Bab 59: Kutukan Emas, Darah Tak Pernah DiamLangit Yun Tian kembali membara. Suara petir merah menyambar di kejauhan saat sosok berjubah merah, pengguna Kutukan Emas, melayang di udara, memperlihatkan kulitnya yang retak seperti magma. Di balik helm tengkorak, matanya bersinar liar."Li Yuan," ucapnya, suaranya berat dan dalam. "Setiap rasa sakit yang kuterima... adalah makanan bagi kekuatanku. Setiap tetes darahku... membuatku lebih abadi."Feng Qiyan menggenggam senjatanya erat-erat. "Kita baru selesai melawan Jin Suhua, dan sekarang ini?"Yue Lian berdiri di sisi Li Yuan, menatap musuh mereka dengan penuh kewaspadaan. "Dia bukan pengguna biasa. Energinya... seperti api abadi."Li Yuan tak bergerak. Matanya menatap tajam, lalu ia mencabut pedangnya perlahan. "Kau datang terlalu cepat. Tapi itu hanya berarti... aku harus membunuhmu lebih cepat."Pengguna Kutukan Emas tertawa pendek. Suaranya seperti gemuruh gunung runtuh. "Kau b
Bab 60: Catur Para Dewa Sistem Langit Yun Tian memudar menjadi kelabu saat kabar kekalahan Jin Suhua dan Kutukan Emas menyebar ke seluruh penjuru dunia sistem. Di menara-menara tinggi, di ruang pertemuan tersembunyi, dan di dalam jiwa para pengguna sistem lainnya, gemetar mulai terasa. Di dalam kubah kristal raksasa di puncak Menara Asal, sepuluh cahaya mengambang, masing-masing mewakili Sistem Tertinggi. "Li Yuan... telah menghapus dua dari kita." Suara tua bergema dari dalam sistem Asal, dingin dan logis. Sistem Dewa Mesin, simbol keheningan dan kalkulasi, memutar roda logam raksasa dalam ruang dimensi miliknya. "Kita harus menyesuaikan permainan. Jika kita melawannya satu per satu, kita hanya menambah korban." "Atau... kita kirimkan Penguasa Mesin." --- Sementara itu, di perkemahan kecil di bawah bayang-bayang Yun Tian, Li Yuan dudu
Bab 58: Menebas Takdir, Membelah WaktuAngin tajam berdesir ketika Jin Suhua melangkah maju. Aura emas menyelubungi tubuhnya, dan di dahinya, simbol mata ketiga bersinar seperti bara api yang membakar langit. “Aku bisa melihat tiga detik ke masa depan,” ujarnya datar. “Satu napasmu, satu niatmu, satu langkahmu… tak ada yang luput dari mataku.”Li Yuan tak menjawab. Ia hanya mencabut pedangnya dan berdiri tenang. Sisik-sisik naga di lengannya berdenyut lembut, namun tak liar seperti sebelumnya.Feng Qiyan berbisik ke Yue Lian, “Kalau dia bisa melihat masa depan, Li Yuan takkan bisa menang.”Yue Lian menggertakkan gigi. “Tidak... Dia bisa.”“Karena dia sekarang... bukan siapa-siapa. Dan itu kekuatannya.”---Jin Suhua mengangkat tombaknya. Ujungnya berdenyut seperti jantung hidup. Dengan satu hentakan, ia melesat bagaikan kilat. Tombak itu menyambar tepat ke arah dada Li Yuan—tiga detik s
Bab 57: Tawaran Sang Pencipta SistemMalam datang perlahan di negeri langit. Namun, bagi Li Yuan, malam itu tak seperti biasanya.Ia duduk bersila di atas batu meditasi, tubuhnya masih dipenuhi luka, tapi pikirannya justru tenggelam ke dalam keheningan.Feng Qiyan dan Yue Lian menjaga jarak, tahu bahwa kekuatan spiritual yang mengelilingi Li Yuan kini sangat berbeda. “Apa yang kau rasakan?” tanya Yue Lian pelan.Feng Qiyan menjawab duluan. “Dia… mematahkan kendali waktu. Mengusir Kaisar Petir. Dan bahkan membebaskan jiwa yang seharusnya tak bisa diselamatkan. Tubuhnya mungkin di sini, tapi jiwanya... pasti sedang di tempat lain.”Dan benar saja.Li Yuan tertarik ke dalam dunia putih yang hampa.Langit tanpa batas.Tanah tanpa jejak.Waktu... tak mengalir.--- “Kau akhirnya tiba.”Sebuah suara menggema dari segala arah.Li Yuan berba
Bab 56: Ayah yang Dibangkitkan, Pedang yang Ragu_____Langit Yun Tian berubah menjadi merah pekat. Petir menyambar tanpa suara, membelah awan seperti cambuk para dewa. Di tengah pusaran badai, Kaisar Petir Abadi mengangkat satu tangan ke langit. “Kau tidak layak mati oleh tanganku, Li Yuan. Kau harus hancur... oleh rasa yang kau sembah sendiri.”Tubuhnya bersinar, lalu ia menggenggam udara kosong.Suara dentuman terdengar, lalu dari retakan ruang terbuka, muncul pusaran cahaya gelap yang menyerupai gerbang kematian.Dari dalamnya, perlahan keluar satu sosok berjubah ungu gelap, rambutnya panjang terikat, dan mata tajam yang dulu selalu penuh kasih.Li Yuan membeku.Napasnya tercekat. “Ayah...?”Yue Lian menutup mulutnya. “Itu… roh ayahmu yang telah dibangkitkan paksa.”Feng Qiyan bergetar. “Itu bukan hidup. Itu... alat. Kaisar Petir memanggilnya dari jurang kemat
Bab 55: Waktu yang Membeku, Darah yang Menolak TakdirLangit dipenuhi bayangan raksasa.Tujuh kapal udara milik Sekte Waktu melayang di atas reruntuhan Pulau Kabut, tubuhnya sebesar gunung, mengeluarkan suara gemuruh seperti suara gendang langit yang dipukul para dewa.Dari tiap kapal, turun cahaya berputar, lalu muncullah tiga sosok berselimut jubah hitam, tubuh mereka seperti bayangan yang tidak dipengaruhi cahaya matahari.Feng Qiyan menelan ludah. “Itu mereka… Tiga Penatua Abadi dari Sekte Waktu.”Yue Lian menggenggam gagangnya erat. “Mereka... bisa membekukan waktu. Bahkan napasmu bisa berhenti jika kau melihat mata mereka terlalu lama.”Li Yuan berdiri di depan, angin meniup jubahnya. “Bagus. Aku ingin tahu bagaimana rasanya melawan waktu itu sendiri.”---Salah satu tetua melangkah maju. Tubuhnya tinggi, wajahnya tidak tampak dari balik kerudung hitam, hanya matanya yang seperti j