"Apa yang sudah kau lakukan, Cang Sin?"
Cang Sin terkejut ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh sang ayah dengan nada suara meninggi, ditambah raut wajah yang terlihat sangat terkejut. Ia menatap ayahnya dengan tatapan mata ingin tahu, sementara ayahnya menatapnya dengan sorot mata tajam menyelidik. "Apa yang sudah aku lakukan? Memangnya apa yang aku lakukan, Ayah? Aku tidak mengerti!" "Jangan berpura-pura! Apa yang sudah kau lakukan di Lembah Seribu Obat? Apakah kau melanggar larangan yang sudah aku katakan padamu untuk tidak dilanggar?!" Cang San melontarkan pertanyaan, tidak menyangka anaknya akan melakukan sesuatu yang dinilainya tidak mungkin dilakukan oleh Cang Sin lantaran Cang Sin adalah anaknya yang sangat memperhatikan aturan dan batasan dengan benar. Cang Sin adalah harapan Cang San untuk menjadi pewaris Perguruan Angsa Putih. Meskipun masih ada kakak kembar Cang Sin, yaitu Cung Sin, namun kepandaian olah kanuragan Cang Sin lebih memungkinkan adik kembar Cung Sin itu untuk menjadi pewaris. Semua sudah sesuai aturan yang berlaku. Sewaktu Cang San mewarisi kepemimpinan di Perguruan Angsa Putih dari sang ayah, Cang San pun melewati uji kelayakan yang sama seperti halnya dua anaknya. Walau anak kandungnya pun, jika tidak bisa menguasai ilmu kepandaian bertarung yang mumpuni, tidak akan mampu menjadi pemimpin Perguruan Angsa Putih. Namun sekarang, harapan Cang San seolah lebur. Sang anak menderita sakit yang dikarenakan sudah melanggar aturan. Itu yang membuat ia murka berat. Sementara itu, Cang Sin yang tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh sang ayah masih menatap ayahnya dengan tatapan mata ingin tahu. Berharap, sang ayah memberikan penjelasan padanya agar ia paham apa yang sudah dilakukannya hingga ia dikatakan sudah melanggar aturan. Sampai kemudian.... "Aku tidak melakukan apapun di Lembah Seribu Obat, Ayah. Aku berani bersumpah. Namun, saat aku mencoba mencari bahan ramuan obat yang Ayah minta, ada kejadian yang membuat aku dianggap melanggar aturan...." Dengan nada suara yang menurun, Cang Sin mengucapkan kalimat tersebut pada sang ayah, lantaran kata Lembah Seribu Obat yang disematkan sang ayah dalam kalimatnya cukup membuat ia sekarang paham, apa yang sudah dimaksud oleh ayahnya. "Apapun yang kau anggap remeh, itu tidak bisa dikatakan remeh, Cang Sin! Aku sudah mengatakan padamu, jangan sampai kau berbuat sembarangan, tapi apa yang sudah kau lakukan? Kau benar-benar sudah meremehkan peringatan!" "Darimana Ayah tahu, kalau aku sudah melanggar aturan?" tanya Cang Sin yang tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja sang ayah tahu bahwa ia memiliki masalah saat ke Lembah Seribu Obat. "Rasa sakit yang kau alami itulah buktinya!" jawab sang ayah dengan wajah yang masih terlihat merah padam lantaran menahan amarah. "Apa?" "Bukankah kau merasakan sakit pada kelelakian mu itu?" tanya sang ayah dan Cang Sin mengangguk. "Itu sudah sebuah bukti, kau melanggar aturan!" lanjut Cang San tegas. "Tapi, aku tidak melakukannya, Ayah!" bantah Cang Sin tidak kalah tegasnya. "Diam! Darimana kau yakin kau tidak melanggar aturan? Rasa sakit dan gejala yang kau rasakan itu adalah bukti! Kau benar-benar sudah mengecewakan Ayah, Cang Sin!" "Tapi, aku benar-benar tidak melanggar aturan selama di sana, Ayah! Percaya padaku, saat itu, tiba-tiba saja seseorang berubah menjadi Im Kwan, aku tidak tahu kalau ternyata itu hanya sebuah patung, aku menyingkap penutupnya, hanya itu yang aku lakukan!" Plak!! Cang Sin tersungkur ketika dengan kuat, ayahnya sudah menampar wajahnya. Sebuah hal yang tidak pernah dilakukan sang ayah selama ini padanya. Bukan karena Cang Sin dimanja, tapi karena Cang Sin sangat patuh dengan segala aturan. Sikap dan tindakan pun selalu berhati-hati, itu sebabnya, Cang Sin tidak pernah membuat ayahnya memukul seperti itu. Dan sekarang, pukulan tersebut diberikan oleh sang ayah padanya. Tentu saja itu membuat Cang Sin terdiam seketika. Merasa terkejut, ayahnya tidak mungkin sedang main-main. Ia tahu betul sifat sang ayah. Tidak akan bertindak jika tidak ada alasannya. Cang Sin diam di tempatnya tidak lagi berani bicara, sementara Cang San, mengepalkan telapak tangannya, merasa hancur sudah memukul sang anak karena tidak menyangka Cang Sin bisa membuat ia semarah itu. Pria itu berteriak memanggil para murid senior di perguruan miliknya. Beberapa murid senior berdatangan, dan mereka menjura hormat ketika sudah berdiri di hadapan sang guru besar. "Bawa Cang Sin ke ruang bawah tanah. Jaga dia dengan baik. Jangan biarkan dia keluar sebelum aku kembali!" perintah Cang San pada anak muridnya tersebut. "Baik, Guru!" Beberapa anak murid senior di perguruan Cang San segera melakukan apa yang diperintahkan oleh sang guru besar. Meskipun tidak mau berlaku kasar pada Cang Sin, walau Cang Sin dijebloskan ke ruang bawah tanah yang artinya adalah ruang renungan bagi siapapun yang bersalah, mereka tidak bisa membantah perintah tersebut, hingga akhirnya Cang Sin sudah dibawa ke ruang bawah tanah. "Kau terlalu keras pada anakmu sendiri, Cang San!" Sebuah suara terdengar, membuat Cang San membalikkan tubuhnya dan sekarang Tabib Wu sudah berdiri di belakangnya. Tabib Wu adalah seorang tabib yang bergabung di perguruan milik Cang San setelah ia tahu Cang San sangat andal dalam dunia pengobatan disela kewajibannya menjadi seorang guru ilmu bela diri di perguruan tersebut. Sebagai seorang tabib yang pernah bekerja di istana, Tabib Wu menilai Cang San di usianya yang masih terbilang muda untuk seseorang yang menguasai ilmu pengobatan di Negeri Talipis itu wajib dibimbing untuk tetap mengembangkan bakat pengobatan yang dimiliknya. Karena itulah, Tabib Wu memutuskan untuk tinggal di perguruan milik Cang San sebagai penasihat Cang San mengenai obat-obatan, dan Cang San sangat menghormati Tabib Wu yang usianya jauh lebih tua dari pada dirinya tersebut. Cang San membungkukkan tubuhnya ke arah Tabib Wu. Setelah itu ia menatap sang tabib dengan tatapan mata penuh perasaan putus asa. "Bagaimana aku tidak marah? Mencari bahan ramuan di Lembah Seribu Obat adalah ujian untuk Cang Sin. Dia akan menjadi pemimpin, tapi dia tidak bisa menahan diri. Dia melanggar aturan yang sudah berlaku di lembah itu, aku sangat putus asa sekarang, Tabib Wu!" jelas Cang San dan itu membuat Tabib Wu manggut-manggut. "Aku paham perasaanmu, tapi di perguruan ini bukankah sangat teliti dalam menyelidiki sesuatu? Cang Sin belum tentu bersalah. Bisa saja itu sebuah kekeliruan." Tabib Wu berusaha untuk membuka pikiran Cang San. "Kau sendiri yang mengatakan padaku, Tabib Wu, jika seseorang yang ke Lembah Seribu Obat mengalami sakit di area bawah perut, artinya mutlak orang itu melanggar aturan, benar, bukan?" Penjelasan sang guru besar membuat raut wajah Tabib Wu yang sudah keriput berubah pertanda pria itu cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Cang San!"Berkhianat?" ulang Raja Iblis Bo seolah tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Cung Sin. Wajah Lien Er berkelebat di benak sang raja iblis, tapi ia langsung memusnahkan pikiran itu dan menegaskan, tidak mungkin Lien Er si penghianat yang dimaksud.Tidak mungkin Lien Er, kan? Meskipun dia memang senang mencari masalah, kurasa bukan dia penghianat itu.Hati Raja Iblis Bo mengucapkan kalimat tersebut sembari mengarahkan kembali tatapannya pada Cung Sin."Bukan waktunya untuk mencari siapa pengkhianat itu, aku datang ke sini ingin meminta pertanggungjawaban darimu, kau tidak berhasil memberikan aku persembahan, maka ilmu yang aku berikan padamu, aku tarik kembali!" ancam sang raja iblis dengan sangat tegas."Jangan, Tuan! Tolong jangan ambil kembali ilmu kekuatan yang Tuan berikan padaku, aku sangat membutuhkannya, jangan ambil, Tuan!" pinta Cung Sin pada sang raja iblis dengan nada suara yang terdengar sangat memohon."Memohon saja percuma, Cung Sin, apa yang bisa kau lakukan untuk
"Guru!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Cung Sin, Cing Lian buru-buru menjatuhkan diri di hadapan sang guru besar, membuat gerakan bersimpuh hingga Cung Sin dan juga ayahnya terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Cing Lian. "Apa yang kau lakukan, Cing Lian?" tanya sang guru besar pada salah satu murid terbaiknya tersebut."Mohon ampun, Guru! Jika memang aku dan Zaiho memang harus menikah, aku bersedia, tapi aku mohon, jangan keluarkan Zaiho dari perguruan ini, Guru!"Cung Sin semakin terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Cing Lian. Tidak percaya dengan apa yang diputuskan oleh gadis tersebut pada sang ayah. "Kau bersedia dinikahkan dengan Zaiho, itu artinya kau memang mengakui Zaiho melakukan sesuatu padamu?" tanya Cang San pada sang murid.Apa boleh buat, meskipun aku tidak yakin Zaiho bisa melakukan hal itu padaku, tapi jika dia harus dikeluarkan gara-gara masalah ini, perguruan akan berkurang satu murid terbaik. Zaiho adalah sahabat Kak Cang Sin, Kak Cang Sin sudah menol
Telapak tangan Im Kwan mengepal membayangkan itu semua, tapi mau bagaimana? Ia sudah memberikan izin kepada sang kekasih untuk melakukan hal itu agar kutukan tersebut musnah."Im Kwan, apakah ada sesuatu yang dilakukan oleh Kak Cang Sin di kastil itu?"Suara Cing Lian membuyarkan lamunan Im Kwan tentang Cang Sin, dan ia menarik napas berat. "Dia sedang berusaha untuk mematahkan kutukan itu di luar sana, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan tapi itulah tujuannya," jawab Im Kwan dengan nada suara yang datar. Cing Lian ingin membahas semua lebih lanjut, tapi melihat wajah Im Kwan yang demikian suram, ia mengurungkan niatnya."Kak Cang Sin sakti, dia pasti bisa mematahkan kutukan itu dan kalian akhirnya bisa menikah," hiburnya pada Im Kwan dengan tulus. "Aku tidak tahu, yang aku tahu, syarat mematahkan kutukan itu sangat berat, meskipun dia hebat, aku tetap khawatir.""Wajar, meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya dia mematahkan kutukannya, tapi tetap saja, aku yakin itu memang
"Baiklah. Aku akan menanyakan masalah ini dengan Cung Sin, kalau dia benar-benar tidak tahu tentang hubungan perempuan itu dengan Dewi Lembah Seribu Obat, mungkin aku bisa memaafkannya, tapi kalau tidak, dia akan aku hajar!" Setelah bicara demikian, Raja Iblis Bo berkelebat pergi meninggalkan sang ratu iblis hingga Lien Er menarik napas lega karena berhasil mengelabui sang raja iblis."Cang Sin, kau lolos hari ini, tapi lain kali saat kita bertemu lagi, kau tidak akan lolos dariku, lagipula, bukankah kau perlu aku untuk mematahkan kutukan itu? Suatu saat, kau pasti akan kembali lagi padaku!"Lien Er bicara demikian seraya pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang bercampur aduk.***Cing Lian sudah kembali ke perguruan dengan perasaan gelisah.Sepanjang perjalanan pulang, ia memang dibantu oleh Cang Sin hingga kabut hitam itu tidak lagi mengejar dan menghalanginya untuk mencari jalan keluar. Namun, ia khawatir dengan keadaan Cang Sin yang tidak menyusulnya sebab itulah ia g
"Aku sudah mengatakan apa yang aku inginkan, Cang Sin, dan itu tidak akan berubah!" jawab Lien Er dan jawabannya membuat Cang Sin menghela napas panjang."Apa yang ingin kau lakukan jika aku tidak boleh pergi dari tempat ini?" tanya Cang Sin sekedar ingin tahu, apa maksud Lien Er yang mencegah dirinya pergi jika Cing Lian tetap keluar dari kastil."Kau menjadi salah satu pengikut kami."Lien Er menjawab pertanyaan Cang Sin dengan tenang hingga Cang Sin geleng-geleng kepala mendengarnya."Aku tidak mau!" tolaknya dengan tegas, dan itu membuat Lien Er tersenyum kecut mendengarnya."Kalau begitu, panggil kembali perempuan tadi, dan kau bisa keluar dari sini tanpa syarat.""Aku sudah bilang, Cing Lian adalah anak murid perguruan ayahku, jika kau ingin menyalahkan dia, coba kau tanya masalah itu dengan Kak Cung Sin, dia yang meminta Cing Lian untuk masuk ke dalam kastil ini!" kata Cang Sin dengan nada yang tegas."Bagaimana caranya aku menanyakan masalah ini dengan kakakmu? Aku tidak tahu
Mendengar apa yang dikatakan Cang Sin, Lien Er terdiam sejenak seolah baru sadar ia tidak berpikir tentang hal itu.Gawat! Aku melupakan masalah itu, perempuan tadi memang seperti anak murid perguruan Cang Sin, kalau aku bersikeras, bisa saja Cang Sin mencurigai sesuatu dan dia menganggap aku musuh....Hati Lien Er bicara demikian sembari berpikir, apa yang akan ia ucapan untuk menanggapi perkataan kritis Cang Sin."Aku tidak tahu kalau perempuan itu anak murid perguruan ayahmu," bohong Lien Er, dan itu membuat Cang Sin menarik napas karena ia tahu sekarang Lien Er berbohong padanya.Namun, Cang Sin sengaja berpura-pura percaya dengan alasan yang dikatakan oleh Lien Er karena saat ini ia tidak mau terlalu berlama-lama dikawasan kastil tempat Lien Er berada."Begitu? Baiklah. Aku percaya. Kalau begitu, aku lupakan masalah ini, tapi jika terulang lagi, aku benar-benar tidak akan menoleransi kau, Lien Er!" tegas Cang Sin hingga Lien Er tersenyum kecut mendengarnya."Aku tidak menculik pe