Share

02. Semakin Curiga

"Ada apa, Mas? Kenapa tiba-tiba batuk gitu? Mas Kesedak atau gimana?" Kanaya bergegas menghampiri Abimana dengan membawa segelas air putih di tangan.

"Ah, iya, Dek. Tiba-tiba kesedak. Kayaknya Mas kepedesan deh ini," jawab Abimana seraya meraih gelas dari tangan Kanaya dan langsung meminumnya.

"Perasaan nggak pedes-pedes amat. Biasanya juga lebih pedas dari ini, kamu suka-suka aja, Mas."

"Iyakah?" Abimana tertegun. "Ya sudah, Mas keluar dulu, ya? Takut ditunggu sama yang lain."

Melihat tingkah aneh sang suami membuat Kanaya berpikir keras bagaimana cara membuktikan apa yang ada dalam benaknya saat ini.

"Ma, jadi nggak ke toko buku?" Aqilla, gadis kecil itu menarik-narik daster yang dipakai Kanaya, membuat Kanaya terhenyak dan tersadar dari lamunan.

"Oh, iya, Sayang. Jadi dong, tapi tunggu bentar ya? Mama mau mandi dulu."

"Okey, Mama! Qilla boleh tungguin Mama sambil nonton TV, ya?" sahut Aqilla lagi dengan senyum mengembang di wajahnya.

Kanaya mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Sayang. Boleh."

Kanaya pun beranjak meninggalkan putrinya menuju kamar mandi. Alangkah terkejutnya Kanaya saat kembali mendapati hal mencurigakan yang disimpan suaminya. Ya, di bawah sampo milik suaminya, Kanaya menemukan bungkus tissu mag*c yang biasa digunakan pria dewasa ketika hendak berhubungan badan. Yang lebih mengejutkan, benda itu bukan hanya satu, tetapi lebih dari lima! Membuat Kanaya semakin berpikir keras, karena selama tujuh tahun lebih pernikahan mereka, Abimana tidak pernah membahas soal tissu seperti ini.

Apa mungkin Mas Abi sering memakai ini waktu kami berhubungan?

Kanaya semakin penasaran. Namun, percuma saja karena ia tidak menemukan apa pun lagi selain pikiran buntu.

Atau jangan-jangan Mas abi benar-benar selingkuh dengan wanita yang ditelponnya tadi malam?

Pikiran Kanaya semakin kalut. Ia berusaha keras menepis firasat buruk itu, tetapi selalu saja gagal. Suara lembut sang suami memanggil sayang, juga dengan bungkus tissu yang ia temukan tadi, membuat Firasat Kanaya semakin kuat. Ya, Mas Abi pasti berselingkuh dariku.

"Ma! Mama lama banget, sih?" Suara ketukan pintu dari sang putri kembali membuat Kanaya tersadar.

"I-iya, Sayang! Bentar!" Dengan cepat Kanaya menyirami tubuhnya, memakai sabun mandi dan bergegas ke luar.

***

Di sepanjang perjalanan mengantar sang putri, Kanaya terus saja memikirkan suaminya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana cara memastikan kecurigaannya dan mencari bukti.

Kanaya adalah gadis pintar yang terjebal pada pernikahan dini. Ya, karena saking cinta pada Abimana yang sudah mapan, Kanaya melepas beasiswa kuliahnya demi memilih menjadi istri Abimana.

Bukan kebetulan, karena keduanya sudah lama menjalin hubungan dari Kanaya duduk di bangku SMA. Setelah Kanaya lulus, Abimana melamar dan langsung menikahi Kanaya.

"Ma, aku mau beli es krim." Aqilla menunjuk ke arah pria bermotor penjual es krim yang sedang parkir di pinggir jalan.

"Es krim?" Kanaya mengedarkan pandangan mencari si penjual es krim yang ternyata sedang buka lapak di tempat tak jauh darinya. "Ah, es krim yang itu?" tanya Kanaya lagi pada Aqilla yang terus menarik lengannya.

"Iya, Ma. Itu!" tunjuk Aqilla penuh semangat. Langkah keduanya saat ini sudah semakin dekat dengan motor milik si penjual es krim.

"Maaf, Pak. Mau beli es krim." Kanaya mengucapkan itu sambil membuka resleting tas selempang yang ada di tangannya.

"Yang mana, Mbak?" Si penjual es krim bertanya pada Kanaya dengan memasang wajah penuh tanya. Seperti mengenal Kanaya, pria itu tertegun sambil mengingat-ingat. "Maaf, Mbak ...."

Dengan cepat Kanaya menoleb ke arah pria penjual es krim. "Ya, ada apa, Pak?" Kanaya pun sama, ia tertegun setelah melihat jelas wajah si penjual es krim yang ada di hadapannya. "Kamu, Fandi, kan?!"

"Ah, iya. Aku Fandi, temen SMA-mu dulu," jawab pria itu dengan senyuman mengembang di wajahnya. "Tadi aku mau negur kamu, tapi takut salah."

"Ah, kamu, Fan. Kayak sama siapa aja. Kalau ketemu ya ditegur aja."

"Hehe, iya. Maaf," balas Fandi lagi sambil menatap ke arah Aqilla. "Ini anak kamu, kan?! Udah gede aja."

"Iya, Fan. Alhamdulillah sudah sekolah SD dia."

"Alhamdulillah, sudah besar dong ya? Anakku masih on proses Kan, alhamdulillah biniku lagi ngidam ini," terang Fandi yang membuat Kanaya ikut bahagia.

"Alhamdulillah ... selamat ya, Fan. Akhirnya penantianmu terkabul juga. Meskipun kita nggak saling berkabar, tapi aku cukup tahu kabarmu dari Wati dan Meysa. Kebetulan kami sering nongkrong bareng."

"Oh, begitu," balas Fandi lagi. "Pantesan kamu tahu, ternyata dari Wati, to?! Rumahnya memang deketan sama rumahku."

Fandi dan Kanaya saling berbagi kabar, hingga melupakan Aqilla yang sudah sangat ingin es krim.

"Mama, udah dong ngobrolnya. Aku mau es krim, Ma." Aqilla merengek pada Kanaya.

"Oh, iya, Sayang. Maaf, Mama kelupaan." Dengan cepat Kanaya meminta Fandi untuk memberikan es krim pada putrinya.

"Ma, abis ini kita pulang aja, ya? Qilla mau tidur, ngantuk."

"Iya, Sayang."

"Eh, Kan. Rambutmu cepet banget ganti warnanya? Kemarin aku lihat akun F* Abi masang fotomu dengan rambut pirang. Tapi ini udah ganti hitam lagi?" tanya Fandi yang membuat Kanaya terhenyak dan melebarkan mata.

"Maksudmu apa, Fan? Aku nggak pernah pakai pirang rambut, soalnya aku nggak suka."

"Serius kamu, Kan? Aku jelas-jelas lihat foto yang dipajang suamimu kemarin gitu, lho! Ish! Sayang banget aku nggak bawa HP, jadi nggak bisa tunjukkin ke kamu."

"Bentar, bentar. Kamu bilang Mas Abi memasang foto di F******k?" Kanaya menatap tajam pada Fandi, hingga membuat pria itu tidak nyaman.

"Iya, benar. Aku udah lama temenan sama dia," jawab Fandi, ragu.

'Udah lama? Jadi Mas Abi udah lama main F******k?'

'Tapi dia tidak pernah memberitahuku. Bahkan, dia melarangku untuk membuat akun di aplikasi biru itu?'

'Sebenarnya, apa yang kamu sembunyikan, Mas?'

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Diyah
suamimu pasti ada main hati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status