Share

PELAKOR ITU SAUDARA KEMBARKU
PELAKOR ITU SAUDARA KEMBARKU
Author: Alya Snitzky

SYARAT MENIKAH

"Bulan boleh menikah, tapi Mas Aldo harus memberikan mahar yang sama kepadaku karena aku kakak kembarnya sudah dilangkahi!" tegas Mentari sambil mendelik ke arah keluarga besar Aldo yang saat ini sedang melamar saudari kembarnya Rembulan.

"Tari, jangan bersikap tidak sopan begitu," tegur Ayunda sang ibu.

"Aku tidak salah, Ma. Di mana- mana pengantin pria harus memberikan mahar yang sama jika kakak  wanitanya dilangkahi."

"Tidak masalah, Tante. Saya akan memberikan mahar yang sama kepada Tari sebagai pelangkah."

Rembulan menarik napas panjang dan menatap calon suaminya dengan perasaan tidak enak. Ia merasa jika permintaan sang kakak memang sudah sedikit kelewatan. Memang betul jika dalam adat mereka harus ada pelangkah yang diberikan apa bila seorang adik menikah duluan. Tetapi, apa yang diminta Mentari rasanya sedikit berlebihan.

"Tuh, Mas Aldo saja tidak keberatan kok. Jadi, karena semua sudah setuju,  silakan dilanjutkan acaranya. Aku permisi duluan karena ada pemotretan," kata Mentari sambil mengibaskan rambutnya.

Mentari Chandra Dewi dan Rembulan Chandra Dewi adalah gadis kembar identik. Sangat sulit membedakan keduanya jika mereka berpenampilan sama. Untungnya Mentari memiliki tanda lahir di tengkuk kanannya sehingga hal itu bisa membedakan antara dia dan Rembulan.

Selain itu sifat keduanya pun sangat berbeda jauh.  Rembulan lebih kalem dan juga bijaksana. Dia adalah seorang wanita cerdas sehingga sang ayah pun mempercayakan perusahaan kepadanya.

Sementara Mentari, ia lebih suka berdandan dan berlenggak- lenggok di atas catwalk. Dia juga terjun ke dunia entertainment dan wajahnya sering wara-wiri di layar kaca. Mentari tidak pernah mau ke sekolah sejak ia SMA dan memilih home schooling.

Perbedaan itulah yang menjadikan keduanya tidak akur sama sekali. Namun, Rembulan lebih sering mengalah pada setiap kelakuan adiknya yang terkadang sangat kelewat batas. Seperti siang ini ... seharusnya acara lamaran bisa berjalan dengan baik. Tetapi, Mentari malah bersikap seenaknya sendiri.

"Maafkan sikap Tari, Jeng Laskmini," kata Ayunda penuh penyesalan.

"Tidak apa, Jeng. Saya mengerti perasaan Tari, memang tidak enak dilangkahi itu," jawab Laksmini.

Siang itu Rembulan mengenakan gaun off shoulder berwarna pink yang membuatnya terlihat anggun dan elegan. Penata rambut Rembulan memilih gaya sanggul chignon mengingat rambut Rembulan yang tebal dan panjang. Rambut Rembulan digulung dari ujung hingga ke area tengkuk hingga tercipta bentuk mirip roti croisant. Penampilan Rembulan benar-benar tampak sempurna dengan riasan wajah yang dibuat natural.

Namun, kesedihan justru menghiasi wajah cantik itu karena ulah sang kakak yang seenaknya saja. Untung keluarga besar Aldo- calon suami Rembulan memaklumi sikap Mentari dan tidak membuat niat mereka urung untuk menjadikan Rembulan menantu.

"Tante, mohon diterima. Ini adalah hantaran dari Mas Aldo untuk Mbak Rembulan," kata salah seorang perwakilan dari pihak keluarga Aldo. Ayunda dibantu oleh Laura-menantunya langsung menyambut hantaran itu dan meletakkannya di atas meja.

"Jadi begini, Pak Seno. Kedatangan kami sekeluarga kemari adalah untuk meminang atau meminta putri bungsu Bapak dan Ibu yaitu Rembulan untuk putra pertama kami Aldo. Kami berharap semoga lamaran kami ini diterima dengan baik. Karena kami juga sudah merasa cocok dengan putri Bapak dan Ibu. Kalau bisa di segerakan saja tanggal pernikahannya, dan mengenai permintaan Mentari kami juga akan menyiapkannya nanti," kata Herdy- ayah Aldo memulai pembicaraan.

"Kami sebagai orangtua sudah memberikan restu. Bagaimana kalau kita langsung tanyakan pada calonnya?" kata Suseno Hadiningrat sambil melirik ke arah Rembulan. Sementara yang dilirik hanya tersipu-sipu malu.

"Rembulan bersedia untuk menerima lamaran Mas Aldo,Pa, Ma," jawab Rembulan dengan kedua pipi yang memerah.

"Alhamdulilah kalau begitu, bagaimana jika kita tentukan sekalian tanggal pernikahannya?" sambut Laksmini bahagia. Dan kedua keluarga besar itu pun akhirnya memilih tanggal baik sebulan kemudian.

Setelah tanggal pernikahan ditentukan kedua keluarga besari itu pun menikmati jamuan makan siang yang sudah disediakan oleh keluarga Rembulan.

"Maafkan kakak kembarku," kata Rembulan pada Aldo saat mereka memiliki kesempatan untuk bicara berdua saja. Aldo hanya tersenyum, lelaki yang berprofesi sebagai seorang dokter itu pun menepuk punggung tangan Rembulan perlahan.

"Aku bisa mengerti kenapa Mentari bersikap seperti itu. Sejak awal dia kelihatan tidak menyukaiku," jawab Aldo. Rembulan menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

"Hubungan kami sejak kecil memang kurang baik. Selalu bertengkar dan pada akhirnya selalu saja aku yang mengalah," jawab Rembulan, "dulu, saat kami lahir berat badan kami berbeda setengah kilogram. Kata Mama, Mentari yang rakus mengambil jatah makananku waktu di perut mama," lanjutnya.

"Hahaha ... kalian pasti lucu sekali ketika kecil," kata Aldo.

"Ya, sampai Bang Erlangga gemas dan sering mencubit kami dulu karena Mama lebih memperhatikan kami berdua. Tapi, setelah kami besar dia lebih sering membelaku dibanding Mentari."

"Sampai sekarang?" tanya Aldo.

"Lihat saja tadi bagaimana dia mendelik sinis kepadaku. Untung saja Bang Er sedang di belakang tadi. Jika tidak, mana bisa dia pergi begitu saja."

"Dia mungkin merasa jika dia seorang public figur jadi tidak memiliki banyak waktu," kata Aldo mencoba untuk bersikap netral.  Rembulan hanya tersenyum, "Mungkin saja, Mas. Tapi, sejak dulu Mentari memang tidak pernah mau kalah denganku. Dia tidak boleh kalah dan apa yang menjadi milikku harus menjadi miliknya juga. Aku-"

"Apa kamu takut jika nanti aku akan direbut olehnya?" tanya Aldo menggoda. Rembulan mencebikkan bibirnya dan mencubit pinggang calon suaminya itu kesal.

"Ya sudah,kamu menikah saja dengan Mentari," ketus Rembulan sebal. Tawa Aldo pun meledak seketika.

"Duh, kamu manis kalau merajuk begitu, Rembulan sayang," godanya.

"Nggak lucu, Mas."

"Memang tidak ... dan aku juga tidak mau menikah dengan saudara kembarmu itu. Aku hanya mencintaimu, Rembulan," kata Aldo dengan tegas sambil menatap Rembulan.

Untuk sejenak Rembulan memejamkan mata dan kemudian menganggukkan kepalanya perlahan.

"Aku percaya, Mas."

"Tentu saja kamu harus percaya kepadaku," jawabnya sambil mengedipkan matanya.

Rembulan hanya tertawa kecil. Dalam hati ia berharap supaya semuanya berjalan dengan lancar sampai ketika hari pernikahan mereka tiba nanti. Entah mengapa ia merasa tidak enak dan merasa akan terjadi sesuatu yang kurang baik.

Terlebih jika ia mengingat ucapan Mentari tadi. Bagaimana jika Mentari merusak segalanya dan membuat Aldo tidak jadi menikahinya? Ah, buang jauh-jauh pikiran seperti itu, Rembulan, bisiknya dalam hati.

Semua akan baik-baik saja. Semoga saja Tidak terjadi sesuatu yang membuat acara pernikahan ini batal dan berantakan, doa Rembulan. Hanya Tuhanlah yang tau jika saat ini Mentari memang sedang merencanakan sesuatu hal yang tidak terpuji dan di luar dugaan. Seorang Mentari tidak boleh kalah oleh Rembulan dalam hal apa pun.

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Muhamad Rayhan
cerita nya bagus dan menarik
goodnovel comment avatar
Fanny Sidharta
ga sinkron ceritanya di awal ditulis Mentari kakak kembarnya... setelah itu bilang Rembulan harus mengalah pada Mentari adiknya
goodnovel comment avatar
Nur Hayati
Ceritanya bagus ......
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status