Aulia memperkenalkan Kiara sebagai menantunya dengan bangga kepada semua temannya yang hadir dalam acara arisan itu. Tak lupa ia juga memperkenalkan Khanza sebagai besannya dengan wajah berseri.
"Ya ampun, mantu Jeng Aulia benar-benar cantik, ya. Pantes loh Kevin sampe bikin pesta dadakan. Pasti takut keduluan sama orang," komentar salah seorang kawan Aulia.
"Oh, iya jelas dong, Jeng. Kiara ini anaknya polos, belum pernah pacaran sama sekali. Jadi, Kevin harus gercep alias gerak cepat dong," jawab Aulia dengan bangga.
Sementara Khanza dan Kiara hanya tersenyum-senyum kecil. Khanza memang tidak terlalu suka arisan atau acara kumpul-kumpul sejak masih gadis. Meski kedua orangtuanya bukan keluarga sembarangan di Surabaya, tetapi ia tidak suka dengan acara yang menurutnya hanya buang waktu.
Tetapi, Khanza juga tau diri, ia tidak ingin mengecewakan besannya. Jadi, ia pun berbaur dengan
"Sore semuanya ...." "Kamu ...." Aulia tampak diam, ia menatap wanita yang sedang berdiri dekat pintu dengan tatapan tidak suka. Sementara Kiara dan Khairani saling pandang tak mengerti. "Kamu, ke mana saja selama ini? Untuk apa sekarang kamu datang lagi?" tanya Aulia dengan ketus. Wanita bertubuh tinggi itu berjalan perlahan menghampiri Aulia. Ia mengulurkan tangannya untuk menyalami Aulia. Tetapi, Aulia menepiskan tangan wanita itu. "Buat apa kamu ke sini? Mencari Kevin? Lebih baik kamu pergi, jika memang itu yang kamu inginkan. Kevin sudah bahagia, ini Kiara istri Kevin yang 'SAH'," kata Aulia dengan ketus. Untuk pertama kalinya Kiara melihat Aulia bicara dengan sangat ketus. "Justru karena aku mendengar Kevin menikah, aku kembali ke Indonesia." "Buat apa? Kamu mau mengacau? Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum Kevin datang untuk menjemput Ki
Kevin tersentak melihat Amanda yang tengah berjalan menghampirinya. Wajah Kevin langsung menegang dan tatapan matanya berubah tajam. "Kamu?! Kenapa dia ada di sini, Ma?" Kevin menatap Aulia yang juga tampak terkejut dengan kedatangan Amanda. "Gara-gara dia ibu mertuamu pingsan!" Kevin melangkah mendekati Amanda, tanpa berpikir panjang ia mencengkram lengan Amanda dan mendorongnya dengan keras. Hampir saja Amanda terjatuh jika ia tidak berpegangan pada pilar rumah sakit. "Punya hak apa kamu datang lalu membuat ibu mertuaku sakit? Kamu pikir kamu siapa?!" seru Kevin emosi. "Ibu mertuamu saja yang memang lemah, aku hanya bicara apa adanya. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan kepadaku!" pekik Amanda. "STOOP!!!" Kiara tiba-tiba bangkit dan dengan cepat ia menghampiri Amanda. Plak! "Kalau kamu punya hati, saya minta kamu pergi! Ini rumah sakit,
"BODOH!" pekik Nancy saat Amanda membuka pintu. Wanita itu menarik rambut Amanda dengan keras hingga gadis itu kesakitan."Aku hanya menyuruhmu untuk membuat Kevin bertekuk lutut kembali padamu. Kalau bisa ya bunuh saja mertuanya supaya istrinya itu membenci Kevin. Buat istrinya membencimu! Tapi, buat Kevin kembali padamu!" hardik Nancy."Semua gara-gara Tante! Andai kandungan saya tidak digugurkan waktu itu, pasti sekarang aku punya senjata kuat. Anak Kevin." PLAK! PLAK!Nancy menampar Amanda sekuat tenaga hingga kedua pipi gadis itu memerah."Apa kau yakin itu anak Kevin? Kau lupa dengan apa yang kau lakukan? Ada atau tidak ada anak itu tidak akan ada bedanya. Kevin tidak bodoh, dia pasti akan langsung melakukan tes DNA!" Amanda terdiam,ia tau bahwa ia dulu pernah melakukan dengan orang lain meski di luar kesadaran. Tapi, ia sama sekali tidak memakai pengaman. Yang dikatakan Nancy
Pagi itu, Khairani sudah bangun dan merasakan tubuhnya sedikit lebih segar. Ia menurut saja ketika Kiara menyuapinya makan. "Kiara, ibu mau pulang saja. Ibu nggak betah lama-lama di rumah sakit," ujar Khairani. Kiara menghela nafas panjang dan menatap sang ibu. "Bu, dokter bilang, ibu harus dirawat sampai tiga atau empat hari ke depan. Jadi, ibu harus menuruti apa yang dokter katakan. Aku nggak mau ibu sakit lagi," bantah Kiara. Ia tidak mau jika Khairani kumat ketika mereka sudah pulang. Dan lagi, Kevin juga meminta supaya ibunya mendapatkan perawatan yang terbaik. Khairani menatap Kiara penuh kasih, ia merasa terharu dengan kasih sayang yang diberikan Kiara. Padahal gadis itu tau jika ia bukanlah ibu kandungnya. "Nak, Kevin pasti mempunyai koneksi. Mintalah suamimu supaya bisa menemukan keluarga kandungmu. Entah mengapa ibu merasa jika sesuatu akan terjadi. Ibu tidak mau jika kamu nanti kena
Kevin menoleh sekilas ke sampingnya, tampak sang istri hanya diam membisu sementara di kursi belakang ibu dan ibu mertuanya duduk berdampingan sambil berbincang hangat. Setelah hampir sepuluh hari dirawat di rumah sakit, Khairani akhirnya mendapatkan izin untuk pulang. "Sayang, kamu mau makan dulu? Ibu dan Mama juga belum makan, aku juga lapar. Kita makan di restoran favorit Mama, ya?" Kevin akhirnya membuka pembicaraan. Kiara tersentak selama beberapa detik ia berusaha mencerna ucapan Kevin. "Hmm ... iya, aku setuju. Kasian kalau kita pulang dulu, Ibu bisa terlambat minum obat," jawab Kiara. "Baiklah, kebetulan aku juga sedang ingin makan sup asparagus dan kepiting," sahut Kevin penuh semangat. Entah mengapa melihat Kiara yang murung ia merasa sangat sedih. Saat mereka turun dari mobil, Aulia dengan sigap membantu besannya untuk berjalan sehingga Kevin bisa dengan leluasa menggandeng tangan Kiara.
"Amanda datang bukan untuk reuni atau mengucapkan selamat atas pernikahan kita, Mas. Dia datang karena maksud lain. Entah apa yang dia mau, tapi pasti bukan sesuatu yang baik. Aku ingat ucapannya kepada mama dan ibu di hari dia datang. Ia ingin meminta tanggung jawabmu," ujar Kiara dengan suara bergetar. Kevin menghela napas panjang, ia duduk di samping Kiara dan langsung membawa sang istri ke dalam pelukannya."Aku akui, Kiara. Dulu, hubungan kami berdua sudah seperti suami istri. Kami tinggal dalam satu atap yang sama, melakukan ... ya, seperti itu. Jujur, aku sangat mencintai Amanda, bahkan aku tergila-gila kepadanya. Tapi, itu dulu, sayang.""Bagimu dia masa lalu, Mas. tetapi baginya kamu adalah kekasih yang harus ia gapai kembali. Baginya, kamu adalah hak milik kepunyaannya." Kevin tak menjawab, lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Saat ini ia tidak mau memikir
"Selamat, Pak, Bu. Istri Bapak saat ini sedang mengandung, ini bisa dilihat di sini. Masih kecil karena usianya baru memasuki minggu kelima." Mata Kevin berbinar seketika, ia merasa kaget saat semalam Kiara mengatakan jika dirinya sudah terlambat datang bulan. Itulah sebabnya, pagi ini Kevin mengajak Kiara untuk ke dokter dan memastikan. Kini setelah mendengar jika dirinya akan segera memiliki keturunan tentu saja membuat Kevin bahagia luar biasa."Terima kasih, sayang," bisiknya dengan lembut di telinga Kiara membuat wanita cantik itu tersipu."Saya akan membuatkan resep vitamin, ya. Kalau bisa jangan terlalu lelah dan juga banyak makan makanan yang bergizi supaya bayinya tumbuh sehat dan kuat." Suara dokter memecah kemesraan antara keduanya, membuat Kiara makin tersipu malu."Apakah ada pantangan tertentu, Dok? Misalnya seafood atau apa?" tany
Seperti dugaan Kevin, Aulia dan Khairani menyambut gembira berita kehamilan Kiara. Kedua wanita itu saling berpelukan dan memberi selamat. "Pokoknya kamu nggak boleh cape, jangan kerja yang berat atau strees. Mama nggak mau calon anak mama nanti kenapa-kenapa. Kalau mau apa-apa, minta sama mama. Kalau ngidam kamu kasi tau Kevin supaya dia mencarikan untuk kamu," kata Aulia panjang lebar. Ya, Aulia memang sangat menginginkan kehadiran seorang cucu. Setidaknya ia bisa menimang cucu di masa tuanya untuk menghilangkan kesepiannya. "Jaga kandunganmu baik-baik, ya Nak," kata Khairani sambil membelai rambut Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, "Iya, Bu. Aku pasti akan menjaga baik-baik bayi yang ada dalam kandunganku." "Mulai besok aku akan menambah asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku, Ma. Khusus untuk di dapur. Ia akan memasak makanan khusus ibu hamil. Aku tidak mau Kiara kekurangan nutrisi dan