Share

03. Mencari Bukti

"Mas, aku boleh main F******k nggak?" Tiba-tiba Kanaya menanyakan hal itu pada Abimana saat mereka bersiap tidur.

"Buat apa, Sayang? Kan sudah Mas bilang nggak usah. Nanti malah ada yang jahilin kamu, Mas nggak suka." Abimana menjawab dengan santai, seolah-olah benar-benar melindungi sang istri.

"Masa si di F******k bisa jahil, Mas?" tanya Kanaya lagi memasang wajah polos, padahal dulu waktu SMA, dia juga sudah sempat membuat akun di aplikasi biru itu. Namun, karena Abimana melarang keras, dengan cepat Kanaya menghapus aplikasinya.

"Bisalah, Dek. Pokoknya jangan, ya? Mas Pengen kamu aman. Nggak diganggu smaa pria mana pun."

Entah mengapa mendengar hal itu membuat Kanaya mencebik dalam hati. Padahal, sebelumnya ia selalu tersenyum bangga atas perhatian yang diberikan Abimana seperti ini.

"Dari mana kamu tahu kalau aku akan diganggu pria, Mas? Bukannya Mas juga nggak main F******k?" Tiba juga saatnya Kanaya mempertanyakan hal itu.

Diliriknya Abimanan tiba-tiba mengambil posisi membelakangi Kanaya. "Ada temen yang cerita istrinya gitu, suka digangguin banyak pria nggak jelas."

"Jadi, istri temen Mas diganggu pria lain di F******k, gitu ya, Mas?" Kanaya masih belum puas dengan jawaban Abimana yang terkesan menghindar.

"Iya begitulah ... sudahlah, Dek. Udah malam, Mas mau tidur."

Baiklah, Mas. Aku akan berlagak bodoh di hadapanmu selagi aku mencari bukti perselingkuhanmu. Aku akan bongkar kebusukanmu agar aku bisa menang sebelum berperang.

Ya, menang dalam perceraian yang akan ia gugatkan nantinya.

***

"Assalamu'alaikum, Mbak Kanaya."

Seorang wanita bercadar menyapa Kanaya yang sedang membayar sayur pada Bang Udin.

"Ah, iya. Wa'alaikum salam." Kanaya menoleh dengan cepat, mencari sumber suara. Dilihatnya wanita bercadar tengah tersenyum padanya. Meskipun wajahnya tak terlihat, tetapi dapat diketahui dari kedua mata wanita itu yang menyipit.

"Maaf ya, Mbak. Baru bisa menyapa," ucap wanita bercadar itu lagi seraya mengulurkan tangan. "Kenalkan, Mbak. Saya Jamilah."

"Oh, iya, Mbak Jamilah. Saya Kanaya," balas Kanaya dengan cepat. "Tapi, tadi Mbak Jamilah udah bener ya manggil saya Kanaya. Ternyata sudah tahu nama saya, malah saya yang belum tahu nama Mbak."

"Hehe, nggak Papa, Mbak. Saya tahu nama Mbak Kanaya dari ibu-ibu komplek kemarin waktu arisan. Katanya Mbak Kanaya absen datang, karena nganter anak ke toko buku kan ya?"

"Benar, Mbak. Saya nganter anak perempuan saya ke toko buku. Jadi, Mbak Jamilah gabung arisan juga?" tanya Kanaya antusias. Menurutnya tetangga baru ini sangat ramah, karena jarang sekali ada tetangga baru yang begitu pindah langsung ikut kumpul-kumpul dengan warga setempat.

Jamilah kembali tersenyum seraya mengangguk pelan. "Iya, Mbak. Saya ikut gabung, kesepian kalau di rumah sendiri."

"Lho, bukannya di sini tinggal sama suami ya, Mbak?" Tiba-tiba, dari arah samping Bu Darti sudah berdiri di dekat Jamilah. "Maaf ya Mbak Jamilah, kemarin waktu Mbak dateng pertama kali ke sini, saya nggak sengaja lihat Mbak Jamilah dan pria berpakaian Arab gitu. Itu suaminya kan?"

"Hust! Bu Darti! Jangan asal nuduh, ya! Mana ada perempuan bercadar kumpul kebo!" Bang Udin yang sedari tadi diam langsung menyambar ucapan Bu Darti. Dua orang ini memang tidak bisa dikumpulkan, jika bertemu ada aja yang jadi bahan lawakan.

"Aish! Bang Udin, ini! Aku kan cuma nanya, emangnya salah? Bolehkan Mbak Jamilah?" Setelah menyahuti Bang Udin, Bu Darti kembali menoleh ke arah Jamilah.

"Hehe, boleh dong. Namanya tetangga kan memang harus saling mengenal. Apalagi saya tetangga baru, jadi harus lebih terbuka, kan?"

"Iya, benar itu, Mbak Jamilah," sahut Bu Darti lagi sambil melirik ke arah Bang Udin. "Yang ditanya aja lo santai, tapi kenapa dia yang sewot?!"

Bang Udin yang merasa disindir hanya tertawa kecil. Memang begitulah keseharian tukang sayur itu, ikut nimbrung obrolan pelanggan yang notabene adalah ibu-ibu.

Jamilah kembali bersuara, "Benar Bu Darti, yang sampean lihat kemarin itu memang suami saya, tapi kami LDR-an. Dia sedang berdakwah di luar kota, jadi terpaksa kami jarang bertemu," jelasnya dengan menundukkan wajah.

"Masya Allah, jadi benar kalian berdua ini sepasang suami istri ustaz dan ustazah??" Kanaya begitu antusias mendengar cerita dari Jamilah.

Jamilah kembali mengangguk, pelan. "Iya, Mbak. Alhamdulillah."

"Kalau bisa berdakwah bersama, kenapa cari tempat tinggal yang terpisah? Kenapa nggak tinggal di kota sana aja ikut suami?" Bu Darti kembali mencecar yang membuat Bang Udin kembali bersuara.

"Mau dia satu rumah, pisah rumah, apa urusanmu si Bu Darti?"

Dengan cepat Bu Darti menoleh ke arah Bang Udin. "Bang Udin, bisa diam enggak? Kalau nggak bisa diam, nanti aku nggak jadi beli sayuran lho, Bang."

"Tu kan, Bang Udin. Jangan bikin Bu Darti marah deh," sahut Kanaya menertawakan tingkah dua orang yang tengah adu mulut di hadapannya.

"Tenang, Bang Udin. Saya sudah siap kok diinterogasi seperti ini." Jamilah pun ikut menimpali Bang Udin, yang membuat suasana semakin hangat.

***

Siang hari. Saat semua pekerjaan rumah telah selesai, Kanaya mencoba kembali mengutak atuk akun Facebooknya yang dulu. Ia ingin membuktikan apa yang dibilang Fandi kemarin tentang akun suaminya yang memanjang foto wanita berambut pirang.

Meskipun tidak mendownload aplikasinya, Kanaya bisa log in melalui sambungan web yang tersedia di handphone.

Setelah berhasil masuk di akun miliknya yang lama, Kanaya mencari satu username yang diberitahu Fandi adalah milik Abimana. Dan benar saja, Kanaya menemukan satu akun sesuai nama yang ia ketik dengan foto profil mobil yang persis dengan mobil suaminya.

Tanpa menunggu lama, Kanaya langsung menekan akun itu dengan perasaan bercampur aduk. Jika benar apa yang dikatakan Fandi, berarti benar dugaannya bahwa Abimana telah berselingkuh.

Kedua netra Kanaya mulai mengembun. Dengan jantung berdegup lebih kencang, serta rasa sakit kian menjalar Kanaya benar-benar mendapati foto itu. Terlihat jelas Abimana memeluk seorang wanita dengan posisi membelakangi kamera. Di sana, Abimana tersenyum tampak sangat bahagia, dengan lengan kiri melingkar di leher sang wanita berambut pirang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status