Share

HAMPIR KETAHUAN

"Kau saja yang angkat, Lan. Masa iya aku yang angkat," kata Aldo sambil memberikan ponselnya kepada Rembulan. 

"Loh, Tari kan meneleponmu?" 

"Kau tidak membawa ponsel, kan?" tanya Aldo. Rembulan terdiam, ia baru ingat jika tadi ia memang meninggalkan ponselnya di kamar. Maka, ia pun meraih ponsel milik sang suami dan mengangkat telepon dari saudarinya itu.

"Ada apa Tari?" sapanya langsung dengan nada sedikit ketus. 

"Kau tidak membawa ponselmu? Hanya karena kau sedang bulan madu bukan berarti kau tidak menyelesaikan tugasmu dulu dengan baik, Lan. Tadi aku bertemu dengan klienmu dan dia mengira aku adalah dirimu. Aku tidak mau tau kau harus membereskannya. Mungkin dia sudah menghubungi Papa atau Mas Buana aku tidak peduli. Hanya saja aku tidak suka jika kau bekerja tidak becus lalu orang memarahiku karena mengira aku adalah dirimu!" 

TUUUT!

Tanpa menunggu jawaban Rembulan, Mentari di seberang sana langsung menutup telponnya. Aldo menatap sang istri, sebenarnya ia penasaran sekaligus juga merasa takut jika hubungannya dengan Mentari sampai ketahuan oleh Rembulan. 

"Aku tidak tau, dia tiba-tiba marah."

"Sebelumnya memang selalu begini?" tanya Aldo. 

Rembulan menghela napas panjang. 

"Kami memang tidak pernah akur sejak kecil, Mas. Mentari itu keras kepala dan entahlah, dia suka sekali marah-marah kepadaku hanya karena hal sepele saja," kata Rembulan. 

Aldo menghela napas panjang perlahan, dalam hati ia merasa sangat bersyukur dengan sandiwara Mentari. 

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sekarang kita makan dulu, setelah itu kita kembali ke kamar. Kita kan butuh istirahat juga," kata Aldo sambil mengedipkan matanya. 

Setelah selesai makan dan menikmati suasana, Rembulan dan Aldo pun segera kembali ke kamar mereka sambil berpegangan tangan.

Aldo yang memang sedang menahan hasratnya sejak tadi langsung memeluk Rembulan dengan erat.

“Mas, mau apa?” tanya Rembulan dengan polos.

"Ish ... kau ini tidak peka sebagai istri," kata Aldo sebal.

Rembulan tertawa kecil, "Aku kan masih perlu banyak belajar melayanimu, jadi ajari aku."

"Kau sempurna untukku, Bulan Sayang," sahut Aldo dengan cepat.

"Mas...."

"Sttt ... jangan katakan apa-apa lagi. Aku mencintaimu. Sekarang biar aku ajari supaya kau bisa lebih pintar, ya.”

Aldo meraba wajah Rembulan yang cantik dengan penuh cinta. Lambat laun Aldo mencium Rembulan dengan lembut, lalu perlahan merebahkannya ke atas ranjang.

Sementara Rembulan memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan yang Aldo lakukan kepadanya. Terlihat sekali bagaimana ia ingin mengingat setiap detik yang ia lalui bersama Aldo. Kalau memang itu keinginannya, Aldo akan memberikannya, Aldo akan melakukannya dengan sangat lembut, ia ingin setiap moment bulan madu ini menjadi kenangan termanis untuk mereka seumur hidupnya.

Aldo mengecup lembutnya, turun mencium kelopak mata Rembulan yang terpejam, menyusuri hidungnya, hingga turun ke bibirnya yang bergetar. Perlahan Aldo mencium bibirnya, lembut, penuh perasaan. Semula bibir Rembulan hanya terdiam , tetapi karena Aldo terus mengecupnya dengan perlahan, akhirnya sedikit demi sedikit Rembulan dapat menikmatinya, dan membalas mencium bibirku.

Merasakan bahwa Rembulan mulai merespon, tangannya mulai meraba ke lehernya, lalu perlahan menyusuri ke dadanya. Rembulan mulai mendesah. Begitu pelan, seolah tak berani menunjukkan hasratnya. Pasti karena ia masih malu. Meskipun mereka sudah pernah melakukan hal itu tapi Rembulan tidak semahir Mentari yang selalu bersikap lebih agresif.

Dengan sabar Aldo menunggunya sampai Rembulan merasa siap. Sentuhannya menunjukkan bahwa Aldo tidak akan menyakitinya seujung kuku pun. Gerakan tangan Aldo berhenti, memberinya kesempatan untuk menenangkan tubuhnya.

Setelah Aldo merasakan tubuh Rembulan mulai rileks, tangannya merayap ke belakang punggungnya, mencari risleting di sana, dan menurunkannya pelan-pelan. Sekarang Rembulan dapat bernapas lebih bebas dan lega. Aldo dapat merasakan bagaimana tersiksanya ia mengenakan gaun yang sedikit ketat itu.

Setelah gaun itu melonggar, tangannya dapat lebih leluasa menyelusup ke balik gaun itu, meraih dua buah bukit yang lembut dan padat. Bukit yang murni, belum pernah dijamah oleh laki-laki lain selain dirinya.

Aldo akan mempersembahkan getaran yang terindah yang bisa membuat Rembulan terbang ke langit ketujuh. Setelah mengecupi bibir Rembulan, Aldo merayap turun tanpa putus ke dagu, leher, hingga meluncur ke belahan dadanya. Aldo ingin menunjukkan beginilah seharusnya lelaki yang Rembulan cintai meminta hak atas tubuh sang istri.

Tubuh Rembulan terasa menggeletar. Mulut Aldo mulai menjelajahi puncak bukitnya, melumatnya dengan lembut bergantian, dari puncak bukit ke puncak bukit berikutnya. Ketika mulut Aldo beralih, tangannya yang menggantikan meremasnya. Sehingga Aldo dapat merasakan bagaimana kedua bukit itu mengeras dan mengencang, seolah memberikan jalan bagi pendaki yang ingin berpetualang di sana.

Rembulan mulai berani mengeluarkan suara desahan. Sepertinya ia mulai merasa nyaman dengan perlakuan yang  Aldo berikan kepadanya. Cukup lama Aldo berkonsentrasi di bagian itu, karena ingin membuat Rembulan merasa lengkap sebagai seorang perempuan. Caranya menyesap dan mencengkeramnya menunjukkan bagaimana Aldo memuja dan mengagumi kedua bukitnya yang ranum, sehingga ia merasa sempurna sebagai sebagai perempuan dewasa.

Rembulan memejamkan matanya kuat-kuat. Aldo tahu bahwa Rembulan telah memberikannya izin untuk berbuat lebih jauh. Tangannya mulai merayap ke bagian bawah tubuh Rembulan, pelan dan sangat lembut. Jarinya menyingkapkan gaunnya, hingga tersibak sampai ke paha. Dari sana Aldo bisa dengan bebas membelai pahanya yang mulus dan halus, lalu tangannya menyelinap ke sela-sela pahanya.

Rembulan kini tidak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan erangan pertamanya. Pelan-pelan Aldo menurunkan celana dalamnya licin karena terbuat dari sutera berenda. Terus terang Aldo juga semakin bergairah melihat tubuhnya yang putih dan mulus, dan kalau tangannya meraba terasa lembut dan padat. Apalagi ketika melihat celana dalamnya, Aldo semakin terangsang.

Jari-jarinya mulai meraba dan membelai permukaan wilayah kewanitaannya yang belum terlalu sering terjamah itu.

Aldo pun memasukkan ke lorong kenikmatan yang memanggil-manggil itu. Lalu, perlahan Aldo menurunkan wajahnya, menunjukkan bagaimana Aldo demikian menghormati kemurnian tubuhnya. Aldo ingin membuktikan kepadanya, bahwa setelah berlutut dan menundukkan wajahnya untuk melamar seorang gadis, seorang laki-laki juga masih harus menurunkan wajahnya untuk memberi kebahagiaan kepada gadis yang dicintainya.

Yaitu ketika seorang laki-laki mau dengan setulus hatinya membenamkan wajahnya di antara kedua kaki gadis yang dicintainya. Seperti yang Aldo lakukan saat ini…. Aldo merapatkan wajahnya di bagian intim Rembulan, seperti menemukan dunia baru yang begitu indah dan permai untuk Aldo jelajahi….

Sekarang Rembulan tidak malu-malu lagi mengerang dengan suara lebih keras. Tidak sabar menunggu Aldo melanjutkannya… membukakan jalan bagi gerbong kereta yang akan memasuki terowongan yang telah menantinya….

Mendengar erangannya yang membahana, Aldo semakin dalam membenamkan wajahnya. Aldo tahu ini saatnya Aldo menunjukkan bagaimana seorang perempuan berhak dipuaskan dan mendapat kepuasan. Tidak cukup hanya mengecup wilayah kewanitaannya, Aldo juga mulai menyesapnya dengan lembut, dan sesekali menggigit-gigitinya perlahan.

Rembulan tampak terkejut dengan perbuatan sang suami. Kaget sekaligus menikmati. Dalam hati Aldo berkata, tunggu dulu, aku akan memberikan kepadamu kejutan yang lain lagi. Yang lebih menyenangkan lagi.

Kedua kakinya merenggang, seolah memberikan kesempatan pada Aldo untuk menyusuri lebih jauh. Aldo mengendus aroma paha Rembulan yang harum, memainkan ujung hidungnya di sepanjang sela paha Rembulan hingga ke depan lorong kewanitaannya, sampai sang istri tidak tahan merintih.

“Ah, aku sudah tidak kuat lagi, Mas.”

“Sabar, Sayang,” jawab Aldo sambil menciumi puncak dada Rembulan.

Sekarang saatnya Aldo menggunakan lidahnya untuk menguakkan setapak jalan untuk menyambut pendatang yang ingin menaklukkan taman miliknya. Sekarang Rembulan tidak sanggup lagi menahan gejolak hasratnya. Ia sampai meremas kepala Aldo, seolah ingin meminta semakin cepat dan tak berhenti menjilatii bagian sensitif dirinya.

Ini memang salah satu keahlian Aldo, mengantarkan perempuan mencapai puncak kenikmatan, tanpa harus menerobos tubuhnya. Pasti Rembulan sama sekali tidak menyangka bahawa sang suami dapat memberikan banyak cara baginya untuk menuju puncak pelepasan.

Aldo ingin membuktikan pada Rembulan bahwa ia tidak salah telah memilih suami. Aldo pun ingin membuat pengalaman pertama untuknya ini sebagai pengalaman yang paling istimewa untuk mereka. Rembulan adalah wanita kedua yang Aldo setubuhi selain Mentari.

Tubuh Rembulan menggeliat, gerakan tubuhnya di atas ranjang membuat Aldo semakin tergoda. Senjata Aldo pun semakin terasa berdenyut-denyut kencang.

Apalagi melihat wilayah kewanitaan Rembulan yang sehat, bersih dan tercukur rapi, perangkat kejantanannya semakin mengeras. Warnanya yang terlihat segar, seperti rona pipi yang bersemu merah muda. Aldo semakin bernapsu melihat kemurnian tubuh sang istri

Aldo dapat merasakan bagaimana kelopak bunga itu telah merekah, dan siap menerima kedatangan kumbang  yang akan mereguk madu di kuntumnya.

Aldo membuka pakaiannya, Rembulan baru menyadari jika milik sang suami begitu besar dan panjang menggoda.

Ini memang salah satu kebanggaannya sebagai laki-laki. Aldo meraih tangan Rembulan, mengarahkannya untuk meraba perlahan senjatanya, untuk membuatnya merasa nyaman, seperti belajar mengenali mainan baru.

Setelah merasakan tangannya mulai lentur, Aldo mengarahkannya untuk menggenggam dan meremas senjata Aldo. Aldo ingin memerinya pengalaman tak terlupakan. Kekuatan dan keperkasaan yang menjadi dambaaan setiap perempuan murni.

Dari caranya melihat senjata Aldo, Aldo bisa menyimpulkan kalau Rembulan terkagum-kagum dengan kemampuannya. Apalagi tangannya yang lentik mulai bisa bergerak naik turun, memainkan perangkatnya, sehingga aliran darah seperti terpompa menuju satu pusat.

Jadi Aldo berbaring di sisinya, sekali lagi membelai rambut dan meraba wajahnya. Aldo mengecup bibirnya dengan lembut lagi, seolah ingin berkata bahwa Aldo siap memasuki dirinya dengan penuh kelembutan.

Rembulan memejamkan mata, dan dalam keadaan terpejam begitu, wajahnya malah terlihat semakin cantik. Senjata Aldo semakin tidak sabar ingin segera menerobos tubuhnya.

Aldo merayap naik ke atas tubuh Rembulan yang sudah polos. Tangannya mengatur posisi senjata Aldo hingga siap menembak ke pusat sasaran. Awalnya Aldo hanya menggesek-gesekkan ujung kepalanya saja, hingga Rembulan mengggelinjang menikmati.

Lalu sedikit demi sedikit Aldo memasuki tubuhnya, dan mulai mengerakkan tubuhnya membuat Rembulan memejamkan mata dan merintih sambil meremas dada suaminya dengan penuh hasrat.

Rembulan merintih, tapi jelas terdengar bahwa rintihannya karena menikmati. Aldo dapat merasakan tubuhnya mulai merespon balik, sehingga Aldo semakin lancar menyentak tubuhnya.

Aldo ingin menunjukkan bahwa pada saat bercinta seperti ini, laki-laki pun tetap harus mengutamakan kenikmatan perempuan. Karena itu sambil menerjang tubuhnya, mulut Aldo juga bekerja memanjakan kedua bukitnya yang naik turun.

Karena terhanyut perasaan dan suasana, Aldo semakin cepat mendorong tubuhnya, menerobos tubuh Rembulan semakin dalam. Rembulan pun seperti menyerahkan dirinya dengan membukakan semua celah pintu, agar Aldo semakin leluasa menjelajah.Ia membuka pahanya lebih lebar dan mendekap tubuh Aldo lebih erat lagi.

“Ah ... masukkan lebih dalam lagi, Mas,” desah Rembulan manja.

"Enak?" tanya Aldo sambil membelai rambutnya dengan lembut.

Rembulan mengangguk, sambil tidak berhenti menatap sang suami.

Aldo semakin bernapsu menerjang diri Rembulan. Aldo tahu saat ini adalah tugasnya untuk membahagiakannya. Aldo yang harus bekerja memuaskannya. Bukan sebaliknya.

Jadi Aldo mengerahkan semua kemampuan dan teknik yang  ia miliki untuk memuaskan sang istri.

Aldo merasa tersanjung dengan cara Rembulan memandanginya, terlihat sekali bahwa ia begitu mengagumi Aldo melihat bagaimana ia terkaget-kaget karena dapat merasakan kenikmatan tidak terduga. Aldo dapat merasakan dari cairan yang meremas di wilayah kewanitaannya, melumuri senjata  Aldo hingga lebih licin bergerak.

Kedua tangan Rembulan mencengkeram punggung Aldo ketika akhirnya ia benar-benar sampai di puncak yang didambakannya, tubuhnya mengeletar dengan hebat, kedua kakinya sampai menggelinjang.

"Ooohhh!" pekiknya tidak tertahankan lagi.

Melihat gerakannya yang menggairahkan itu, Aldo pun merasa tidak sanggup lagi lebih lama menahan,ia memeluk Rembulan dengan erat dan membiarkan senjatanya masuk lebih dalam dan mengeluarkan lahar cinta miliknya dalam rahim Rembulan.

Aldo terjatuh menindih tubuh Rembulan, gadis cantik itu pun menerima tubuh sang suami dalam pekukannya. Peluh kami bercucuran, saling membasahi tubuh mereka yang terpadu satu.

Rembulan tersenggal, ia merasa begitu sempurna sebagai seorang istri dan ia berharap pulang dari bulan madu ini akan hadir kehidupan baru dalam rahimnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status