Beranda / Pendekar / PENDEKAR 7 WARNA / DIKURUNG DI RUANG BAWAH TANAH!

Share

DIKURUNG DI RUANG BAWAH TANAH!

Penulis: Mithavic Himura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 19:18:36

"Apa yang sudah kau lakukan, Cang Sin?"

Cang Sin terkejut ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh sang ayah dengan nada suara meninggi, ditambah raut wajah yang terlihat sangat terkejut.

Ia menatap ayahnya dengan tatapan mata ingin tahu, sementara ayahnya menatapnya dengan sorot mata tajam menyelidik.

"Apa yang sudah aku lakukan? Memangnya apa yang aku lakukan, Ayah? Aku tidak mengerti!"

"Jangan berpura-pura! Apa yang sudah kau lakukan di Lembah Seribu Obat? Apakah kau melanggar larangan yang sudah aku katakan padamu untuk tidak dilanggar?!"

Cang San melontarkan pertanyaan, tidak menyangka anaknya akan melakukan sesuatu yang dinilainya tidak mungkin dilakukan oleh Cang Sin lantaran Cang Sin adalah anaknya yang sangat memperhatikan aturan dan batasan dengan benar.

Cang Sin adalah harapan Cang San untuk menjadi pewaris Perguruan Angsa Putih.

Meskipun masih ada kakak kembar Cang Sin, yaitu Cung Sin, namun kepandaian olah kanuragan Cang Sin lebih memungkinkan adik kembar Cung Sin itu untuk menjadi pewaris.

Semua sudah sesuai aturan yang berlaku. Sewaktu Cang San mewarisi kepemimpinan di Perguruan Angsa Putih dari sang ayah, Cang San pun melewati uji kelayakan yang sama seperti halnya dua anaknya.

Walau anak kandungnya pun, jika tidak bisa menguasai ilmu kepandaian bertarung yang mumpuni, tidak akan mampu menjadi pemimpin Perguruan Angsa Putih.

Namun sekarang, harapan Cang San seolah lebur.

Sang anak menderita sakit yang dikarenakan sudah melanggar aturan. Itu yang membuat ia murka berat.

Sementara itu, Cang Sin yang tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh sang ayah masih menatap ayahnya dengan tatapan mata ingin tahu.

Berharap, sang ayah memberikan penjelasan padanya agar ia paham apa yang sudah dilakukannya hingga ia dikatakan sudah melanggar aturan.

Sampai kemudian....

"Aku tidak melakukan apapun di Lembah Seribu Obat, Ayah. Aku berani bersumpah. Namun, saat aku mencoba mencari bahan ramuan obat yang Ayah minta, ada kejadian yang membuat aku dianggap melanggar aturan...."

Dengan nada suara yang menurun, Cang Sin mengucapkan kalimat tersebut pada sang ayah, lantaran kata Lembah Seribu Obat yang disematkan sang ayah dalam kalimatnya cukup membuat ia sekarang paham, apa yang sudah dimaksud oleh ayahnya.

"Apapun yang kau anggap remeh, itu tidak bisa dikatakan remeh, Cang Sin! Aku sudah mengatakan padamu, jangan sampai kau berbuat sembarangan, tapi apa yang sudah kau lakukan? Kau benar-benar sudah meremehkan peringatan!"

"Darimana Ayah tahu, kalau aku sudah melanggar aturan?" tanya Cang Sin yang tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja sang ayah tahu bahwa ia memiliki masalah saat ke Lembah Seribu Obat.

"Rasa sakit yang kau alami itulah buktinya!" jawab sang ayah dengan wajah yang masih terlihat merah padam lantaran menahan amarah.

"Apa?"

"Bukankah kau merasakan sakit pada kelelakian mu itu?" tanya sang ayah dan Cang Sin mengangguk.

"Itu sudah sebuah bukti, kau melanggar aturan!" lanjut Cang San tegas.

"Tapi, aku tidak melakukannya, Ayah!" bantah Cang Sin tidak kalah tegasnya.

"Diam! Darimana kau yakin kau tidak melanggar aturan? Rasa sakit dan gejala yang kau rasakan itu adalah bukti! Kau benar-benar sudah mengecewakan Ayah, Cang Sin!"

"Tapi, aku benar-benar tidak melanggar aturan selama di sana, Ayah! Percaya padaku, saat itu, tiba-tiba saja seseorang berubah menjadi Im Kwan, aku tidak tahu kalau ternyata itu hanya sebuah patung, aku menyingkap penutupnya, hanya itu yang aku lakukan!"

Plak!!

Cang Sin tersungkur ketika dengan kuat, ayahnya sudah menampar wajahnya.

Sebuah hal yang tidak pernah dilakukan sang ayah selama ini padanya. Bukan karena Cang Sin dimanja, tapi karena Cang Sin sangat patuh dengan segala aturan.

Sikap dan tindakan pun selalu berhati-hati, itu sebabnya, Cang Sin tidak pernah membuat ayahnya memukul seperti itu. Dan sekarang, pukulan tersebut diberikan oleh sang ayah padanya.

Tentu saja itu membuat Cang Sin terdiam seketika. Merasa terkejut, ayahnya tidak mungkin sedang main-main. Ia tahu betul sifat sang ayah. Tidak akan bertindak jika tidak ada alasannya.

Cang Sin diam di tempatnya tidak lagi berani bicara, sementara Cang San, mengepalkan telapak tangannya, merasa hancur sudah memukul sang anak karena tidak menyangka Cang Sin bisa membuat ia semarah itu.

Pria itu berteriak memanggil para murid senior di perguruan miliknya.

Beberapa murid senior berdatangan, dan mereka menjura hormat ketika sudah berdiri di hadapan sang guru besar.

"Bawa Cang Sin ke ruang bawah tanah. Jaga dia dengan baik. Jangan biarkan dia keluar sebelum aku kembali!" perintah Cang San pada anak muridnya tersebut.

"Baik, Guru!"

Beberapa anak murid senior di perguruan Cang San segera melakukan apa yang diperintahkan oleh sang guru besar.

Meskipun tidak mau berlaku kasar pada Cang Sin, walau Cang Sin dijebloskan ke ruang bawah tanah yang artinya adalah ruang renungan bagi siapapun yang bersalah, mereka tidak bisa membantah perintah tersebut, hingga akhirnya Cang Sin sudah dibawa ke ruang bawah tanah.

"Kau terlalu keras pada anakmu sendiri, Cang San!"

Sebuah suara terdengar, membuat Cang San membalikkan tubuhnya dan sekarang Tabib Wu sudah berdiri di belakangnya.

Tabib Wu adalah seorang tabib yang bergabung di perguruan milik Cang San setelah ia tahu Cang San sangat andal dalam dunia pengobatan disela kewajibannya menjadi seorang guru ilmu bela diri di perguruan tersebut.

Sebagai seorang tabib yang pernah bekerja di istana, Tabib Wu menilai Cang San di usianya yang masih terbilang muda untuk seseorang yang menguasai ilmu pengobatan di Negeri Talipis itu wajib dibimbing untuk tetap mengembangkan bakat pengobatan yang dimiliknya.

Karena itulah, Tabib Wu memutuskan untuk tinggal di perguruan milik Cang San sebagai penasihat Cang San mengenai obat-obatan, dan Cang San sangat menghormati Tabib Wu yang usianya jauh lebih tua dari pada dirinya tersebut.

Cang San membungkukkan tubuhnya ke arah Tabib Wu. Setelah itu ia menatap sang tabib dengan tatapan mata penuh perasaan putus asa.

"Bagaimana aku tidak marah? Mencari bahan ramuan di Lembah Seribu Obat adalah ujian untuk Cang Sin. Dia akan menjadi pemimpin, tapi dia tidak bisa menahan diri. Dia melanggar aturan yang sudah berlaku di lembah itu, aku sangat putus asa sekarang, Tabib Wu!" jelas Cang San dan itu membuat Tabib Wu manggut-manggut.

"Aku paham perasaanmu, tapi di perguruan ini bukankah sangat teliti dalam menyelidiki sesuatu? Cang Sin belum tentu bersalah. Bisa saja itu sebuah kekeliruan."

Tabib Wu berusaha untuk membuka pikiran Cang San.

"Kau sendiri yang mengatakan padaku, Tabib Wu, jika seseorang yang ke Lembah Seribu Obat mengalami sakit di area bawah perut, artinya mutlak orang itu melanggar aturan, benar, bukan?"

Penjelasan sang guru besar membuat raut wajah Tabib Wu yang sudah keriput berubah pertanda pria itu cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Cang San!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENDEKAR 7 WARNA    TIDAK BISA MENYENTUH

    Mendengar sang anak mendesaknya sedemikian rupa, Cang San menatap wajah Cung Sin dengan tatapan mata serius seolah ia tidak mau apa yang dikatakannya nanti dianggap tidak bersungguh-sungguh."Jika kau dan Cang Sin tidak memenuhi syarat, untuk sementara, aku yang akan terus memimpin perguruan ini sampai ada salah satu dari kalian yang bisa melakukannya.""Apa? Ayah tidak salah?"Cung Sin sangat terkejut dengan apa yang ia dengar dari sang ayah, hingga ia menatap ayahnya dengan dua mata melotot berharap ayahnya tidak bersungguh-sungguh saat mengucapkan kalimat tadi.Namun, dari sorot mata sampai wajahnya, Cung Sin bisa melihat, ayahnya benar-benar serius. Hingga ia murka dengan semua yang dikatakan oleh ayahnya meskipun ia masih berusaha untuk menahan kemarahannya tersebut."Ayah! Ayah jangan asal ambil keputusan. Kaisar ingin perguruan kita memimpin penyerangan dan penumpasan pada sekelompok orang-orang di aliran hitam itu, kesehatan Ayah sudah tidak baik, tidak akan bisa melakukan itu

  • PENDEKAR 7 WARNA    DESAKAN CUNG SIN

    Cang San menarik napas ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Cung Sin, ia tidak mungkin mengatakan pada Cung Sin bahwa ia menunda pertemuan karena menunggu Cang Sin. Karena sampai saat ini pun, Cung Sin tidak tahu kalau sang adik kembar sebenarnya sedang keluar perguruan bukan di ruang khusus untuk melakukan perenungan seperti yang dikatakan olehnya.Cung Sin memang banyak mengalami perubahan, tapi secara emosional dia masih sangat meledak-ledak, berbeda dengan Cang Sin bisa mengendalikan diri, meskipun sedang marah, hal ini yang membuat aku sedikit ragu, apakah Cung Sin bisa menjadi pemimpin inti. Andai saja Cang Sin tidak terkutuk, alangkah baiknya....Hati Cang San bicara demikian sembari mengusap wajahnya dengan kasar."Keluarlah, persiapkan diri untuk pertemuan darurat."Cang San meminta Cung Sin untuk keluar dari ruangannya agar ia bisa sedikit menenangkan diri, namun, Cung Sin justru tidak bergerak sama sekali."Masih ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Cang San pada Cung S

  • PENDEKAR 7 WARNA    CANG SIN DIMINTA KEMBALI

    "Kenapa tidak bisa?" Kedua mata Cang Sin yang tadi terpejam mendadak terbuka kembali karena heran saat ia berusaha untuk melakukan komunikasi batin dengan Im Kwan ia gagal. Ini membuat Dewi Lembah Seribu Obat yang mengikutinya tersenyum."Bukankah tadi aku sudah bilang padamu, dia tidak mau lagi menunggumu?" katanya dan itu membuat Cang Sin mengeratkan kepalan tangannya mendengar semuanya.Akan tetapi, Cang Sin tidak menanggapi hal itu, melainkan kembali berusaha untuk menghubungi lagi Im Kwan secara batin.Kali ini pun, Cang Sin gagal, sehingga ia segera beralih untuk melakukan komunikasi dengan ayahnya. (Ayah, kau mendengar suaraku?)Cang Sin langsung melontarkan pertanyaan itu ketika usahanya untuk menghubungi sang ayah secara batin berhasil.(Ya. Ada apa?)Cang Sin menarik napas lega ketika ia mendengar suara ayahnya merespon perkataannya. Ia segera menceritakan semua yang ia alami termasuk situasi desa yang kacau karena diserang para perampok.Semua diceritakan oleh Cang Sin

  • PENDEKAR 7 WARNA    KEKHAWATIRAN CANG SIN

    Perempuan dari alam gaib itu menampakkan wujud di hadapan Cang Sin hingga Cang Sin sadar, Dewi Lembah Seribu Obat pasti sedang ingin berdebat dengannya. Apakah dia masih marah karena aku mengabaikan apa yang dia mau?Ada pertanyaan seperti itu dibisikkan Cang Sin di dalam hati.Meskipun heran dengan kemunculan sang perempuan gaib tersebut, Cang Sin tetap berusaha untuk bersikap tenang."Ada apa, Dewi?" tanyanya, tanpa peduli, saat ini wujud perempuan itu bisa dilihat orang lain atau hanya matanya saja. Toh, itu urusan Dewi Lembah Seribu Obat, Cang Sin tidak akan ikut campur masalah orang lain."Hentikan semua usahamu, Cang Sin!" Tanpa basa-basi, Dewi Lembah Seribu Obat langsung mengucapkan hal itu pada Cang Sin.Mendengar apa yang diucapkan oleh Dewi Lembah Seribu Obat, Cang Sin mengerutkan keningnya, merasa heran apakah perempuan dari alam gaib itu bicara seperti itu karena perdebatan mereka beberapa saat yang lalu?"Dewi, aku tahu kau sedang marah, tapi aku juga punya pikiran sen

  • PENDEKAR 7 WARNA    PENYATUAN DARAH

    "Siap, Kek!" sahut Cang Sin dan Yi Wen secara bersamaan.Sang kakek berjanggut panjang itu segera mengambil pisau yang sudah disiapkan untuk membuat ujung jari pasangan yang sudah ia nikahkan itu bisa dilukai."Lakukanlah sendiri!" perintahnya pada Cang Sin. Cang Sin mengangguk. Ia lalu menggoreskan ujung lancip pisau itu ke jarinya hingga jarinya terluka. Darah keluar dari sana dan sang kakek meminta Yi Wen melakukan hal yang sama pada jarinya.Tanpa banyak membantah, Yi Wen juga melakukan hal yang sama pada ujung jarinya seperti yang dilakukan oleh Cang Sin tadi. Setelah itu, ia dan Cang Sin menyatukan darah yang keluar dari luka gores dijari mereka sebelum darah itu menetes ke lantai.Terlihat mulut kakek berjanggut panjang itu komat-kamit. Setelah itu, ia membuka matanya yang tadi terpejam."Selesai!" katanya sambil menatap ke arah Cang Sin dan juga Yi Wen. Ketua kelompok Yi Wen yang sejak tadi melihat proses pernikahan antara Cang Sin dan juga Yi Wen mendekat ke arah sang kake

  • PENDEKAR 7 WARNA    CANG SIN MENIKAH!

    "Maaf, apakah aku salah dengar?" Karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ketua kelompok Yi Wen, Cang Sin melontarkan pertanyaan itu pada perempuan paruh baya tersebut, sekedar untuk meyakinkan saja. "Tidak. Kau tidak salah dengar."Dengan wajah yang masih serius, sang ketua kelompok Pendekar Panah Beracun menjawab pertanyaan Cang Sin."Aku tidak bisa memberikan pernikahan seperti itu, Kak. Aku melakukan hal ini hanya ingin menekan resiko yang terjadi jika orang memberikan ilmu inti padaku."Karena Cang Sin bingung memanggil dengan sebutan apa ketua kelompok Yi Wen, sebab, beberapa kali perempuan itu protes saat Cang Sin memanggilnya dengan panggilan tertentu, Cang Sin akhirnya memanggil perempuan itu dengan sebutan kakak, dan ketua kelompok Yi Wen tidak melancarkan aksi protes seperti sebelumnya, hingga Cang Sin merasa sebutan itu mungkin diterima oleh wanita tersebut."Aku tahu, kau penganut yang menikah harus dengan seseorang yang dicintai, tapi, cinta itu akan datang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status