''Pria bertopeng?'' ujar Papa mengernyitkan dahi menatapku.''Iya, apa mereka suruhan Papa?'' tanyaku menatap penasaran.Papa tersenyum kecil menatapku, ''Ya memang benar semua pria bertopeng itu suruhan Papa. Kamu jangan khawatir, itu bukan polisi,''''Tapi kenapa sampai membawa senjata? Bagaimana jika polisi tahu tentang barusan yang kita lakukan?'' ucapku penuh dengan ketakutan.''Tenang saja Syifa, biar Papa yang mengurus semuanya. Semua bisa dibeli dengan uang,'' ucap Papa tertawa.Aku pun menarik nafas kasar, semoga saja benar apa yang diucapkan oleh Papa.''Ya sudah, kalau begitu aku mau istirahat dulu ya Pah, Mah. Aku sangat capek sekali karena hari ini sangat melelahkan,'' ucapku pada kedua orang tuaku.''Ya sudah, jika kamu mau istirahat silahkan saja. Biar an
Aku pun segera meraih ponsel dan menatap siapa gerangan yang menelepon.Aku begitu kaget, ketika menatap layar ponsel. Ternyata yang menelepon Ibu mertuaku. Ada apa dia menelepon? Hmm, lebih baik aku tidak usah mengangkatnya. Lagi pula sama sekali tidak penting.Lantas, aku segera meletakan ponsel dan mengabaikan panggilan telepon Ibu, tapi sesaat kemudian aku berfikir.'Bukankah aku punya vidio Laras? Hmm, lebih baik sekarang aku sebarkan saja ke media sosial biar dia malu dan dipandang rendah oleh orang lain.' bisikku dalam hati.Aku pun segera menggunakan akun baru, untuk menyembunyikan identitasku yang telah berani mengirim vidio adegan dewasa dan mengupload status 'Vidio mes*um seorang wanita dengan delapan orang pria' tulisku distatus vidio itu.Setelah selesai membuat akun baru, lalu aku mengunggah vidio tersebut ke sebuah media so
''Ibu ... Bagaimana keadaan Mas Danu sekarang?'' tanyaku ketika telah menghampiri Ibu.''Ngapain kamu ke sini, hah?'' bentak Ibu mertua.'Ini mertua kok aneh banget, ya, 'kan bukannya dia sendiri yang menyuruhku untuk ke sini menjumpai anaknya yang tengah di operasi?' ucapku kesal dalam hati.''Aku ingin melihat keadaan Mas Danu, Bu. Hatiku benar-benar terluka ketika suamiku sendiri harus menjalankan operasi,'' lirihku berkaca-kaca.''Biarkan saja saya yang mengurus, saya tidak butuh kamu. Pergi sana!'' pekik Ibu mertua, aku menghela nafas. Harus benar-benar sabar jika menghadapi mertua yang telah pikun.''Bukankah Ibu yang menyuruhku untuk datang ke sini? Kenapa sekarang Ibu malah mengusirku. Ibu harus ingat ya, aku ini masih istrinya Mas Danu. Jangan seenaknya mengusirku,'' ucapku melotot ke arah Ibu.Ibu te
''Mana Danu sialan?'' ucap seorang wanita marah-marah dan membuka pintu ruangan sampai membuat aku kaget.Ternyata wanita itu telah menggagalkan aksiku ini. Untung saja aku segera bangkit dan tidak terlihat seakan akan membunuh Mas Danu.Aku pun menatap kedatangan wanita itu, ternyata dia seperti Tante Shima, Mamanya Laras.''Tante ada apa masuk ruangan ini sambil marah-marah?'' tanyaku padanya.''Saya mau bunuh Danu karenanya telah membuat wajah anak saya jadi hancur,'' cecarnya langsung menghampiri Mas Danu dan emosi yang membara.''Siapa anda? Kenapa mau membunuh anak saya?'' tanya Ibu yang baru saja terbangun karena mendengar teriakan Tante Shima.''Saya Ibunya Laras, saya mau membunuh dan meminta pertanggung jawaban karena telah membuat wajah anak saya terbakar ka
Seorang lelaki menyebrang di depan mobilku yang tengah melaju dengan kencang pada akhirnya tertabrak.Aku begitu kaget dan berdebar, hatiku sangat kalut karena takut ada yang melihat aku telah menabrak seseorang. Lebih baik aku pergi melarikan diri saja dari pada diketahui warga sekitar.Aku dengan cepat melajukan mobil dengan kencang, untung saja tidak ada yang mengejar mobil yang tengah aku kendarai ini. Sampai pada akhirnya aku tiba di halaman rumah.Setelah itu, aku bergegas masuk dan membuka pintu untung saja mobil sama sekali tidak lecet akibat tabrakan yang tadi aku alami. Tapi seingatku yang tak sengaja aku tabrak korbannya malah langsung bangkit dan menatap ke arah mobilku. Aku menatapnya di kaca spion sewaktu tengah melaju kendaraan untuk kabur.Hmm, lebih baik aku lupakan, semoga saja dia
''Memangnya kenapa?'' tanyaku heran menatap wajah Kak Rudi.''Dia kekasihku?'' ucapnya dan membuat kami terkejut.''Apa? Jadi Laras selain menjadi gundik suamiku, dia juga kekasih Kak Rudi? Benar-benar tak habis fikir, aku tak menyangka jika Laras cerdik mempermainkan lelaki,'' pekikku tak menyangka.Aku sama sekali tidak tahu jika selama ini Laras mempunyai hubungan dengan Kak Rudi, sewaktu semuanya belum terungkap. Aku sama sekali tidak tahu siapa kekasih Laras dan dia pun sam sekali tidak pernah memberitahu.''Memangnya kamu dan Laras telah menjalin hubungan kasih berapa lama?'' timpal Mama bertanya.''Sudah hampir satu tahun lebih, Mah,'' sahut Kak Rudi memberitahu.Dadaku begitu teriris karena baru mengetahui ini semua, ternyata Laras pandai sekali bersandiwara dan memainkan hati laki-laki.&nb
''Aku 'kan tengah berada di penjara, tolonglah mengerti sedikit dan cari anakmu sekarang juga. Atau lapor saja ke pihak berwajib,'' ucap Mas Danu memerintahkan aku kembali.''Aku sedang sibuk, jika Mas khawatir lebih baik lapor sendiri. Bukankah sekarang tengah berada di kantor polisi?'' tanyaku tersenyum mengejek.''Terserah kamu, jadi Ibu kok sama sekali tidak becus. Aku sangat menyesal telah menikahimu,'' ketusnya.''Aku yang lebih menyesal, beraninya kamu berkhianat. Seharusnya kamu mikir sudah tanggung jawab belum menjadi suami. Sudahlah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, semuanya sudah selesai dan kita tidak ada hubungan lagi.'' jelasku dan lekas mematikan sambungan telepon secara sepihak.Aku melempar benda pipih secara kasar, aku sangat heran dengan dia. Bisa-bisa mengatakan menyesal karena telah menikahiku, seharusnya aku yang bilang seperti itu. D
''Hmm, begitu ya. Ya sudah kita pesan makan dulu. Kamu sudah laparkan?'' tanyanya.''Aku sudah sarapan sebenarnya tadi di rumah, jika kamu lapar silahkan saja pesan. Aku pesan minuman dingin aja,'' kataku menjawab ucapannya.''Ya sudah, aku pesan dulu ya,'' ujarnya langsung bangkit dan menuju kasir.Aku terdiam sambil menatap Dina yang tengah mengobrol dengan seorang waiters, hatiku entah kenapa tiba-tiba sangat gundah ketika telah membicarakan hal barusan pada Dina.Apa Dina akan menjaga rahasiaku ya?! Hmm, jika masalah ini terbongkar aku yakin Dinalah orang pertama yang akan aku habisi. Aku tidak akan pernah main-main dengan seseorang, walaupun dia sahabatku aku tidak akan merasa takut padanya.Setelah Dina memesan, dia langsung menghampiri dan duduk di sebelahku, lalu tersenyum manis padaku.''Oh iya Syifa,