Bab 73: Kuil Langit Terbalik
Langit belum sepenuhnya terang ketika mereka tiba di ujung utara Kekaisaran, tempat bayangan pegunungan menjulang seperti dinding dunia. Di tengahnya, mengambang di udara, berdiri sebuah bangunan terbalik—atapnya menghadap tanah, fondasinya menembus awan.Kuil Langit Terbalik.Zhen Yi memandang ke atas—atau ke bawah, sulit membedakannya. “Tempat ini... tidak tunduk pada hukum ruang biasa.”Yue Lian mengangguk. “Di sinilah para dewa terakhir tidur dalam stasis. Tempat yang tertutup bagi manusia... tapi tidak bagi naga.”Li Yuan melangkah maju. Pedang warisan—Tulang Langit—bergetar di punggungnya, merespon energi aneh dari kuil. [Sistem: Lokasi Warisan Kedua Ditemukan. Status: Disegel oleh Akar Waktu.]“Untuk masuk, kita harus melawan... waktu itu sendiri,” gumam Li Yuan.---Mereka memasuki medan transisi—ruang antara realitas. Angin di sana bergerak mundur. B: ---Langit di atas Lembah Guanghan mendadak membiru tua, seolah menggigil oleh tekanan yang menyebar dari pusat pertempuran. Sinar-sinar merah keperakan melingkar di atas tanah berbatu, membentuk pola rumit yang tak dikenal oleh sebagian besar kultivator.Li Yuan berdiri diam di tengah pusaran energi itu. Tubuhnya diselimuti retakan cahaya hitam yang keluar dari jurus terakhir Jin Mian. Bahunya luka, darah mengucur dari bibirnya, namun tatapannya tetap tajam—penuh murka dan tekad.Dari sisi lain medan perang, Jin Mian tertawa lirih sambil memutar pedang iblisnya. “Kau pikir ini akhir segalanya, Li Yuan? Gerbang Bintang hanya akan membuka jika darah naga ketujuh ditumpahkan.”Li Yuan mendesis. “Dan kau berpikir aku tidak tahu siapa naga ketujuh itu, Jin Mian?”Suasana mendadak senyap. Angin berhenti berhembus. Bahkan para sekutu dari Suku Xianhe, para biksu Bayangan Salju, dan sisa pasukan Persekutuan Tiga Lautan yang data
Langit di atas puncak Gunung Tertinggi memucat. Kilatan ungu menyambar tanpa suara, seolah dunia menahan napas.Li Yuan berdiri di tengah pusaran energi yang bergolak. Tubuhnya berlumur darah, sebagian miliknya, sebagian dari Jin Mian. Nafasnya berat, namun matanya tetap menatap lurus ke depan.Di belakangnya, Bai Shuang membantu Hong Lie yang setengah pingsan berdiri, sementara Lin Su tenggelam dalam mantra penyegelan yang gagal tadi. Mereka semua terluka, namun belum kalah.Jin Mian, si Penghancur Segel, berdiri di atas reruntuhan altar naga. Sebagian wajahnya terbakar, namun matanya bersinar seperti dua batu delima menyala."Aku tidak butuh izin dari dunia untuk membentuknya kembali!" serunya, suara seperti gemuruh dari perut bumi. "Kau pikir bisa menghentikanku dengan warisan naga busukmu itu, Li Yuan?"Li Yuan menggenggam pedang naga miliknya lebih erat. Cahaya biru di sepanjang bilahnya berkedip, seolah merespon darah yan
– Langit di atas Jurang Naga Hitam perlahan berubah kelam. Awan bergulung, menyatu dalam pusaran pekat yang menyedot cahaya di sekitarnya. Di tengah kehancuran dan kelelahan, Li Yuan berdiri di tepi tebing curam, menatap pusaran hitam di bawah yang mendidih seperti darah mendidih dalam kawah raksasa.“Mata Air Hitam itu…” gumamnya, suaranya serak karena luka dan debu pertempuran. “Itu tempat terakhir naga ketujuh disegel.”Di belakangnya, Bai Qian membantu memapah Xu Jin yang masih setengah sadar. Yan Luo berdiri tak jauh, tubuhnya penuh luka, tapi tatapannya tak kehilangan tajamnya. Di kejauhan, Jin Mian telah mundur, tapi belum sepenuhnya menghilang. Ia menunggu, mengintai, seperti serigala lapar menanti kelemahan mangsanya.“Li Yuan,” panggil Bai Qian sambil menarik lengan bajunya. “Kita harus bergerak. Tempat ini—aku bisa merasakan sesuatu yang jahat mulai bangkit.”Li Yuan mengangguk pelan. Ia tahu waktunya tak banyak. Suara dari da
Langit yang retak belum sepenuhnya menyatu. Garis merah yang menganga itu seperti luka di angkasa, memancarkan kilatan petir keunguan yang menggetarkan tanah. Tiga hari telah berlalu sejak pertempuran dengan Jin Mian di Gerbang Dimensi. Namun ketenangan hanya ilusi yang rapuh.Li Yuan berdiri di tebing barat Dataran Shuangmu, angin malam menampar jubah hitamnya yang compang-camping. Di belakangnya, Ayra dengan luka di pundak, dan Gu Tian yang terus menggenggam gulungan emas: Kontrak Darah Tiga Langit.“Dia belum selesai, kan?” tanya Ayra pelan.Li Yuan mengangguk. “Jin Mian memang kalah. Tapi dia hanya pembuka kunci. Di balik celah itu… ada yang lebih tua. Lebih berbahaya.”Gu Tian menghela napas. “Apa kita benar-benar harus membangunkan naga ketujuh? Menurut kitab warisan Naga Hitam, dia bukan pelindung, tapi pemusnah.”“Dia satu-satunya yang bisa menutup celah langit itu dari dalam,” jawab Li Yuan. “Jika tidak, Dunia Tengah ak
: Kilatan cahaya biru membelah langit seperti guratan luka. Langit yang retak tidak lagi tampak seperti langit—ia seolah menjadi cermin besar yang memantulkan dunia lain di balik celahnya. Angin meraung seperti binatang purba, menyapu tanah dan menggulung debu serta daun-daun tua.Li Yuan berdiri di bibir jurang dimensi, jubahnya berkibar liar tertiup angin dari celah realitas. Di belakangnya, Bai Xiumei, Lian Zhao, dan Xu Jie telah siap dengan formasi pelindung. Formasi Segel Awan Tujuh sedang dipersiapkan untuk mengunci ulang celah dimensi jika semua gagal."Kita takkan punya kesempatan kedua," kata Bai Xiumei serius, rambut peraknya bersinar aneh di bawah cahaya patah langit. "Jika kita tak bisa menahan Jin Mian di sini, semua dunia akan bercampur.""Dia datang..." Xu Jie bergumam lirih.Dari retakan langit, sosok Jin Mian muncul. Tak lagi berbentuk manusia sepenuhnya. Mata emasnya bersinar menyala seperti dua matahari kecil, dan tubu
Balairung Api, tempat suci peninggalan para Pengawal Abadi, kini menjadi medan perjamuan antara kebenaran dan ambisi. Api di sepanjang dindingnya menyala biru keunguan, seolah menyadari bahwa malam ini akan menelan darah dan sejarah.Li Yuan berdiri tegak di hadapan pintu masuk utama bersama Yan Mei, Rong Zhuan, dan Li Zhi. Mereka baru saja melewati lorong-lorong reruntuhan bawah Gunung Merah, tempat naga ketujuh dikabarkan menyimpan ingatan terakhirnya."Jin Mian telah berada di sini lebih dulu," kata Yan Mei pelan. Napasnya membeku di udara, meski seharusnya suhu ruangan ini panas.Rong Zhuan mengangguk. "Energi yang mengganggu dimensi terasa lebih kuat di sini. Segelnya semakin tipis. Kita kehabisan waktu."Li Yuan meletakkan tangannya di dada, menyentuh Liontin Naga Hitam yang kini berdenyut seperti jantung kedua. Suara lirih terdengar di telinganya."Kunci terakhir ada di darahmu sendiri..."Li Yuan menggenggam era