Mentari dan Rembulan adalah saudara kembar yang sangat berbeda sifat dan juga tingkah laku. Rembulan sangat lembut dan pintar sehingga sang ayah mempercayainya untuk mengurus perusahaan bersama kakaknya Buana. Sementara Mentari lebih menyukai segala sesuatu yang glamor. Saat Rembulan akan menikah dengan sengaja Mentari menjebak calon suami Rembulan sehingga terjadilah hubungan terlarang itu. Dan pada akhirnya Aldo ... suami Rembulan pun terjebak semakin dalam dengan Mentari. Bagaimanakah perjalanan cinta segitiga mereka? Apakah Rembulan akan mengetahui perselingkuhan Mentari dan Aldo?
View More(POV: Sierra Ramirez)
Gabi-gabi akong binabagabag ng tanong na 'to. Hanggang saan mo kayang ibenta ang sarili mo para sa mga mahal mo? Sa kwarto kong amoy luma at alikabok, habang pinapakinggan ang malalim na hinga ni Papa mula sa lumang hospital bed sa sulok, natanggap ko na ang sagot. Hanggang sa impyerno. Kung doon man ako dadalhin. I looked down at the message on my phone again. A single text. A price. And an address. “₱1,000,000 for one night. No questions. No strings. Be there at 9PM.” No name. No sender. Just a devil’s deal sealed in silence. Tumayo ako mula sa gilid ng kama at dahan-dahang isinuot ang itim kong damit—manipis, masikip, halos hindi ako makahinga. Pero iyon ang sinabi ng babae sa bar na nagpakilala bilang “fixer” ng mayayaman. “Gusto mo ng pera? Hindi ito libre. Pero mabilis.” Hindi ko alam kung anong klase ng tao ang naghihintay sa kabilang dulo ng pinto. Ang alam ko lang—kung hindi ko babayaran ang utang namin ngayong linggo, tatanggalin si Papa sa ospital. At hindi ko kakayanin iyon. Ang address ay isang private villa sa Forbes Park—isang lugar na parang nasa ibang mundo. Tahimik. Mailap. Madilim. Pagkababa ko ng taxi, isang itim na kotse ang sumalubong sa akin. Tinted. Walang plate. Bumukas ang pinto sa likod, hindi ako kinausap ng driver. Tahimik. Presko ang loob, pero nanlamig ang buong katawan ko sa kaba. Ito na ba ang simula ng wakas ko? Pagdating namin sa mismong compound, bumungad ang isang mansion na kulay gabi—kulay itim ang pader, may ilaw lang sa main entrance. Bumababa pa lang ako ng kotse, naramdaman ko na agad ang tensyon sa hangin. Hindi ko pa siya nakikita, pero parang alam na ng katawan kong mapanganib ang lalaking ito. Pagbukas ng malaking pintuan, isang lalaking naka-itim na suit ang nakatayo roon. Matangkad. Malamig ang mata. Para bang may titig siyang kayang maghubad ng kaluluwa. “Come in,” he said, deep and direct. Lumunok ako ng laway habang sinusundan siya papasok sa loob. Tahimik. Matataas ang kisame. Mamahalin ang mga painting. Pero walang kahit anong makulay—lahat ay parang ginawa para sa impyerno. Dinala niya ako sa isang private lounge. Naka-dim ang ilaw. May isang lalaking nakaupo sa leather couch. Doon ko siya unang nakita. Leonardo Dela Vega. Nakasuot siya ng black dress shirt, bahagyang nakabukas ang itaas, revealing a hint of his defined chest. Matangkad. Matalas ang panga. Malalim ang mga mata. Isang demonyong naka-anyong hari. “Leave us,” he commanded, and the assistant walked out without a word. Tumigil ang paghinga ko. Kami na lang dalawa. “Take a seat, Sierra.” Napakurap ako. “P-paano n’yo nalaman ang pangalan ko?” Ngumisi siya. Mabagal. Mapanganib. “I know everything about you. Your father. Your debts. Even your choice of poison—cheap instant coffee.” Halos mapaatras ako sa kinatatayuan ko. Pero wala na akong pwedeng atrasan. “Alam mo kung bakit ka nandito,” he said, standing up and walking towards me. “And I’m not here to play boyfriend.” Lumapit siya nang masyado. Amoy ko na ang mahal niyang pabango—dark wood and sin. “Ang gusto ko,” he whispered as he reached for my chin, lifting it gently but firmly, “is to see how far you’re willing to go para sa kaligtasan ng ama mo.” Hindi ako nakasagot. Nanginginig ang tuhod ko. Hindi ko alam kung dahil sa takot o sa kakaibang init na unti-unting gumagapang sa katawan ko. He studied my face, his thumb brushing against my lower lip. “Don’t speak. Just listen.” Then he walked away, pouring himself a drink. “You will stay the night. No touching unless I say so. No questions. No escape. In return, ₱1,000,000 will be transferred to your account before sunrise.” I swallowed the lump in my throat. “Do you agree?” Ang bibig ko, gustong tumutol. Pero ang puso ko, nagdidilim sa bigat ng desisyon. Pero si Papa… Si Papa ang kapalit. “Yes,” I said. “I agree.” He looked at me again, his eyes unreadable. “Good girl.” Ang gabi ay parang eksena sa isang pelikulang hindi ko ginusto. Hindi niya ako hinalikan. Hindi niya ako ginahasa. Pero ang bawat galaw niya—ang bawat tingin—parang unti-unti akong binabalatan. Hindi niya kailangang sumigaw para maramdaman kong pagmamay-ari niya ako. Nakaluhod lang ako sa carpet habang pinapanood siyang uminom ng alak, habang siya naman ay pinapanood akong matunaw sa harapan niya. “You’re not what I expected,” he said, voice low. “Most girls beg. Or try to seduce. Ikaw, you just suffer silently.” I didn’t know what to say. So I stayed quiet. Lumapit siya. Hinawakan ang buhok ko, marahang pinadaan sa mga daliri niya. “I don’t like loud girls. I like silence. But I also like pain.” Napakagat ako sa labi. Ramdam ko ang pagputok ng kaba sa dibdib ko. He leaned in, whispering in my ear. “Tonight, I will own your silence, your shame, and your soul.” At sa gabing ‘yon, hindi katawan ang inangkin niya—kundi ang natitira kong pag-asa. Nang magising ako kinabukasan, nasa kama ako—malinis ang katawan, pero marumi ang damdamin. May envelope sa gilid ng kama. Naka-print ang isang resibo ng bank transfer: ₱1,000,000 deposited to Sierra Ramirez. Sa ilalim, may naka-sulat sa pulang tinta: “This is only the beginning.” – LDV Tumayo ako at naglakad palabas ng mansion. Hindi ako binalikan. Walang driver. Walang bantay. Pero habang nilalakad ko ang driveway palabas, may boses sa loob ko na nagbubulong— "Sierra, hindi ka lang nabili—nakatali ka na sa kanya." At hindi mo pa alam kung gaano kabangis ang impyerno kapag ang demonyo mismo ang umibig.Rumah Mentari mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Mentari tertawa geli. Laksmi dan Rembulan dengan semangat membagi tugas. Laksmi merawat Mentari dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Mentari.Setiap pagi, Laksmi akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Mentari minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Mentari seperti semula, Laksmi membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Mentari mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata.Belum lagi setiap pagi Laksmi mengoleskan kapur sirih yang campur jeruk nipis sebelum memakaikan bengkung yang panjangnya hampir 7 meter itu di perut Mentari. Dan, meski Mentari merasa sesak, Laksmi benar-benar
_4 bulan kemudian_Tidak banyak hal yang terjadi dalam waktu 4 bulan. Semua berjalan dengan normal dan juga lancar-lancar saja. Namun, pagi saat akan menjalankan ibadah solat subuh Mentari terkejut melihat ada darah yang menetes, dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Perlahan, ia membangunkan Aldo."Mas, perutku sakit..." keluh Mentari. Aldo langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Mentari."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar."Aldo langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Sutinah yang melihat Aldo panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah disiapkan."Untung saja seminggu sebelumnya Laksmi datang dan berinsiatif untuk mengemasi perlengkapan Mentari. Setelah memberikan tas berisi perlengkapan. Sutinah pun membantu Mentari mengganti pakaiannya. Aldo makin panik saat Men
Shanghai memang terkenal sebagai pusat wisata. Shanghai Centre Theatre adalah salah satunya. Mentari dan Aldo pun memutuskan untuk menikmati hiburan yang berbeda dengan tontonan yang lain. Mereka sangat terhibur dengan pertunjukan acrobat yang mengusung kelas dunia. Penampilan para pemainnya tidak perlu di ragukan.Karena mereka sudah sangat terlatih. Mereka menggunakan gerakan-gerakan yang sangat eksotis, untuk koreografer, Mentari pun merasa sangat terhibur. Karena koreografer yang di sajikan memang sangat mengagumkan. Wisata acrobat ini memang sangat terkenal di China, karena itulah Mentari memilih Shanghai sebagai destinasi Baby Moon mereka.Setelah menikmati tontonan yang menarik, Fengying mengajak mereka ke Pasar malam kuliner Changli.Pasar malam di Shanghai ini sering dikunjungi oleh wisatawan dan penduduk setempat yang rela antri untuk melahap daging ayam dan kebab makanan laut bakar saat mayoritas penduduk di kota itu tertidur lelap. Tempat ini merupakan tempat yang disukai t
Mentari hanya tersenyum dan mendekat kemudian masuk ke dalam pelukan Aldo. Dibiarkannya Aldo membelai perutnya dengan mesra."Mas, jika terjadi sesuatu denganku lalu kau harus memilih, siapa yang akan kau pilih? Aku atau anak kita?" tanya Mentari."Jangan pernah bertanya sesuatu hal yang aku tidak bisa menjawabnya Mentari. Kau dan anakku adalah harta yang terindah dalam hidupku. Aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian berdua.""Aku kan hanya bertanya, Mas."Tiba-tiba saja Mentari melihat suami tercintanya itu menitikkan air mata."Jangan, Ri. Aku selalu meminta pada Tuhan supaya kau dan anak kita sehat dan selamat. Aku ingin melihatmu menggendong anak kita. Aku ingin kita merawat dan membesarkan anak kita bersama, kemudian kita akan menua bersama. Kau adalah segalanya buatku Mentari," kata Aldo dengan suara yang bergetar karena air mata. Mentari terharu melihat kesungguhan di mata Aldo. Ia pun memeluk suaminya dengan erat sambil memejamkan matanya."Kau kenapa, Ri? Apa ada yang
Hari ini Aldo dan Mentari tampak rapi. Mereka akan menghadiri pesta pernikahan Kendric sahabat Aldo. Ya, Kendric akan menikah dengan wanita pilihan Sita yang bernama Herlina. Sebenarnya, Aldo sedikit khawatir dengan kondisi Mentari. Tapi, setelah bertanya kepada dokter Elvira , Aldo pun berani membawa Mentari ke pesta pernikahan. Lagipula Mentari juga merasa tidak enak jika tidak menghadiri pernikahan sahabat baik sang suami."Kita hanya sebentar saja di sana ya, sayang. Aku tidak mau kau terlalu lelah. Dan kau juga tidak boleh mengenakan sepatu tinggi. Ingat, dokter Elvira menganjurkan untuk memakai flat shoes.""Iya, Mas. Kita hanya sebentar saja kesana. Setelah itu kita langsung pulang. Lagipula, seminggu ini aku hanya berbaring seharian sambil menonton, aku ingin keluar sebentar saja," kata Mentari.Aldo tersenyum dan memeluk Mentari, perlahan ia mengelus perut Mentari yang masih rata dan mendekatkan wajahnya pada perut sang istri."Hai jagoan papa, kamu harus sehat di perut Mama
Ridwan dan Rembulan kebetulan memang sedang berada di rumah hanya tertawa mendengar cerita Aldo tentang sang istri."Mangga muda? Kamu mampir saja kemari, pohon manggaku kebetulan sedang berbuah. Dan, kalau tidak salah ada beberapa yang masih mengkal dan pasti asam rasanya. Mampirlah, biar aku pilih yang muda dan mengkal," kata Ridwan. Aldo langsung bersemangat, ia pun bergegas mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Ridwan.Sesampainya di rumah Ridwan, ternyata iparnya itu sudah menunggu."Maaf merepotkan, Wan. Tadinya aku mau mencarinya ke toko buah. Tapi...""Memang begitu wanita jika sedang ngidam," jawab Ridwan sambil tersenyum."Beberapa hari ini, aku memang melihat Mentari sering muntah-muntah. Tapi, aku pikir hanya masuk angin biasa saja. Tiba-tiba tadi pagi ia langsung jatuh pingsan. Aku benar-benar panik.""Kamu harus lebih memperhatikannya. Wanita disaat sedang hamil terlebih di trimester pertama biasanya mudah marah, mudah menangis. Mood nya harus benar-benar kamu jaga.""
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments