Share

Pertengkaran

Penulis: AlvinaMawar
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-04 09:28:10

PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (5)

''Kamu kenapa datang-datang nangis?'' tanyaku heran.

''Via, Ma. Barusan kejang-kejang dan sekarang masih ditangani oleh dokter.'' Gadis menjelaskan kedatangannya. 

''Apa?''

Aku terkejut mendengar anak sulungku yang mengatakan bahwa Via mengalami kejang dan sedang ditangani oleh Dokter. Tanpa fikir panjang, aku bergegas bangkit dan berlari ke arah ruang rawat Via yang tidak jauh dari masjid tempat aku melaksanakan shalat barusan. 

Sesampainya, aku lantas menatap dinding kaca yang di sana memperlihatkan seorang dokter ditemani dua suster sibuk menyelamatkan nyawa Via. Mereka terlihat panik ketika suara monitor menggema dengan kencang. Dokter berupaya menolong menggunakan alat pacu jantung agar kondisi jantung kembali normal. 

Aku heran, bukankah sewaktu aku meninggalkan Via shalat keadaanya baik-baik saja? Tapi kenapa sekarang keadaannya semakin parah? Bukankah anakku hanya mengalami benturan di kepala?

Lima belas menit kemudian, Dokter keluar dengan diiringi kedua suster. Gegas aku langsung menghampiri dan bertanya mengenai kondisi Via. 

''Apa yang sebenarnya terjadi, Dok. Bukankah dokter mengatakan bahwa anak saya sebentar lagi akan siuman pasca luka yang ada di kepalanya sudah dijahit, tapi kenapa sekarang mengalami kejang?'' tanyaku heran.

''Sepertinya sebelum mengalami benturan di kepala pasien menderita sakit. Kami akan mendalami lebih lanjut agar kondisi pasien sepenuhnya stabil. Untung saja pasca mengalami kejang barusan, keadaanya sudah kembali normal.'' 

Aku bergeming. Bimbang mau mengatakan hal apa lagi sebab ini baru pertama kalinya Via mengalami kejang. Dan, setahuku sebelum kejadian ini Via sama sekali tidak ada riwayat sakit yang serius. Jika memang benar Via sakit, lalu anakku sakit apa? Sekarang aku hanya ingin Via siuman agar kami bisa kembali pulang ke rumah. 

Dokter berlalu pergi, sementara aku masuk ke ruang rawat untuk melihat kondisi Via. 

Tiba-tiba, terdengar bunyi berdering panggilan masuk pada ponselku. Aku menatap layar, namun ternyata tidak ada nama yang tertera. Tanpa menaruh curiga, aku mengangkat panggilan telepon.

''Hallo, Wulan. Kamu di mana?'' 

Suara erangan laki-laki yang ada di seberang telepon kenapa sekilas mirip Bima? Apa jangan-jangan memang benar yang meneleponku adalah dia? Tapi, mengapa dia bisa tahu nomer ponselku?

Tanpa menjawab, aku lebih memilih mematikan panggilan telepon secara sepihak. Aku tak ingin memperdulikan ataupun melayani seseorang yang sama sekali tidak penting. Untuk sekarang, tujuanku hanya satu ingin Via sehat kembali.

****

''Ngapain kamu datang kembali ke sini, Wulan?'' tanya Mas Hilman, sorot kedua matanya tajam menatap kedatanganku. 

Sekarang aku sedang berada di rumah bermaksud mengambil pakaian Via. Melihat Mas Hilman yang berdiri di depan pintu sembari kedua tangannya berdecak pinggang membuatku semakin membencinya. Seharusnya sebagai seorang ayah yang baik, ia mempertanyakan keadaan Via, tapi kenyataannya tidak sama sekali. Padahal Mas Hilman sendiri yang sudah membuat Via celaka hingga akhirnya dirawat di rumah sakit.

''Untuk apa lagi kamu ke sini, hah?'' tanya Mas Hilman lagi. 

Tangannya terkepal kuat, raut wajahnya seakan ingin mencabik. 

''Aku mau mengambil pakaian Via karena dia sekarang dirawat di rumah sakit,'' jelasku hendak melangkah masuk. Tetapi, dengan cepat Mas Hilman mendorong tubuhku.

''Ini rumahku! Jangan pernah melarang aku untuk tidak masuk ke rumahku sendiri.'' Aku membalas tatapannya tajam dan berusaha melangkah masuk ke rumah.

Kejadian kemarin membuatku tak akan tinggal diam. Jika Mas Hilman bisa bertindak kasar, aku pun bisa melakukan lebih dari itu. 

Tiba-tiba seorang perempuan keluar dari dalam rumah, tampilannya sangat sexy. Apa jangan-jangan selama ini Mas Hilman telah berselingkuh?

''Rumah ini sudah aku gadaikan ke Juragan Amir. Kamu tidak berhak tinggal di rumah ini lagi, sebab sertifikat rumah ini sudah berada di tangannya,'' jelas Mas Hilman membuatku terkejut.

''Apa? Keterlaluan!'' 

Plak!

Tamparan mendarat di kedua pipinya. Emosiku sama sekali tak tertahan, aku terlanjur kecewa. Bisa-bisanya Mas Hilman menggadaikan sertifikat rumah ini. 

''Kur4ng 4jar! Berani kamu menamparku, hah?'' sahutnya meradang. Dia mencekal leherku hingga aku kesulitan bernafas.

''To—tolong ....'' Lirihku tak kuat. Nyawaku seakan hampir melayang, aku tak kuasa menahan sakit yang terasa. Dia sangat kejam. 

''Hilman!'' Tiba-tiba Papa datang dan berteriak. ''Berani sekali kamu menyakiti anak saya!'' 

Kedua tangan Papa terkepal kuat, tatapannya penuh amarah. Tanpa berdiam diri, Papa lantas memberi bogeman mentah kepada Mas Hilman sehingga membuat tubuhnya ambruk ke tanah. 

Belum puas melihat Mas Hilman tersiksa, Papa bersiap mengangkat sebuah batu yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Aku yang melihat lantas berusaha mencegah.

''Jangan lakukan itu, Pa. Jika Mas Hilman mati kita nanti yang repot. Aku nggak mau Papa masuk penjara hanya gara-gara membunuhnya,'' larangku menghentikan. 

''Papa mana yang nggak sakit hati melihat anak kesayangannya disakiti oleh orang lain, Wulan. Apapun akan Papa lakukan, membunuhnya sekarang pun Papa sanggup,'' ujar Papa, sorot kedua matanya berkaca-kaca.

''Tapi Pa, aku mohon! Kita masih bisa melakukan sesuatu cara apapun, asalkan tidak membunuhnya.'' Aku bersikeras melarang. Papa mengangguk, perlahan meletakkan kembali batu tepat di sampingnya. 

Tiba-tiba, tanpa terduga Mas Hilman bangkit. Perlahan dia mendekat ke arah kami dan bersiap melempar batu. Secepat kilat, kami langsung menghindar dan akhirnya batu itu tak berhasil mengenai tubuh kami. 

Andai saja aku tidak melarang Papa melakukan tindakan itu mungkin Mas Hilman sekarang sudah mati, seharusnya aku membiarkannya. Aku nggak menyangka, tubuh Mas Hilman sudah lemas karena mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi oleh Papa masih sanggup melempar batu dan menyakiti kami.

''Akan kupastikan hidup kamu menderita karena telah bertindak kasar terhadap Papa dan ketiga anakku. Tunggu saja pembalasanku!'' Ancamku. Mas Hilman tersenyum kecut.

''Kamu nggak akan bisa membuat aku menderita Wulan, karena aku sendiri yang seharusnya membuatmu menderita,'' ujarnya sinis. Kemudian pergi meninggalkan kami bersama wanita sexy yang bersamanya. 

''Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Hilman menjadi seperti itu terhadapmu?'' tanya Papa penasaran. 

''Dia bilang bahwa sudah tidak mencintaiku, mungkin itu sebabnya Mas Hilman bertindak kasar terhadapku dan anak-anak,'' jelasku membuat Papa terhenyak.

''Benar-benar keterlaluan dia. Bukan hanya kamu saja yang disiksa ternyata juga cucu Papa. Sudah berulang kali Papa katakan, ceraikan Hilman!'' Papa marah. Aku tertunduk lesu, bingung mau mengatakan apa. Baru kemarin Mas Hilman mengucap talak, itu artinya kami sudah bercerai bukan? Lebih baik aku katakan sekarang. 

''Sebetulnya aku dan Mas Hilman sudah berpisah, Pa. Kemarin dia mengucap talak secara sadar.'' Jelasku. Kening Papa mengerut. 

''Kenapa kamu nggak memberitahu Papa tentang masalah ini?'' tanya Papa lagi. 

''Maafkan aku, Pa. Setelah Mas Hilman mengucap talak kemarin, tanpa belas kasihan dia mengusirku dan anak-anak dari rumah ini. Aku kecewa dengan perlakuannya yang mengakibatkan Via masuk ke rumah sakit,'' jelasku memberitahu yang sebenarnya.

''Apa?''

Bersambung

Makin ke sini kok makin keterlaluan ya, seharusnya sebagai ayah Hilman melindungi dan menyayangi anaknya. Tapi ini malah kebalik. Gimana menurut kalian? 

Tulis di kolom komentar, ya. Jangan lupa follow akun ini ya❤️🙏

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Season 2 — Perjalanan

    “Mas pengen punya anak dari kamu, Dek,” ucap Tomi pada Wulan. Saat ini, mereka tengah berbincang di kamar sembari menatap langit-langit yang ada di dinding. “Sabar, ya, Mas. Maaf aku belum bisa kasih keturunan sama kamu. Tapi mudah-mudahan kedepannya aku bisa hamil nanti. Kita berdoa aja, ya,” ujar Wulan penuh harap. Dia berusaha meyakini suaminya—Tomi agar mau bersabar menunggu buah hati yang dia idam-idamkan dari rahim Wulan. “Tapi kapan, Dek?” Tomi menatap nanar wajah istrinya. Dia benar-benar sangat berharap Wulan hamil dan bisa memberikan keturunan untuknya. “Ntahlah, Mas. Lagipula Mas tahu sendiri aku sudah melahirkan empat orang anak, mungkin aku susah hamilnya karena itu.”Tomi menghela nafas berat, dia merasa sudah seharusnya menjadi ayah, pernikahannya sudah berjalan selama tiga tahun namun Wulan belum juga bisa memberikan keturunan kepadanya. Memang, Wulan sudah memiliki anak empat dengan pernikahan yang sebelumnya bersama Hilman. Akan tetapi, Tomi ingin memunyai anak b

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Harapan terakhir

    “Tapi, kemarin Mama kaya lihat dia di penginapan ....” “Di penginapan?” tanyaku sedikit dengan nada terkejut. “Iya, benar. Persis seperti Bima. Waktu itu Mama pengen panggil dia tapi malah keburu masuk ke mobil.” Mama menjelaskan. Aku sedikit terkejut ketika mendengar ucapan Mama. Tetapi, aku nggak percaya. Sudah jelas satpam di rumahnya bilang kalau Bima meninggal dunia dan sudah di makamkan. Mana mungkin satpamnya berbohong. “Mungkin Mama salah lihat, jadi mikirnya dia Bima, padahal nyatanya Bima sudah meninggal dunia.”Mama terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Iya mungkin ya, kayanya Mama salah lihat malah nyangka dia itu Bima.”“Iya, Ma, mungkin sudah nasib Bima harus seperti itu, aku juga masih belum menyangka dia pergi secepat itu,” lirihku dengan perasaan berkecamuk. Selama mengenal Bima dari dulu sampai sekarang, dia adalah laki-laki yang baik, punya rasa tanggung jawab yang tinggi, dan selama menjalin hubungan dengan dia pun aku selalu merasa tenang da

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    59

    Aku melangkah pelan bergegas membuka pintu, dan .....''Mas Tomi?''Aku menatap wajah suamiku dengan sedikit terkejut, rupanya yang mengetuk pintu adalah suamiku sendiri bukan seperti apa yang aku bayangkan.''Kamu kenapa?'' Tanya Mas Tomi heran.''Ah, nggak kenapa-napa kok, Mas,'' ucapku sembari terkekeh.Mas Tomi terdiam, dia melenggang dari hadapanku dan segera mencuci wajahnya.''Aku izin pagi ini mau pergi ya, Sayang,'' ujar Mas Tomi meminta izin.''Memangnya mau kemana sepagi ini, Mas?'' Aku kembali bertanya karena penasaran akan kemana perginya suamiku sepagi ini. Terlebih malam tadi kami tidak melakukan malam pert4ma yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru saja melewati proses ijab qobul kemarin, dan malah sekarang meminta izin untuk pergi?''Temanku ada yang meninggal,'' jelasnya lagi sambil menatapku dengan wajah serius.''Temanmu yang mana?'' tanyaku sembari menatap dengan pandangan dingin. Entah kenapa firasatku malah tertuju pada Bima.Ya, siapa lag

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Ada apa sebenarnya?

    Hingga pada akhirnya ....Selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku terbuka. Sorot mataku menerawang pada sosok laki-laki yang berdiri sembari melayangkan senyuman tipis di sudut bib1rnya.“Bi—bima ....”Aku terperanjat karena keterkejutan dengan apa yang sedang aku lihat saat ini. Untuk apa Bima berada di kamar ini? Mas Tomi? Dia kemana? Kenapa yang datang bukan suamiku. Ada apa ini sebenarnya? Pertanyaan itu seakan melayang di atas kepalaku. Entah mengapa Bima yang tadi tidak datang ke acara pernikahanku, dia malah terang-terangan datang ke kamar ini. Mau apa dia? “Kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini, haa?” tanyaku seraya menaikan nada bicara. Aku tak suka dengan kedatangannya yang main nyolonong masuk tanpa permisi. Apa dia nggak tahu kalau kamar ini akan menjadi saksi m4l4m pert4ma aku bersama Mas Tomi, yang kini sudah resmi menjadi suamiku. Betul-betul tidak ada rasa malu. “Aku datang ke sini ingin melihat kamu betapa bahagianya menikah bersama laki-laki itu,” jelasnya sam

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Menikah

    PoV Wulan“Bagaimana, Wulan, apakah kamu setuju dengan permintaan aku minggu lalu?” tanya seorang laki-laki, dia duduk sembari tersenyum berharap mendapat jawaban yang dia inginkan dari mulutku.Seminggu lalu, dia mencoba melamarku, lalu setelah itu, aku melakukan shalat istikhoroh agar mendapatkan jawaban atas apa yang aku doakan selama seminggu ini. Dan ternyata ....Akan tetapi, hatiku seakan tak mampu membohongi, aku takut menikah lagi dan gagal untuk yang kedua kalinya. Apalagi aku dan dia belum lama saling mengenal, aku tidak tahu karakternya seperti apa dan bagaimana. Aku selalu merasa bimbang menentukan pilihan.“Jawab, Ma, kenapa diam saja. Gadis sama adik-adik setuju kok kalau Mama mau menikah lagi,” pungkas anak pertamaku menimpali.“Iya, Wulan, mungkin sudah saatnya kamu mulai membuka hati dan menata kehidupan yang baru, Mama sangat berharap kamu bahagia, dan Mama pun setuju jika kamu menikah lagi,” ujar Mama menimpali, sama halnya seperti Gadis.Aku menatap ke sekeliling

  • PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI    Mencabut laporan

    Seketika itu, raut wajahku berubah, aku tak percaya dengan apa yang saat ini aku lihat. Ternyata ....“Dinar?” Dinar menatap tajam ke arahku, sorot matanya seakan menahan penuh kebencian.“Aku akan melaporkan ke polisi kalau kamu yang sudah mencelakaiku, Bima,” pungkasnya berucap. Aku tidak tahu sejak kapan Dinar sudah sadarkan diri dari koma, saat sebelum kedatangan polisi bahkan setelah polisi pergi pun aku masih melihat Dinar dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.Apakah dia mendengar ucapanku barusan? Sepertinya iya. Apalagi melihat Dinar yang sengaja menjatuhkan gelas dan berucap bahwa akan melaporkan aku ke pihak kepolisian. Nggak bisa. Dia nggak akan mungkin bisa melapor, untuk bangun saja dia pasti akan sulit, apalagi sampai melapor langsung ke kantor polisi.“Maafkan aku, Dinar, aku nggak sengaja. Ini salah faham. Aku menyesal.” Aku berusaha memohon agar dia memaafkan aku. “Nggak sengaja katamu, hah? Kamu hampir akan membunuh aku, Bima, demi Tuhan, aku nggak ridh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status