"Kenapa Nak, kejebak macet?" Tanya Nyonya Sandra, aktingnya sungguh natural.
"Iya Bu" jawab Aditya pendek.
"Mr. Weber ini Putra Saya, Aditya Rashaad" ucap Nyonya Sandra sambil menggandeng lengan Aditya.
Semua anggota terkagum-kagum dengan kegagahan Aditya, Pemuda ini begitu mirip dengan Pemimpin yaitu Tuan Fajar Rashaad.
Dengan kedatangan Aditya tentu saja kepemimpinan tidak terelakan lagi jatuh kepada Aditya, Nyonya Sandra merasa begitu lega karena situasi yang sempat membuatnya putus asa, sekarang sudah aman, Dia bisa mengamankan posisi Suaminya.
Aditya dibawa oleh Tuan Weber dan diperkenalkan dengan semua anggota, tidak ada yang janggal disini, semua anggota pemilik saham terlihat begitu senang saat berkenalan dan bersalam
"Terima kasih Paman Yosef" ucap Aditya pada Yosef."Tidak usah sungkan Tuan muda" jawab Yosef kemudian pergi ke samping meja Pemimpinnya untuk membereskan berkas yang dipersiapkan untuk dipelajari oleh Aditya."Selamat yah Tuan muda untuk jabatan Anda sekarang, di usia Anda yang masih sangat muda ini sudah harus mengemban tugas yang begitu berat tetapi jangan khawatir Kami akan membantu Anda" ucap Tuan Weber."Iya Tuan muda, hal apapun yang ingin Anda tanyakan tolong jangan sungkan" sahut Tuan Abraham."Terima kasih Tuan-Tuan, tentu saja Saya membutuhkan kerja sama Anda berdua, karena Saya masih buta dalam hal kepemimpinan ini, kalau tidak karena Ayah tiba-tiba mengalami kecelakaan kemarin, mungkin hari ini Saya tid
"Baiklah Tuan Muda, jika begitu Saya jadwalkan dari sekarang yah untuk daftar tamu Anda?" Tanya Paman Yosef."Oke, terserah Paman saja bagaimana baiknya" jawab Aditya lagi.Tuan Weber dan Tuan Abraham berdehem dan saling memandang, mereka menilai sikap Aditya begitu tegas, selama ini tidak ada yang berani menolak Tamu, siapapun itu orangnya jika Pemimpin yang menerima pasti Dia akan berusaha menemuinya meskipun beliau sangat sibuk dan Aditya tak peduli dengan penilaian mereka. Meskipun begitu Tuan Weber merasa tersanjung karena Aditya berani menolak Tamu lain saat masih berbincang dengan nya."Baiklah Tuan Muda, tampaknya Anda begitu sibuk, ini hari pertama Anda Tuan, mohon untuk tidak membuat seseorang marah dulu hehe" ucap Tuan Weber kemudian terkekeh.
Sekarang Aditya terjebak dalam masalah perusahaan, semakin murka dan bencinya Dia kepada Ayahnya karena sudah melibatkan nya sedalam ini, merenggut kebebasan hidup nya dan Ibu nya.Kring …Suara telepon membuyarkan pikiran Aditya yang sangat kacau, Dia segera memencet tombol terima."Iya" jawab Aditya ketus."Aditya, segera keruangan Saya" terdengar suara Nyonya Sandra di ujung telepon."Baiklah" jawab Aditya tak bisa menolak, kemudian menutup telepon dan segera berdiri, berjalan keluar dari kantornya menuju kantor Nyonya Sandra yang terletak di lantai bawah, tepatnya berjarak satu lantai dari kantornya yang berada di posisi paling atas.
"Meskipun begitu seharusnya kalian tetap mendukungku, Aku masih hidup lho meskipun Kakak Ipar kalian tidak ada?" Tanya Nyonya Sandra, "harusnya apapun yang terjadi kalian tetap melindungiku, bukan sebaliknya, kalian ingin menyingkirkanku dan menjadi pemimpin yang baru, nah untuk alasan inilah Aku menyembunyikan Putraku, Aku pikir strategi Ayahku dulu ini hanya ada di film-film, ternyata Aku mengalaminya sendiri" ucap Nyonya Sandra."Apa? Strategi Ayah?" Tanya Tuan Billy tergagap."Iya, Ayah menyuruhku menyembunyikan Putra atau Putriku jika kelak Kami memilikinya dan Aku menurutinya, benar saja perkataan Ayah, tetapi Aku tidak menyangka jika penghianatnya itu adalah saudaraku sendiri" jawab Nyonya Sandra terdengar begitu kesal.Aditya hanya duduk sambil memainkan kuku-kuku ta
"Ibu belum istirahat?" Tanya Adit pada Ibunya."Hrm ….Bibi!" Seru Nyonya Sandra, mengingatkan Adit agar tidak lupa jati dirinya."Tapi inikan di tempat tersembunyi" jawab Aditya sedikit marah."Sssttt, sudah Nak, benar kata Nyonya besar, biasakan Adit memanggil Ibu dengan sebutan Bibi" ucap Aletta menenangkan putranya tersebut sambil mengelus-elus dadanya.Aditya tak bisa melawan perkataan Ibunya tersebut, seperti biasa Dia selalu menuruti apapun perkataan dan perintah Aletta membuat Sandra Iri akan hal tersebut."Baiklah Bi-bi" ucap Adit terbata.Saat Ibu anak itu sedang berbincang, sementa
"Hey ….Rupanya kamu disini?" Tanya seseorang tiba-tiba. Saat Aditya melihatnya tampak Dia acuh dan merasa sangat terganggu dengan kehadiran orang yang menyapanya yaitu dokter Catrina. "Lagi apa sih?" Tanya Catrina sok kenal sok dekat. Aditya hanya meliriknya sejenak, "sedang duduk" jawab Aditya singkat. "Tau kamu lapar, Aku pasti bawain makanan tadi" ucap Dokter Catrina lagi. "Tidak perlu repot-repot" jawab Aditya dingin. "Ayo dimakan" perintah Dokter Catrina, masih belum peka jika Aditya tidak ingin diganggu saat ini. "Bagai
"Ayo ke ruanganku dulu" ajak Catrina.Aditya menuruti ajakan Dokter tersebut, mereka berjalan sangat hati-hati hingga sampailah mereka di ruangan pribadi Dokter Catrina."Silahkan duduk" perintah Catrina, "benarkan? Mereka orang lain dan bukan penjagamu" tanya Catrina sambil menyodorkan botol minum pada Aditya."Iya sepertinya itu orang-orang suruhan seseorang" jawab Aditya sambil mengambil botol minuman dari Catrina, "terima kasih" lanjutnya setelah menerima minuman tersebut."Sama-sama, oh iya sepertinya jika ventilator Ayahmu sudah bisa dilepas dan hanya menggunakan tabung oksigen saja, Aku akan segera lapor kepada Dokter utama untuk segera mencari tempat yang lebih aman" ucap Catrina.
Saat sedang membaca satu persatu setiap dokumen, tiba-tiba seperti yang sudah dijadwalkan Tuan Benny dan Billy pun datang menemui Aditya."Siang keponakan" sapa Tuan Billy ramah."Hay ponakan" sapa Tuan Benny sambil melambaikan tangan pada Aditya."Selamat siang Paman Benny, Paman Billy, silahkan duduk dulu, Aku ada satu dokumen yang harus dibaca sebentar" ucap Aditya."Oh, beresin dulu saja, Paman lihat-lihat dulu nih, kantormu luas, dari atas sudah bisa terlihat begitu jelas pemandangan Kota" jawab Tuan Benny sambil berkeliling melihat-lihat suasana di kantor keponakannya tersebut tanpa sedikit pun sopan santun seperti yang Dia lakukan pada Pemimpin."Sil