tidak pernah kasar padanya."Mas kenapa, sih?" sahutnya sambil menerobos masuk dan berjalan cepat menuju kamar. Baru beberapa langkah aku berhasil mengejarnya, kemudian mencekal tangannya."Hentikan sandiwaramu, aku sudah muak dengan semuanya!" ucapku dengan geram."Sandiwara apa? Udah ah, aku capek, mau tidur," jawabnya sembari berusaha melepaskan tangannya.Tiba-tiba ibu keluar dari dalam kamar."Ini ada apa sih, malam-malam kok ribut banget. Linda, dari mana aja kamu baru pulang jam segini? Kenapa ditelepon nggak di angkat? Kamu tahu nggak, apa yang terjadi pada anakmu?!" Bentak ibu saat melihat Linda berdiri di ruang tamu."Ponsel aku hilang, Bu. Memangnya ada apa sama Dila?" tanya Linda. Entah dia benar-benar tidak tahu atau hany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status