Share

Chapter. 9

Aвтор: Paradista
last update Последнее обновление: 2021-11-04 19:59:20

"Bagaimana keadaan Pemimpin saat ini Nyonya?" Tanya Tuan Andi begitu cemas.

"Apa yang terjadi sebenarnya Kak?" Tanya Benny.

"Maafkan kelancanganku tadi Kak, tapi sungguh Aku tidak pernah bermaksud menggantikan pemimpin apalagi berkhianat padanya Kak, bagaimana keadaan Kakak Ipar saat ini?" Tanya Billy.

Sedangkan yang lainya hanya tertegun menunduk, mereka tidak percaya jika ada orang sekeji itu, Nyonya Sandra tak memperdulikan rentetan pertanyaan terhadapnya yang dimana mereka begitu mencemaskan keadaan suaminya, Dia terlihat memperhatikan wajah mereka satu persatu, tak ada yang terlihat aneh, hanya Calvin saja yang bersikap biasa, sehingga Nyonya Sandra menaruh sedikit kecurigaan terhadapnya.

"Mohon maaf Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Tuan-Tuan semua, kita fokus ke meeting hari ini saja, yaitu pemilihan Pemimpin baru atau pembaharuan kepemimpinan yah, untuk yang curiga terhadap putera Saya, Saya akan menyuruh Pak Yosef membagikan biodata putera Kami, silahkan Pak bagikan" perintah Nyonya Sandra pada ajudan setianya itu.

Pak Yosef berjalan dan mengelilingi meja anggota meeting di ruangan itu, sambil membagikan selebaran kertas untuk mereka baca dan pelajari. Terlihat para anggota membaca dan menelaah setiap helaian kertas tersebut, data tentang Aditya lengkap ditulis di sana.

Kemudian para anggota manggut-manggut dan saling berunding, berbisik sana sini.

"Baiklah Nyonya, disini tertulis jika Tuan Muda memiliki saham 10% pemberian dari kakeknya yaitu Tuan Ali, secara keseluruhan Dia memiliki 70% lebih jika digabungkan dengan milik Tuan Besar dan Anda, untuk itu sesuai aturan Dialah pemimpin baru perusahaan ini, jika Tuan Besar tidak ada" ucap Tuan Weber.

Semuanya mengiyakan ucapan Tuan Weber, meskipun Calvin terlihat lemas saat mengetahui jika pemimpin tersebut berumur masih di bawahnya, tetapi Dia tak bisa berbuat apa-apa karena jelas-jelas jika Aditya ini adalah Sang Pewaris sah di perusahaan.

"Baiklah Nyonya, silahkan perkenalkanlah Tuan Muda pada kami" ucap Tuan Andi.

Nyonya Sandra menoleh ke arah Pak Yosef, tetapi Pak Yosef menggelengkan kepalanya, Aditya masih belum datang, "mungkinkah Dia mengurungkan niatnya? Mungkinkah Dia meninggalkanku dan Ayahnya?" Tanya Nyonya Sandra dalam hati.

"Apa ada masalah Nyonya?" Tanya Tuan Abraham.

"Iya, putraku belum datang atau mungkin Dia belum siap menerima beban ini" jawab Nyonya Sandra, terlihat raut kesedihan menyelimuti wajahnya.

"Jika Putra Anda tidak datang, dengan terpaksa kita harus memilih Pemimpin lain Nyonya, kan syarat utama menjadi pemimpin, orangnya harus hadir juga di rapat ini" ucap Tuan Weber.

Terlihat Benny merasa senang dan diam-diam tersenyum, karena Dia yakin jika keponakan nya itu adalah palsu, Dia tidak mempercayai jika kakak nya yaitu Sandra memiliki seorang Anak.

Indra dan Calvin juga terlihat saling berbisik, tetapi Calvin main aman karena Dia akhirnya tahu watak sebenarnya Indra, licik dan suka memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya sendiri, bahkan Calvin curiga jika dibalik insiden kecelakaan Pemimpin didalangi oleh Tuan Indra. Untuk itu Dia diam dan tak mengikuti permainan Indra.

Dalam keadaan terdesak Sandra semakin kebingungan, Dia berpikir mungkin Aditya berubah pikiran dan tidak mau menolongnya dan Ayahnya.

"Ya baiklah Nyonya, meeting ini kita lanjutkan?" Tanya Tuan Weber.

Nyonya Sandra mengangguk lemah, saat dirinya akan duduk, tiba-tiba pintu terbuka, Aditya berjalan dengan gagah dan begitu tampan, setelan jas yang Dia kenakan begitu pantas melekat di tubuhnya.

"Maaf Ibu, Aku terlambat" ucap Aditya kemudian memeluk dan mencium kening Nyonya Sandra.

Nyonya Sandra begitu bahagia, saat mendapat perlakuan sehangat ini dari Aditya, meskipun Dia tahu jika Aditya hanyalah bersandiwara.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (8)
goodnovel comment avatar
Terry Gindi
pemulaan telalu pendek
goodnovel comment avatar
Paradista
Terimakasih sudah memberi gem terbanyak gan ...
goodnovel comment avatar
Paradista
Iya, kemana ya terbangnya ya Gan? Padahal di up date.
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 199

    "Aditya kamu gak apa-apa?" teriak Jonathan panik dan segera melindungi Aditya jika saja ada serangan lagi dari Indra."Indra apa kau ingin mati!" seru Jonathan ke arah Indra."Ayolah kita sebaiknya mati bersama-sama." Balas Indra sambil bersiap kembali menarik pelatuk.Jonathan tidak bisa membiarkan Aditya, anak buahnya maupun dia mati begitu saja, akhirnya dengan spontan tanpa sengaja menarik pelatuk dan tembakan itu mendarat tepat di dada Indra yang langsung terpental hingga jatuh ke dalam air laut di belakangnya.Semua orang terdiam, Aditya tampak terperanjat kaget saat Indra terjatuh dan tak terlihat lagi berdiri di depannya."Aditya ayo pergi." Ajak Jonathan sambil menarik lengan temannya itu, dia tak peduli keadaan Indra."Kamu yakin dia sudah mati?" tanya Aditya, lalu berdiri dan melihat laut.Wajah Aditya tersenyum puas kala melihat tubuh Indra yang tersangkut oleh jaring, pria itu tampak masih berusaha bertahan sambil menahan rasa sakit."Belum mati rupanya." Dengus Jonathan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 198

    Aditya tampak tak peduli dengan perkataan temannya itu, dia segera pergi dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Jonathan sepertinya kini tak bisa mencegah Aditya lagi, dia menebak jika Aditya tahu kalau dia memiliki rencana terselubung."Maafkan aku kawan, aku tahu kamu berbuat begini karena ingin membuatku tetap aman." Batin Aditya mendesah saat dia menebak-nebak rencana yang dibuat temannya itu.Aditya berjalan semakin jauh menuju sebuah pelabuhan yang disana sudah mulai dipadati beberapa orang, mereka tampak bersiap untuk menurunkan barang dari kapal besar yang baru saja berlabuh.Kedua mata Aditya berkeliling mencari seseorang di sekitar sana, dengan wajah yang tegas dan pandangan yang tajam akhirnya tatapan matanya berhenti pada seseorang yang sedang duduk sambil melihat ke arah kapal di depannya.Jonathan mengawasi tatapan Aditya dan dia juga melihat sosok itu, Aditya akan melangkah pergi tapi Jonathan segera mencegahnya."Tunggulah disini, serahkan dia padaku." Kata Jonathan.Adity

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 197

    Tidak ada manusia normal manapun yang akan baik-baik saja kalau dalam waktu dekat kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Begitulah kiranya perasaan Aditya dan Jonathan dapat memahaminya, makanya dia harus waspada serta menyerahkan penangkapan Indra pada para pengikutnya agar keselamatan Aditya lebih terjamin daripada dia sendiri yang menangkapnya.Jonathan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan para pengikutnya untuk memberikan perintah tanpa sepengetahuan Aditya.Waktu sudah sangat larut, keadaan dermaga juga tidak terlalu ramai seperti saat siang. Mungkin karena di siang hari banyak kapal-kapal kecil yang singgah, sedangkan malam tidak ada.Suara klakson kapal feri yang baru datang terdengar nyaring dan menggema, Aditya mulai waspada."Ayo cepat kita kesana, mungkin pria itu akan menaiki kapal feri itu." Ajak Aditya sambil menunjuk."Tenanglah ada pengikut kita di depan, pergerakan mereka lebih smooth dibanding kita berdua." Jawab Jonathan disertai senyuman

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 196

    Jonathan melajukan kendaraannya dengan cepat, adrenalinnya benar-benar terpacu saat dia tahu akan menangkap penjahat itu. Penjahat yang sudah mengambil nyawa penolong keluarganya yaitu tuan Fajar, dia juga memiliki dendam bukan hanya Aditya saja."Aku juga sudah menghubungi ayahku, biarkan anak buahnya berjaga di pelabuhan agar penjahat itu tidak bisa pergi kemanapun.""Good job." Puji Aditya.Jonathan melirik sebentar, dia sangat senang ketika temannya itu bersemangat lagi.Perjalanan cukup jauh meskipun Jonathan sudah memacu kendaraannya dengan cepat, mereka berangkat dari pusat kota dan menuju ke pesisir pantai dimana Indra terlihat. Sementara Aditya tidak mau hanya diam saja dan menyia-nyiakan waktu berharganya itu, dengan cekatan dia terlihat merakit senjata api yang sudah disiapkan oleh Jonathan di kursi penumpang."Kamu memilih senjata kecil itu?" tanya Jonathan disela-sela memacu kendaraannya."Hem." Jawab Aditya pendek."Aku ingin membunuhnya perlahan dari jarak terdekat kami

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 195

    Sementara Aditya belum cukup puas memandangi wajah Catrina untuk terakhir kalinya, namun kini paramedis seakan memaksanya harus segera berpisah dengan wanita itu. Benar saja apa kata teman-temannya dan Sandra, kalau dia akan menyesalinya."Tolong, biarkan aku sebentar lagi. Tolonglah…." Pinta Aditya memohon."Maafkan kami tuan Aditya, jasadnya harus segera kami bersihkan sebelum terlambat." Kata-kata paramedis itu benar-benar menyakiti hati Aditya, "bukankah memang sudah terlambat? Dia sudah mati, apalagi yang membuat semua ini tidak terlambat?""Dia tidak akan hidup lagi, bukankah semuanya sudah terlambat?""Ya beliau memang sudah tiada, tubuhnya kaku dan kulitnya mulai membiru. Apa Anda akan puas saat tubuh ini mulai membusuk? Apa itu yang Anda inginkan?" balas paramedis tersebut.Rasanya jantung Aditya berhenti berdetak, dia menyesali segalanya tapi dia juga masih ingin melihat wajah Catrina untuk beberapa saat lagi."Sudahlah ikhlaskan dia, kasihan tubuhnya." Kata Jonathan sambil

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 194

    Sandra terus berbicara agar anak sambungnya itu sadar dari sikap omong kosongnya itu."Aditya dengarkan saya sekali ini_""Sejak kapan saya tidak pernah mendengarkanmu? Bukankah selama ini saya selalu menurut?" potong Aditya bertanya.Sandra menghela napas, dia juga tahu kalau putra sambungnya ini sedang dalam proses depresi akut. Hanya saja tingkat depresinya sangat mengkhawatirkan, yang lain bisa menangis, bersedih, menyalahkan diri sendiri atau marah-marah untuk meluapkan emosinya. Tapi Aditya hanya diam saja tanpa melakukan apapun, masalahnya jika dia tidak menghalangi orang-orang untuk mengurus mayat Catrina tidak jadi masalah mau bersikap begini, tapi Aditya menghalangi dan mengacaukan segalanya."Maksud ibu, apa harus ibumu yang langsung bicara padamu? Ibumu sekarang masih lemah dan terbaring di rumah sakit, tapi ibumu masih baik-baik saja. Sementara Catrina… dia sudah tiada, tubuhnya butuh segera diurus.""Lalu… apa kamu juga menganggap aku sehat sampai bisa datang kesini? Tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status