Beranda / Pendekar / PENDEKAR 7 WARNA / TIDAK BISA MENGHAMILI

Share

TIDAK BISA MENGHAMILI

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 15:27:58

"Kau yakin Cang Sin mengalami rasa sakit di bagian bawah perut?" tanya Tabib Wu seolah ingin apa yang. dikatakan oleh Cang San adalah sebuah kekeliruan.

"Dia sendiri yang mengatakannya, dan ketika aku memeriksa suhu tubuh juga denyut nadinya, semuanya memang benar."

"Aku akan memeriksanya!"

"Lakukan saja, Tabib Wu. Aku akan menyusul setelah menangani sakit ibu hamil."

"Pergilah!"

Cang San meninggalkan Tabib Wu setelah sebelumnya pria itu menjura hormat pada pria berusia lanjut tersebut.

Sepeninggal Cang San, Tabib Wu meminta salah satu murid Perguruan Angsa Putih untuk mengantarkan dirinya ke ruang bawah tanah.

Penjelasan Cang San sungguh tidak ingin dipercaya oleh Tabib Wu. Akan tetapi, tidak mungkin pemimpin Perguruan Angsa Putih akan bicara sembarangan hingga Tabib Wu tergesa-gesa ingin membuktikannya sendiri.

Pintu ruang bawah tanah dibuka oleh murid perguruan yang berjaga di sekitar tempat itu.

Tabib Wu segera masuk dan ia melihat Cang Sin terduduk di sudut ruangan sembari berusaha untuk menahan rasa sakit.

Merasa ada yang datang, Cang Sin membuka mata. Sekuat mungkin ia mengerahkan tenaga dalam yang dimilikinya untuk bisa mempertahankan diri dari rasa sakit yang terus menyerang bagian bawah perutnya tersebut.

Sadar yang datang adalah Tabib Wu, pemuda itu buru-buru melakukan penghormatan meskipun posisi kakinya tidak sempurna karena harus menahan rasa sakit di bagian bawah perutnya.

"Berbaringlah, aku akan memeriksa keadaan mu."

Tidak peduli dengan gerakan penghormatan yang dilakukan oleh Cang Sin, Tabib Wu memberikan perintah demikian dan Cang Sin patuh.

Ia segera membaringkan tubuhnya lalu dengan cepat tangan Tabib Wu bersatu dengan tangan yang lain disertai bibir yang terlihat merapal mantra dengan mata yang dipejamkan.

Setelah beberapa saat melakukan hal itu, Tabib Wu mengulurkan tiga jari tangannya ke arah bagian pangkal paha Cang Sin.

Tidak menyangka akan menerima itu semua, Cang Sin tidak bisa mengontrol suaranya yang keluar lantaran akibat apa yang dilakukan oleh Tabib Wu, rasa sakit yang dirasakannya semakin bertambah.

Teriakan Cang Sin membuat para murid yang berjaga di luar mengarahkan pandangan mereka ke dalam.

Mereka tidak tega melihat keadaan kakak seperguruan mereka tersebut, tapi apa daya, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menolong karena itu murni perintah dari sang guru besar.

Sementara itu, setelah melakukan hal demikian pada pangkal paha Cang Sin, Tabib Wu menarik tangannya dan ia menatap wajah Cang Sin yang banjir oleh keringat.

"Kenapa bisa seperti ini?" gumamnya seolah masih tidak percaya dengan hasil yang diterimanya.

"Tabib, mohon ampun, apakah Tabib bisa mengatakan apa yang terjadi padaku?"

Tidak peduli dengan rasa heran Tabib Wu, Cang Sin melontarkan pertanyaan, matanya menatap payah pada orang tua tersebut dan Tabib Wu juga melakukan hal yang sama padanya ketika mendengar pertanyaan itu dilontarkannya.

"Kau melanggar aturan Lembah Seribu Obat, Cang Sin."

Jawaban Tabib Wu membuat rasa payah Cang Sin jadi bertambah.

Keringat dingin semakin mengucur membasahi wajah dan tubuh Cang Sin, hingga Tabib Wu bisa melihat, betapa kesulitannya Cang Sin menahan diri untuk tetap kokoh di antara rasa sakit yang menderanya.

"Bisakah Tabib mengatakan bagian mana aku melanggar? Aku merasa tidak melakukan hal itu, tapi ayahku kukuh mengatakan bahwa, aku sudah melanggar aturan."

Dengan nada suara yang bergetar, Cang Sin melontarkan pertanyaan tersebut, dan Tabib Wu. mengusap janggut putih panjangnya mendengar pertanyaan Cang Sin.

"Apapun bentuknya, jika itu seorang wanita, maka kau tidak diperkenankan untuk menyentuh," jawab Tabib Wu dengan suara yang tegas.

"Ayah bilang, Dewi Lembah Seribu Obat tidak pernah curang hanya untuk menjebak seseorang."

"Kau merasa terjebak?"

"Ya!"

"Dewi Lembah Seribu Obat tidak akan pernah melakukan tindakan kotor seperti itu, Cang Sin!"

"Tabib juga meragukan perkataan dariku?"

"Ada bukti, aku sudah membuktikannya, tadinya aku juga tidak percaya, kau tidak mungkin melakukan pelanggaran, tapi ternyata, kau lemah juga."

Telapak tangan Cang Sin mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang tabib.

Ingin marah, tapi ia tidak bisa melakukannya. Apa alasannya untuk marah, karena memang ia juga tidak tahu, mengapa tiba-tiba saja ia dianggap melanggar aturan.

"Apakah aku terkena kutukan dari Dewi Lembah Seribu Obat?" tanyanya dengan sangat serius.

"Benar."

"Ayah, Kak Cung Sin dan juga Tabib mengatakan hal yang sama padaku, apa boleh buat, meskipun aku tidak mengerti mengapa bisa seperti ini, aku juga tidak bisa melakukan pembelaan."

"Kau hanya bisa menjalani kutukan itu sampai kutukan itu berakhir, Cang Sin."

"Sampai kapan? Aku akan melakukannya asalkan aku bisa membebaskan diri dari kutukan ini!"

Sebuah harapan terlintas di benak Cang Sin, mendengar apa yang dikatakan oleh Tabib Wu, setelah beberapa saat yang lalu ia seperti kehilangan harapan.

"Sampai Dewi Lembah Seribu Obat mengatakan kau berprilaku baik saat menjalani hukuman."

"Dengan kata lain, aku diawasi selama masa kutukan?"

"Benar!"

"Aku tidak takut! Aku tidak bersalah! Aku tidak takut dengan pengawasan dari siapapun!" tegas Cang Sin dengan penuh perasaan yakin.

"Bagus. Semakin patuh kau menjalani masa terhukum, semakin yakin Dewi Lembah Seribu Obat untuk membebaskan dirimu dari kutukan itu."

"Apakah Tabib Wu tahu aturan selama masa terhukum?"

"Kau tidak bisa berhubungan intim dengan wanita, dan tidak bisa menyentuh wanita."

"Aku belum menikah, untuk apa aku melakukan hal serendah itu, meskipun aku sudah memiliki calon istri, aku tidak pernah melakukan hal yang sangat jauh, Tabib Wu."

Dengan penuh rasa yakin, Cang Sin mengatakan semuanya pada Tabib Wu, karena ia selama ini juga selalu menjaga diri dengan Im Kwan sang calon istri, jadi mereka tidak pernah melakukan sesuatu yang hanya boleh dilakukan saat nanti mereka menikah saja.

"Kau tidak paham dengan apa yang aku maksud, Cang Sin."

Cang Sin menatap Tabib Wu setelah pria berusia lanjut itu berucap demikian.

"Apakah aku salah memahami perkataan Tabib Wu?"

"Ya!"

"Tolong katakan padaku, di mana letak kesalahan itu, Tabib, mohon maaf jika aku terlalu banyak bertanya padamu!"

Sambil menundukkan kepalanya membuat sikap hormat kembali, Cang Sin melontarkan pertanyaan itu pada sang tabib berharap Tabib Wu mau menjelaskan sesuatu yang membuat ia tidak paham dengan maksud perkataan sang tabib.

"Maksudnya adalah, kutukan itu membuat kau tidak bisa berhubungan intim dengan wanita manapun termasuk calon istrimu itu!"

"Aku belum menikah dengan dia, tentu saja itu tidak akan dilakukan."

"Termasuk ketika kau sudah menikah!"

"Apa? Tabib bercanda?"

"Kutukan itu menghilangkan seluruh kejantananmu sebagai pria, Cang Sin, kau tidak bisa membuat wanita hamil jika kau berhubungan intim dengan wanita tersebut!"

Wajah Cang Sin memucat ketika ia mendengar penjelasan yang diucapkan oleh Tabib Wu!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENDEKAR 7 WARNA    TIDAK BISA MENGHAMILI

    "Kau yakin Cang Sin mengalami rasa sakit di bagian bawah perut?" tanya Tabib Wu seolah ingin apa yang. dikatakan oleh Cang San adalah sebuah kekeliruan."Dia sendiri yang mengatakannya, dan ketika aku memeriksa suhu tubuh juga denyut nadinya, semuanya memang benar.""Aku akan memeriksanya!""Lakukan saja, Tabib Wu. Aku akan menyusul setelah menangani sakit ibu hamil.""Pergilah!"Cang San meninggalkan Tabib Wu setelah sebelumnya pria itu menjura hormat pada pria berusia lanjut tersebut.Sepeninggal Cang San, Tabib Wu meminta salah satu murid Perguruan Angsa Putih untuk mengantarkan dirinya ke ruang bawah tanah.Penjelasan Cang San sungguh tidak ingin dipercaya oleh Tabib Wu. Akan tetapi, tidak mungkin pemimpin Perguruan Angsa Putih akan bicara sembarangan hingga Tabib Wu tergesa-gesa ingin membuktikannya sendiri.Pintu ruang bawah tanah dibuka oleh murid perguruan yang berjaga di sekitar tempat itu.Tabib Wu segera masuk dan ia melihat Cang Sin terduduk di sudut ruangan sembari berusa

  • PENDEKAR 7 WARNA    DIKURUNG DI RUANG BAWAH TANAH!

    "Apa yang sudah kau lakukan, Cang Sin?" Cang Sin terkejut ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh sang ayah dengan nada suara meninggi, ditambah raut wajah yang terlihat sangat terkejut.Ia menatap ayahnya dengan tatapan mata ingin tahu, sementara ayahnya menatapnya dengan sorot mata tajam menyelidik."Apa yang sudah aku lakukan? Memangnya apa yang aku lakukan, Ayah? Aku tidak mengerti!""Jangan berpura-pura! Apa yang sudah kau lakukan di Lembah Seribu Obat? Apakah kau melanggar larangan yang sudah aku katakan padamu untuk tidak dilanggar?!"Cang San melontarkan pertanyaan, tidak menyangka anaknya akan melakukan sesuatu yang dinilainya tidak mungkin dilakukan oleh Cang Sin lantaran Cang Sin adalah anaknya yang sangat memperhatikan aturan dan batasan dengan benar.Cang Sin adalah harapan Cang San untuk menjadi pewaris Perguruan Angsa Putih. Meskipun masih ada kakak kembar Cang Sin, yaitu Cung Sin, namun kepandaian olah kanuragan Cang Sin lebih memungkinkan adik kembar Cung Sin itu unt

  • PENDEKAR 7 WARNA    KETERKEJUTAN SANG GURU BESAR!

    "Jika kau bisa mewarisi ilmu itu dengan baik dan bisa bertanggung jawab atas segalanya, aku tidak keberatan." "Aku pegang kata-katamu, Cang Sin!" Setelah bicara seperti itu, Cung Sin berbalik dan bergerak melangkah ke arah kuda yang mereka tambatkan di bawah pohon tidak jauh dari lokasi Lembah Seribu Obat. Namun, ketika ia ingin naik ke atas pelana kudanya, ia jadi teringat, ia tidak boleh meninggalkan Cang Sin begitu saja di tempat itu. Ayahnya akan curiga. Cung Sin berbalik, dan menatap Cang Sin yang perlahan bangkit berusaha untuk berdiri meskipun wajahnya terlihat masih menyimpan perasaan sakit tersebut. "Apa kau bisa berjalan?" tanya Cung Sin, sekedar memastikan saja, tidak benar-benar khawatir. "Aku akan berusaha." Cung Sin mengawasi gerakan Cang Sin yang perlahan melangkah ke arah di mana ia menunggu. Langkah Cang Sin terlihat sedikit berbeda dari biasanya, seperti sedang menahan rasa sakit, dan Cung Sin penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Cang Sin. "Ap

  • PENDEKAR 7 WARNA    DIANGGAP SERAKAH!

    Setelah bicara seperti itu pada Cang Sin, Cung Sin segera berdiri dan bersiap untuk menendang bagian bawah perut adiknya karena ia tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Cang Sin, yang mengatakan bahwa bagian bawah perutnya yang sakit padahal ia menendang adiknya itu di dada. "Aku tidak sedang bercanda, Kak! Bagian ini memang sakit, aku tidak tahu apa sebabnya!" teriak Cang Sin, seraya berguling untuk menghindari apa yang sekiranya akan dilakukan oleh sang kakak kembar. Aneh. Sepertinya dia tidak sedang berbohong. Wajahnya terlihat sangat kesakitan, artinya ia memang sedang merasa sakit, tapi kenapa? Apa karena seranganku tadi? Hati Cung Sin bicara demikian sambil melangkah mendekati posisi Cang Sin agar ia bisa melihat kembali apa yang sebenarnya terjadi pada sang adik. "Kau suka berhubungan intim dengan perempuan di belakang Im Kwan, jadi kau sepertinya kena penyakit raja singa!" tuduh Cung Sin dan Cang Sin tidak terima mendengar tuduhan sang kakak. "Aku tidak pernah

  • PENDEKAR 7 WARNA    SAKIT DI BAGIAN BAWAH PERUT!

    Nada suara Cung Sin terdengar meninggi ketika ia mengatakan itu pada Cang Sin. Cung Sin bersandiwara bahwa ia merasa tersinggung meskipun apa yang dikatakan oleh Cang Sin itu adalah benar adanya.Namun, karena ia sekarang sedang menjalankan rencana, ia tidak mau siapapun mengetahui apa yang sekarang dilakukannya.Merasa kakaknya seperti tersinggung dengan apa yang dikatakannya, Cang Sin tersadar, tidak seharusnya ia bersikap demikian. Bagaimanapun, Cung Sin adalah kakaknya, ia tetap harus bersikap hormat pada pria tersebut meskipun ia sedang marah sekalipun."Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya menyampaikan keraguan hatiku saja, aku minta maaf jika itu menyinggung perasaanmu."Dengan nada suara merendah, Cang Sin mengucapkan kalimat tersebut tapi itu tidak membuat Cung Sin merasa puas, ia merasa perlu memberikan pelajaran pada sang adik agar adiknya itu tidak berani berpikir berlebihan tentangnya."Minta maaf boleh, tapi karena kau kurang ajar padaku, maka, kau harus aku

  • PENDEKAR 7 WARNA    MENERIMA KUTUKAN!

    Melihat apa yang terjadi pada adik kembarnya, Cung Sin diam-diam tersenyum puas. Bukan tanpa alasan, Cung Sin bersikap demikian pada sang adik kembar. Ilmu inti yang akan diwariskan oleh ayah mereka-lah alasannya. Cung Sin menganggap, Cang Sin adalah saingan beratnya untuk mendapatkan ilmu tersebut lantaran bagi sang ayah, hanya ada satu pewaris ilmu inti darinya yang akan diwariskan pada sang anak. Yaitu, anak yang benar-benar ahli dalam ilmu bela diri juga tenaga dalam serta ilmu ketuhanannya yang juga bisa diperhitungkan, sementara Cung Sin merasa tertinggal jauh oleh Cang Sin yang gemar melakukan semedi jika kemarahan sedang menyelimuti hati dan pikirannya, hingga Cang Sin dianggap ayahnya memiliki ilmu tenaga dalam yang tinggi juga spritual yang baik dibandingkan dengan sang kakak kembarnya.Ketika asap hitam yang keluar dari tongkat yang diarahkan pada Cang Sin sudah lenyap, Cung Sin mengira, tubuh Cang Sin akan tersungkur atau terluka, tapi ternyata Cang Sin terlihat baik-ba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status