Bab 13: Pilar Pertama—Gerbang Langit Kuno Tiga hari berlalu sejak duel dahsyat itu. Salju di lembah telah mencair sebagian, namun bekas luka dari pertempuran antara Li Yuan dan Feng Qiyan masih tampak jelas: tanah menghitam, pohon tumbang, dan udara dipenuhi aroma darah serta abu. Li Yuan duduk bersila di atas batu datar, tubuhnya dipenuhi luka yang mulai mengering. Aura ungu pekat masih menyelimuti tubuhnya. Di sekelilingnya, simbol naga terus berputar pelan. Yue Lian berdiri di dekat perapian kecil sambil mengaduk ramuan. "Ramuan ini akan mempercepat pemulihan energi spiritualmu," ujarnya sambil menuangkan cairan berwarna hijau gelap ke dalam cawan tanah liat. "Tapi efek sampingnya… mimpi buruk selama tiga malam." Li Yuan mengambil cawan itu dan meneguk tanpa ragu. "Lebih baik mimpi buruk daripada mati dalam perjalanan." Feng Qiyan mendekat, mengenakan jubah baru berwarna merah tua. Di punggu
Bab 12 Negeri di Atas Awan ___ Setelah mengalahkan Bai Wuchang dan membuka segel keempat, kekuatan Li Yuan meningkat pesat. Aura naga dalam tubuhnya menjadi semakin padat, dan simbol di dadanya bersinar seperti bara api ungu. Namun kemenangan itu hanya awal dari perjalanan panjang. Pilar Dunia kedua berada di tempat yang nyaris mustahil dicapai: Langit Yun Tian, negeri yang melayang di atas awan ribuan zhang dari permukaan bumi. “Aku masih menganggap tempat itu dongeng,” kata Feng Qiyan sambil menggulung peta kuno. “Tapi ayahmu mencatatnya dengan darahnya sendiri. Pilar kedua memang ada di sana.” Li Yuan menatap peta yang terbuat dari kulit naga. Di bagian tengahnya, tergambar pilar batu menjulang di atas daratan yang melayang di langit. Tertulis dengan tinta emas: Yun Tian, Gerbang Kedua Langit. “Ada satu jalan menuju ke sana,” bisik Yue Lian. “Tapi…” Feng Qiyan menoleh cepat. “Tapi apa?”
Bab 11: Gadis Cahaya Langit ___ Langit di atas Pegunungan Timur mulai pecah oleh cahaya. Cahaya bukan dari matahari, melainkan dari gerbang transparan yang perlahan terbuka di udara. Sebuah jalan langit terbentuk, memancar cahaya keemasan dari celah-celah awan. “Gerbang menuju Tanah Terlarang,” bisik Mo San dengan suara berat. “Hanya mereka yang membawa Segel Tubuh dan Segel Jiwa yang bisa melangkah ke sana.” Li Yuan berdiri tegak, mengenakan jubah hitam baru yang dibalut sisik naga samar. Matanya menyala ungu gelap. Di pundaknya, bekas luka dari penyatuan dengan Tubuh Naga masih merah, tapi kekuatan yang terpancar darinya membuat angin di sekitarnya bergetar. Ayaka menatapnya penuh kekhawatiran. “Kau yakin ingin ke Tanah Terlarang sendirian?” Li Yuan tersenyum tipis. “Aku harus. Takdirku berakar di sana.” Mo San menunduk. “Jika sesuatu terjadi, gunakan Giok Darah
💰Bab 10: Neraka Api Naga _____ Langit di atas Pegunungan Hitam mulai berubah warna. Awan memerah, seperti bara yang bersiap melahap langit. Sinar keemasan menusuk awan gelap saat matahari perlahan muncul, namun sinarnya tak mampu menembus kabut pekat yang menyelimuti kawasan Neraka Api Naga. Li Yuan berdiri di ujung tebing. Di bawahnya, ngarai penuh lava mendidih mengalir seperti sungai neraka. Angin panas menggigit kulit. Di kejauhan, terdengar raungan… bukan dari binatang, tapi dari jiwa-jiwa yang terjebak di dalam sana. “Ini tempatnya?” gumam Ayaka dengan ragu. Li Yuan mengangguk. “Di bawah sana tersegel Tubuh Asli Naga Hitam. Untuk mendapatkan Segel Tubuh, aku harus menyatu dengannya.” Ayaka menarik napas panjang. “Tapi banyak yang bilang, tak ada yang pernah keluar dari tempat ini hidup-hidup.” Li Yuan hanya tersenyum tipis. “Mereka bukan aku.” Tanpa ragu, ia melompat. --- Suhu tubuh Li Yuan langsung melonjak. Udara tipis, dan hawa panas menusuk pori-pori. Tubu
💰Bab 9: Neraka Api Naga ___ Langit di atas Pegunungan Hitam mulai berubah warna. Awan memerah, seperti bara yang bersiap melahap langit. Sinar keemasan menusuk awan gelap saat matahari perlahan muncul, namun sinarnya tak mampu menembus kabut pekat yang menyelimuti kawasan Neraka Api Naga. Li Yuan berdiri di ujung tebing. Di bawahnya, ngarai penuh lava mendidih mengalir seperti sungai neraka. Angin panas menggigit kulit. Di kejauhan, terdengar raungan… bukan dari binatang, tapi dari jiwa-jiwa yang terjebak di dalam sana. “Ini tempatnya?” gumam Ayaka dengan ragu. Li Yuan mengangguk. “Di bawah sana tersegel Tubuh Asli Naga Hitam. Untuk mendapatkan Segel Tubuh, aku harus menyatu dengannya.” Ayaka menarik napas panjang. “Tapi banyak yang bilang, tak ada yang pernah keluar dari tempat ini hidup-hidup.” Li Yuan hanya tersenyum tipis. “Mereka bukan aku.” Tanpa ragu, ia melompat. --- Suhu tubuh Li Yuan langsung melonjak. Udara tipis, dan hawa panas menusuk pori-pori. Tubuhnya terjun
💰 ____ Udara pagi di Sekte Bambu Langit tak seperti biasanya. Sunyi. Tegang. Semua orang menahan napas sejak malam kejadian itu. Li Yuan yang kembali dari Gua Naga Abadi bukan lagi murid biasa. Aura hitam menyelubungi tubuhnya seperti bayangan yang tak bisa dipisahkan. Ayaka mengikuti dari belakang saat Li Yuan berjalan menuju Aula Kuno, tempat tertua dan paling suci dalam sekte. “Apa kau yakin ingin melakukan ini sekarang?” tanya Ayaka sambil menggenggam lengan bajunya. Li Yuan menoleh. Matanya hitam, tapi dalamnya masih ada sedikit cahaya. “Semakin cepat aku membangkitkan segel, semakin cepat aku bisa menantang dunia.” “Lalu apa yang akan kau lakukan setelah itu? Balas dendam?” Li Yuan terdiam sejenak. “Aku akan mengambil kembali hakku. Nama. Darah. Takdir. Semuanya.” --- Di dalam Aula Kuno, seorang tetua bernama Mo San telah menanti. Lelaki tua berjubah putih itu menyipitkan mata saat melihat Li Yuan masuk. “Kau membawa aura yang seharusnya tidak dimiliki oleh