Share

BAB 2. TAK SENGAJA MELIHAT

Setelah Mas Haris pergi, aku membujuk Clarissa. Lalu mengajaknya ke rumah omanya, yang terletak di perumahan yang berbeda dengan perumahan tempat tinggal kami.

Dengan mengendarai motor, aku membonceng Clarissa di belakangku. Aku sudah terbiasa melakukan ini, apa lagi setelah Clarissa masuk sekolah. Setiap hari sebelum berangkat bekerja, aku mengantarkannya ke sebuah TK yang tidak terlalu jauh dari rumah ibuku.

Aku selalu berusaha mensugesti diri sendiri, bahwa aku bisa dan aku kuat. Aku bersuami tapi nyatanya seperti tak bersuami. Semuanya kulakukan sendiri, mengurus rumah, mengurus anak, dan juga bekerja. Bahkan waktu Clarissa masuk sekolah TK kemarin, Mas Haris tak ada andil sedikit pun membantu. Semua aku yang mengurus, seakan dia lupa kalau sudah punya anak.

Tapi aku bersyukur, karena aku masih punya keluarga yang tinggal tidak terlalu jauh dari rumah kami. Ibu selalu berusaha menguatkan aku. Begitu pun Mita dan suaminya tidak pernah menolak dan lelah membantuku, terutama menjaga anakku bila aku sedang berkerja.

Biasanya pulang sekolah Clarissa akan dijemput oleh Mita, adik perempuanku satu-satunya. Clarissa akan berada di rumah ibuku sampai aku pulang bekerja dan menjemputnya. Alhamdulillah aku bisa berkerja dengan tenang, karena anakku dijaga oleh keluargaku sendiri.

Mita dan suaminya sangat menyayangi Clarissa, apalagi mereka sampai sekarang belum dikaruniai seorang anak. Sebelum menikah, Mita dan Bagus sama-sama bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit. Tapi setelah menikah, Mita resign dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Mereka sangat mendambakan hadirnya buah hati dalam pernikahan mereka.

Sekitar 30 menit akhirnya kami sampai di depan rumah ibu. Aku mematikan motor, Clarissa turun dan membantu membuka pintu gerbang. Lalu aku memasukkan motor kedalam halaman.

"Oma ...." Clarissa memanggil omanya dari teras.

"Clarissa, salam dulu, Nak," ucapku mengingatkan putriku untuk mengucapkan salam.

"Iya, Bunda, maaf ...." jawab Clarissa.

"Assalamualaikum ...." Aku dan Clarissa mengucap salam berbarengan.

"Walaikumsalam ...." Terdengar suara Mita menyahut dari dalam rumah. Tak lama terlihat ia keluar menyambut kami. Clarissa menghampiri tantenya lalu mencium punggung tangannya.

"Ponakan tante datang, tapi tumben kok kelihatan sedih gitu sih. Kenapa sayang?" Mita langsung menggandeng Clarissa masuk ke ruang keluarga.

Clarissa diam tidak menjawab. Tapi dia menurut saja digandeng tantenya masuk.

Setelah mencium punggung tangan omanya, Clarissa duduk di sebelah omanya yang sedang menonton televisi.

"Kenapa sayang, kok cemberut?" tanya ibu sambil mengalihkan pandangan dari TV, lalu beliau menatap cucu kesayangannya.

"Ayah udah nggak sayang sama Clarissa," jawabnya sambil menunduk. Air matanya jatuh di pipi chubbynya.

Mendengar perkataan Clarissa, ibu dan Mita berpandangan. Lalu mereka melihat ke arahku seolah meminta penjelasan.

"Haris pulang, Mir?" tanya ibu sambil menatapku.

"Iya, Bu, kemarin sore Mas Haris pulang. Tapi pagi ini udah balik lagi ke Jakarta," jawabku lalu duduk di sofa tunggal di samping ibu.

"Kenapa Mas Haris balik hari ini, Mba? 'Kan bisa balik besok pagi sekalian berangkat kerja. Lagian udah berapa minggu nggak pulang, emang nggak kangen sama anak Istri apa?" tanya Mita sedikit kesal.

"Nggak tahu, Dek. Tadi kata Mas Haris kalau berangkat pagi macet, takut telat. Padahal Clarissa pengen jalan-jalan, tapi Mas Haris nggak bisa. Jadinya Clarissa ngambek, deh," terangku.

"Clarissa pengen jalan-jalan sama ayah bunda. Tapi ayah sekarang sibuk terus, Tante," ucap Clarissa masih menangis lalu memeluk tantenya.

"Cup, cup, kesayangan tante. Kalau jalan-jalan sama bunda, sama tante, sama oma, terus sama om Bagus, gimana? Mau nggak?" bujuk Mita sambil mengusap punggung anakku.

**

Setelah berhasil membujuk Clarissa, akhirnya kami pergi jalan-jalan untuk menyenangkan hatinya yang masih sedih karena tidak bisa pergi dengan ayahnya. Kami pergi mengendarai mobil Mita dan Bagus.

Sebenarnya aku juga punya mobil yang dibeli dengan uang tabunganku dan Mas Haris. Tapi aku lebih nyaman bepergian dengan menggunakan motor, karena lebih cepat sampai ke tempat tujuan dibandingkan dengan naik mobil. Akhirnya mobil lebih sering dipakai oleh Mas Haris.

"Jadi kita mau jalan-jalan kemana? Clarissa mau kemana, sayang?" tanya Mita sambil menoleh kearah Clarissa.

"Clarissa mau ke pantai Tante, Clarissa mau lihat laut," sahut Clarissa sambil tersenyum.

"Oh, Clarissa mau lihat laut. Ya sudah, kita ke Anc*l aja ya," sahut Bagus.

"Iya, mau, Om. Horee ..., Clarissa bisa liat laut!" teriak Clarissa sambil bertepuk tangan. Aku dan ibu tersenyum melihatnya. Syukurlah putriku sudah kembali ceria.

Akhirnya setelah semua setuju, kami berangkat menuju pantai Impian Jaya Anc*l.

Sampai di sana hari sudah siang, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Kami makan di salah satu restoran tak jauh dari situ. Setelah selesai makan, kami segera membeli tiket masuk karena Clarissa sudah tidak sabar ingin segera melihat laut.

Turun dari mobil, Clarissa langsung menarik tanganku menuju pantai. Terlihat sekali dia sangat bahagia dan tidak sabar ingin bermain air.

Hari Minggu pengunjung di tempat wisata sangat ramai. Tapi entah kebetulan atau apa, saat mataku tak sengaja melihat seseorang yang sangat kukenal. Kukucek mataku untuk meyakinkan penglihatanku.

Mas Haris. Ternyata benar itu suamiku. Apa lagi saat aku melihat ternyata dia bersama keluarganya. Ada Dila--keponakannya, anak Mas Harlan dan Mba Linda. Tak jauh dari Mas Haris yang sedang bermain air dengan keponakannya, aku juga melihat Mba Linda dan juga ibu mertuaku. Mereka tampak sangat bahagia.

Aku tersenyum getir melihat pemandangan itu. Ada yang berdenyut perih dalam hatiku. Teringat pagi tadi putriku ingin jalan-jalan dengan ayahnya, tapi Mas Haris menolak. Bahkan Mas Haris terlihat terburu-buru saat pulang dari rumah.

Tak terasa air mataku mengalir, sakit sekali hatiku. Ingin rasanya aku menghampiri mereka, tapi tidak kulakukan. Untuk apa? Mas Haris nyata-nyata tidak ingin membawa kami jalan-jalan, dia hanya ingin membawa keluarganya yang di Jakarta.

'Kenapa kamu melakukan ini, Mas? Apa aku dan Clarissa tidak lebih berharga dari keluargamu.' batinku.

Tentu aku sakit hati, Istri mana yang tidak terluka melihat ketimpangan perlakuan seperti ini. Suami lebih memprioritaskan orang lain, ketimbang anak dan istrinya sendiri.

"Mir, bukankah itu Haris?" tanya ibu sambil mengarahkan pandangan kearah Mas Haris yang tidak menyadari kalau kami sedang memperhatikan mereka. Serentak Mita dan Bagus langsung menoleh ke arah yang di tunjukkan ibu.

"Benar, Mba. Itu 'kan Mas Haris." Mita ikut menimpali ucapan ibu. Mendengar perkataan om dan tantenya, Clarissa pun menoleh kearah pandangan kami.

"Ayah, kenapa Ayah di sini? Bukannya tadi Ayah bilang nggak bisa, waktu aku minta jalan-jalan. Tapi ternyata Ayah malah jalan-jalan sama Dila," Mata Clarissa berkaca-kaca menatap kearah ayahnya.

"Ayah lebih sayang sama Dila dari pada sama aku, Bun." Akhirnya tangis Clarissa pecah.

Hatiku bagai diremas-remas, tak sanggup rasanya melihat putriku terluka. Kupeluk Clarissa kemudian langsung menggendongnya menuju ke mobil.

Akhirnya kami memutuskan pulang, karena tidak ingin melihat Clarissa makin sedih dan terluka. Di perjalanan semua orang terdiam, sepertinya semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku masih memeluk putriku yang menangis, hingga akhir nya dia tertidur.

"Mir ...." panggil ibu pelan, membuat lamunanku seketika buyar.

"Iya, Bu." Sambil menghapus air mata aku menoleh pada ibu.

"Entah kenapa perasaan Ibu tidak enak. Melihat perubahan sikap suamimu, sepertinya ada yang disembunyikan oleh Haris. kamu harus cari tahu, Nak." Ibu menoleh dan menatapku, aku tahu ibu juga sedih anak dan cucunya diperlakukan seperti ini.

Andai saja bapak masih ada, aku yakin bapak akan melindungi aku dan Clarissa. Sekarang kami tidak ada pelindung, hanya ada Bagus satu-satunya laki-laki di keluarga ini.

"Iya, Bu. Aku pasti akan cari tahu. Ibu jangan terlalu banyak pikiran ya, jaga kesehatan Ibu," ucapku pada ibu, aku tidak mau ibu sakit karena memikirkan masalah keluargaku.

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status