Share

Bab 6. Tatapan Kosong

Namun, tindakan Shireen tersebut hanya semakin membuat api kemarahan di dalam diri Nick berkobar. Ia merasa tidak terima atas perlakuan Shireen yang seenaknya menamparnya dan menghina dirinya. Dengan penuh amarah, Nick meraih rambut panjang Shireen dan menjambaknya dari belakang dengan kasar. Rasa sakit yang dialami oleh Shireen membuatnya berteriak kesakitan, namun itu tidak mengurangi kegigihan Nick dalam melampiaskan kemarahannya.

Dalam sekejap, air mata Shireen kembali turun membasahi wajahnya seraya memegang tangan Nick. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Nick yang begitu kuat dari rambutnya. Hatinya hancur melihat perubahan drastis dalam sikap Nick yang dulunya begitu lembut dan penyayang. 

"Siapa kamu sampai berani menamparku seperti itu?" tanya Nick dengan penuh amarah tidak peduli dengan jeritan Shireen yang kini menangis dan memohon agar Nick melepaskannya. Tatapan matanya penuh kemarahan, membuat Shireen semakin takut pada suaminya.

"Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Shireen! Dan jangan pernah meminta untuk berpisah dariku. Seharusnya, kamu bersyukur karena kini aku mengangkat derajatmu! Mengerti?" ucap Nick dengan nada penuh penekanan di setiap katanya. Suara kerasnya terdengar menusuk hati Shireen, membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihan.

"Sekali lagi, aku mendengar kamu ingin bercerai dariku, maka aku akan membuatmu menderita!" tambah Nick seraya melepaskan jambakan tangannya dari rambut Shireen seraya mendorongnya membuat wanita itu terjatuh ke lantai yang dingin. Rasa sakit fisik hanya menjadi gambaran nyata dari betapa hancurnya hati Shireen saat ini.

Shireen begitu tidak berdaya menghadapi Nick. Dia merasa seperti sedang hidup dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Dia tidak pernah menyangka jika Nick berubah 180 derajat hanya dalam waktu satu malam. Laki-laki yang penuh kasih sayang dan penuh pengertian yang selama ini melekat dalam diri Nick seolah hilang begitu saja. Semua kenangan indah mereka bersama terasa seperti angin lalu, menguap begitu saja.

“Kita akan pulang ke rumah! Cepat pakai kembali bajumu. Aku beri waktu 15 menit,” ucap Nick sambil melihat ke arah jam tangannya tidak peduli dengan Shireen yang menangis tersedu-sedu karena ulahnya.

Shireen merasa hatinya hancur mendengar perkataan Nick. Dia tidak pernah membayangkan bahwa pernikahan mereka akan menjadi seperti ini. Semula, dia sangat bahagia ketika Nick melamarnya dan mereka memutuskan untuk menjalani hidup bersama sebagai suami istri. Namun, perlakuan Nick membuat Shireen mulai menyadari bahwa dia melakukan kesalahan besar.

Dengan gontai dan sangat terpaksa, Shireen berjalan menuju kamar mandi hotel. Air mata masih mengalir di pipinya saat dia mencoba membersihkan tubuhnya dengan tatapan kosong. Dia merasakan beban yang begitu berat di dalam dirinya, tak mampu lagi ia menahan kesedihan dan kekecewaan yang ada.

Shireen duduk sendiri di tepi bathtub hotel tersebut sambil memandangi air yang mengalir deras dari keran mandi. Ia merasa seperti tenggelam dalam lautan kesedihan dan penyesalan. Bagaimana bisa segalanya berubah secepat ini? Bagaimana bisa cinta yang begitu indah menjadi penderitaan yang tak terhingga?

***

Nick membawa Shireen ke apartemen miliknya yang terletak di pusat kota. Apartemen itu tampak begitu berantakan, dengan pakaian yang berserakan dan barang-barang yang tidak rapi tertata. Shireen hanya bisa menatapnya dengan pandangan kosong.

"Aku harus pergi bekerja," ucap Nick tiba-tiba setelah menerima telepon dari seseorang. "Aku tahu jika kita masih dalam waktu bulan madu, tetapi ada masalah yang harus membuatku pergi."

Shireen tidak dapat menahan diri untuk merespons ucapan Nick. Tatapannya benar-benar kosong dan hampa, seolah-olah dia sedang melihat sesuatu yang jauh di kejauhan. Dia masih belum bisa mempercayai bahwa sikap Nick bisa berubah secepat ini, seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi pada hubungan mereka.

"Aku akan segera kembali," kata Nick sambil mencium kening Shireen lembut. "Dan aku harap kamu bisa membereskan semua ini." 

Dengan langkah mantap, ia meninggalkan apartemen tersebut meninggalkan Shireen sendirian dalam keheningan.

Detik berikutnya, tubuh Shireen mulai terasa lemas seperti kehilangan segala energinya secara tiba-tiba. Kekosongan hatinya semakin menguat saat dia ambruk ke lantai tanpa daya. Air mata berlinang deras dari matanya saat dia merasakan kesedihan mendalam menyelimuti dirinya.

Dia duduk di lantai dingin apartemen itu sambil memeluk tubuhnya sendiri, mencoba menenangkan diri dari kehancuran hidupnya yang sudah terjadi. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban dan rasa sakit yang tak terlukiskan. Dia menangis sejadi-jadinya tidak peduli apakah tangisannya akan terdengar keluar atau tidak.

“Kenapa takdir seolah melarangku untuk bahagia?” tanya Shireen dengan suara lirih di tengah-tengah tangisannya yang begitu menyayat hati.

Shireen berjalan masuk ke ruangan apartemen yang berantakan, dengan hati yang sangat berat. Langkah kakinya terasa berat seolah-olah dia menarik beban di kedua kakinya. Di mana-mana terlihat pakaian berserakan, piring kotor, dan sampah menumpuk. Shireen menelan ludah dan mulai merapikan semuanya dengan perlahan.

Saat mengangkat piring kotor, air mata Shireen tiba-tiba menetes. Dia menangis pelan, meratapi nasibnya karena ternyata menikahi pria brengsek seperti Nick. Shireen masih sulit menerima kenyataan bahwa laki-laki itu tidak seperti yang dia harapkan. Namun, saat ini Shireen tidak bisa pergi meski sikap Nick sangatlah keterlaluan, karena dia tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa diharapkan.

Sambil terus menangis pelan, Shireen mengumpulkan pakaian kotor dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. Dengan berat hati, dia mulai menyapu lantai, mengelap meja, dan membuang sampah yang menumpuk.

Di tengah kegiatan membersihkan apartemen, Shireen tak kuasa menahan tangisnya lagi. Ia duduk di lantai, menutup wajahnya dengan kedua tangan, dan menangis sejadi-jadinya. 

Namun, dibalik keputusasaannya, Shireen mencoba untuk berharap. Mungkin suatu hari nanti, Nick akan berubah menjadi pria yang lebih baik. Mungkin suatu saat, mereka bisa hidup bahagia bersama seperti pasangan suami istri pada umumnya. Dengan menggenggam erat harapan itu, Shireen bangkit dan kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan apartemen yang berantakan itu. Sebab, saat ini, Nick-lah satu-satunya orang yang hanya Shireen punya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status