Share

Bab 7. Bertemu Kembali

Setelah selesai membereskan apartemen dan semuanya sudah rapi. Perut wanita cantik itu mulai bersuara karena lapar. Shireen membuka lemari es dan menemukan bahwa dapur ternyata kosong tak bersisa. Dalam hati, ia merasa kesal. Karena bisa-bisanya Nick tidak memiliki satu makanan pun di dapurnya. Ia merogoh ponselnya dan segera mengirim pesan singkat kepada suaminya meminta uang untuk belanja.

Tak lama kemudian, ponsel Shireen bergetar menandakan ada pesan masuk. Nick telah mentransfer uang, namun jumlahnya sangat sedikit. Shireen menghela napas panjang, kesal karena uang yang dikirim oleh Nick tidak akan cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Shireen mencoba menelepon Nick untuk menjelaskan situasi, tetapi sayangnya panggilan itu tidak diangkat. Ia menunggu beberapa saat, tetapi tetap saja tak ada jawaban dari Nick.

Kesal dan tak punya pilihan lain, Shireen mengambil tas dan dompetnya lalu berangkat menuju pusat perbelanjaan. Sebelum belanja, tentu saja dia harus pergi ke ATM untuk mengambil uang. Setelah itu, baru dia pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana, ia harus pintar-pintar memilih barang dengan uang seadanya. Ia berkeliling, mencari barang dengan harga terbaik dan menimbang mana yang lebih penting untuk dibeli.

Sambil berjalan di lorong-lorong pusat perbelanjaan, Shireen tak bisa menahan rasa kesalnya pada Nick. Ia merasa bahwa suaminya seharusnya lebih peka terhadap kebutuhan keluarga dan tidak menganggap remeh persoalan seperti ini. Namun, di tengah kekesalannya, ia berusaha tetap fokus untuk menyelesaikan belanja dengan uang yang ada.

Shireen melangkah keluar dari pusat perbelanjaan dengan tangan penuh membawa kantong-kantong belanjaan. Senyum puas terpampang di wajahnya, namun langkahnya terasa agak berat karena beban yang dia bawa. Dia menoleh mencari taksi yang akan mengantarnya pulang, lalu berjalan menuju kendaraan yang sudah menunggu.

Namun entah bagaimana, seakan tak sengaja, kaki Shireen tersandung pada kaki sendiri dan dengan cepat tubuhnya terjatuh ke depan. Saat itu juga, Shireen menabrak seorang pria yang sedang berdiri dan tengah menelepon. Belanjaan yang dia bawa bertebaran di sekitarnya, membuat kejadian itu semakin memalukan.

Shireen berusaha bangkit dari tubuh pria yang ditabraknya, sementara pria itu menghentikan percakapannya. Shireen merasa sangat malu, wajahnya memerah dan ingin segera menghilang dari situ. Dia mendengar suara pria yang ditabraknya mulai bersuara keras, mencaci dan menggerutu.

"Sialan! Mau kemana sih, kalau jalan lihat-lihat ke depan!" teriak pria itu, mencoba menyembunyikan rasa kesal dan kaget yang jelas terlihat di wajahnya. Shireen hanya bisa menundukkan kepala, merasa bersalah atas kejadian yang tak sengaja terjadi. Dia turun perlahan dari tubuh pria yang baru saja ditabraknya. Rasa malu dan penyesalan memenuhi pikirannya. Dengan gemetar, ia mengulurkan tangannya untuk membantu pria itu bangkit.

"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja," ucap Shireen dengan suara lirih, sambil menundukkan kepala.

Saat menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah pria yang ditabraknya, matanya melebar ketika menyadari siapa pria itu. Tidak mungkin! Tuan Liam Lawrence, pria yang selama ini menjadi mimpi buruknya. Tiba-tiba saja, bayangan malam penuh gairah bersama Liam muncul di benak Shireen. Wajahnya semakin memerah, dan perasaan marah bercampur malu semakin memuncak. Bagaimana bisa ia bertemu lagi dengan pria yang telah menghancurkan hidupnya?

Liam, yang mulai sadar dari kejadian tersebut, menatap Shireen dengan tatapan tajam. "Apa kamu tidak melihat jalannya, Honey?" ujarnya dingin.

Memang, Liam pun cukup terkejut karena bertemu dengan Shireen lagi. Dia tidak pernah melupakan malam itu karena itu adalah malam yang begitu memuaskan bagi Liam. Namun, wajahnya yang datar dan dingin, membuatnya mampu menyembunyikan perasaan itu.

Shireen mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi yang meluap-luap.  "Saya sudah minta maaf, Tuan," balasnya dengan suara bergetar.

Mereka berdua saling pandang, saling menatap penuh amarah dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Shireen mencoba untuk menenangkan diri, berharap tak akan pernah lagi berjumpa dengan Liam.

“Lihat! Gara-gara kamu, pakaianku menjadi kotor. Padahal aku ada rapat penting bersama klien,” ucap Liam protes penuh amarah.

Shireen kembali menatap pria itu. “Buka pakaianmu! Maka aku akan mencucinya,” ucap Shireen seraya menyentuh jas milik Liam, tetapi pria itu langsung menepisnya.

“Jangan menyentuh bajuku!” balas Liam dengan nanar.

Kemudian, Jack, asisten pribadi Liam datang menghampiri tuannya. “Tuan, pertemuan akan segera dimulai. Anda harus segera masuk.”

Liam hanya mengangguk seraya menoleh ke arah Shireen. “Masalah kita belum selesai! Kita akan bertemu lagi,” ucap Liam dengan suara tegasnya lalu melangkah pergi dengan tegap disana menuju restoran mewah yang berada di depannya, membuat Shireen hanya bisa mendengus kesal menatap pria itu.

Shireen menatap dengan nanar ke arah punggung Liam yang sudah berlalu masuk ke dalam restoran mewah itu, seolah tak peduli dengan keberadaannya. Hatinya terasa sakit, karena tampang dari pria itu tampak tidak merasa bersalah sedikit pun atas apa yang sudah dia perbuat.

"Aku tidak akan pernah sudi bertemu denganmu lagi!" gumam Shireen dengan penuh amarah. Dia menundukkan kepalanya, mengumpulkan barang belanjaannya yang berserakan di jalan, sambil berusaha menahan air matanya yang hendak jatuh.

Setelah mengumpulkan barang-barangnya, Shireen melangkah pulang ke apartemennya dengan langkah berat menggunakan taksi yang berhenti di dekatnya. Sesampainya di depan pintu apartemen, dia merogoh kantongnya mencari kunci. Namun, tangan Shireen gemetar dan hatinya masih terasa panas oleh kejadian tadi.

Begitu pintu terbuka, Shireen masuk ke apartemen dengan tangan yang masih penuh dengan kantong belanjaan. Detik berikutnya, dia terkejut ketika melihat Nick tengah bersama wanita lain tengah melakukan hubungan layaknya suami-istri di sofa ruang tamu mereka, membuat Shireen sampai mematung dan menjatuhkan kantong belanjaannya begitu saja melihat kejadian itu tepat di depan matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status