Sang Sultan sangat serius melontarkan kata-katanya itu tanpa ada keraguan sedikit pun dengan nada suaranya yang terdengar jelas sangat berat seolah-olah menyiratkan kalau dia benar-benar sedang bingung mencari anaknya.Sang mantan Sultan ke-98 dibuat mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan tersebut sebelum akhirnya perlahan-lahan kembali rileks setelah memikirkan strategi jitu apa yang bisa digunakan olehnya untuk menyelesaikan situasi rumit yang berada tepat di depan matanya tersebut.“Hmph…! Sungguh kata-kata yang terkesan tulus, tapi sebenarnya sangat tajam menusuk sekali! Orang menyebalkan ini secara terang-terangan menuduhku dengan halus dan dengan sengaja membangun paradigma kalau anaknya Raskar si bocah terkutuk itu benar-benar berada di dalam Institut Teknologi Buyar!”“Padahal, dia pastinya hanya bisa menunduh tanpa ada bukti yang jelas. Rencana licikmu telah ditakdirkan gagal, dasar sialan kau mantan muridku! Mantan gurumu ini bukan orang bodoh yang bisa dengan begi
Natasha membatin tampak tak sudi dihina begitu saja meskipun pada akhirnya dia memilih untuk diam dan mempercayakan segalanya kepada sang suami tercinta.Adapun semua orang di sekitar sana mulai kembali terdiam sejenak setelah sebelumnya sibuk berbisik-bisik tentang segala macam situasi yang tampak begitu memanas dan sudah jelas hampir mustahil rasanya untuk diredakan begitu saja dengan mudahnya.Meski paham betul akan hal itu, mereka para penonton tersebut tak ingin pergi menjauh begitu saja karena apa yang mereka lihat sekarang adalah kenyataan sesuatu yang sangat tidak boleh dilewatkan begitu saja.Jumlah penonton di sana juga secara perlahan-lahan dan konsisten mulai bertambah dengan sendirinya seolah-olah takdir yang hakiki memungkinkan hal itu terjadi. Di antara para penonton tersebut tentu saja adalah para peliput berita dari berbagai macam media.“Saya selaku pembawa acara pada berita kali ini telah secara langsung berada di tempat kejadian perkara di mana lokasi tersebut bera
“Hadeh…, siapa sih di antara kita berdua yang sebenarnya sudah gila? Tunggu dan tetap tenang saja! Segalanya sudah aku perhitungkan dengan baik. Lebih baik kamu tetap diam di tempat sambil memperhatikan baik-baik bagaimana suami tercinta milikmu menyelesaikan permasalahan ini dengan baik!”“Hah? Jijik sekali rasanya mendengar perkataan seperti itu!”Natasha dan sang Sultan kembali berdebat sejenak sebelum akhirnya kembali diam di mana raut wajahnya Natasha benar-benar mengerut tidak nyaman sama sekali menatap tajam ke arah sang mantan Sultan ke-98 dalam diam.Perasaan tak nyaman hanya bisa dipendam olehnya jauh di dalam hati. Natasha hanya bisa mulai mempercayakan semuanya kepada sang suami tercintanya tersebut meski sebenarnya perasaan tidak berdaya dan bergantung kepada orang lain seperti ini benar-benar sangat tidak dia sukai sama sekali.“Hmph…! Kalau sampai dia juga gagal berdiskusi dengan kakek tua yang sudah bau tanah itu, maka aku sendiri yang akan segera menerobos masuk ke da
Tidak jauh berbeda dengan Natasha yang geram, sang mantan Sultan ke-98 juga tidak terlihat baik-baik saja ketika mendengar perkataan yang begitu sopan tersebut di dalam hatinya sama sekali.“Hmph…! Orang licik ini mulai lagi dengan keahliannya bersilat lidah seperti biasanya! Kau pikir siapa yang mengajari hal itu kepadamu dahulu, bocah! Beraninya kau mencoba menggunakan taktik yang serupa kepada mantan gurumu ini!” batin sang mantan Sultan ke-98 dengan gelisah yang membuat raut wajahnya semakin suram saja ketika dipandang oleh mata.Jelas sekali kalau dia memiliki semacam kenangan masa lalu di mana dirinya masih menjadi guru daripada sang Sultan saat ini. Sungguh tidak disangka sama sekali kalau mantan muridnya tersebut ternyata akan menjadi sosok yang seperti ini.“Aku benar-benar sial sekali diperlakukan oleh seorang murid seperti dirinya ini. Orang ini jelas sekali dahulu tidak terlihat menjanjikan sama sekali. Begitu tenang seolah-olah tidak mempunyai ambisi. Senantiasa diam dan
Sang Sultan dengan gerah membatin di dalam hatinya sebagai pertanda kalau dirinya juga sebenarnya tidak terlalu nyaman dengan semua kejadian yang berlangsung beberapa waktu lalu yang tentu saja tidak singkat sama sekali.“Natasha, biarkan aku yang berbicara dengannya sekarang! Kau cukup diam dan dengarkan saja baik-baik tanpa perlu membantah sama sekali! Biarkan semuanya berjalan dengan tenang dan kondusif seperti biasanya saat aku yang berbicara nantinya!”“Hah, apa?! Apa kamu pikir aku berbicara sesuatu yang salah sehingga membuat situasi tidak kondusif, begitu?! Jelas sekali kalau pria tua menyebalkan itu yang membuat segalanya tidak kondusif sama sekali sejak tadi! Dia pasti menyembunyikan sesuatu di balik kerutan wajahnya yang menyebalkan itu!”“Ya, aku juga tahu hal itu. Orang itu pasti mencoba untuk mengulur-ulur waktu sebab ada sesuatu yang pastinya terjadi kepada Raskar. Oleh karena itu, biarkan saja aku yang mencoba terlebih dahulu berbicara baik-baik dengannya. Apakah hal s
Hal tersebut jelas merupakan pukulan berat bagi sang mantan Sultan ke-98 yang memiliki kesempatan untuk kembali berkuasa langsung lenyap begitu saja.Beberapa orang mulai memandang sang mantan Sultan ke-98 sebagai duri yang berusaha melancarkan konflik di antara sesama Pendekar elit Wilayah Sabit yang mana tentu saja tidak boleh terjadi bagaimanapun caranya.Dengan demikian, hanya segelintir orang saja yang masih bersumpah setia kepada sang mantan Sultan ke-98 untuk mengikuti beliau bermarkas di Kota Kabeh di mana Institut Teknologi Buyar sebagai pusatnya mereka berkumpul.Adapun yang lainnya, mereka mulai mencoba membiasakan diri di mana keberadaan Natasha tidak bisa lagi dipertanyakan kembali atau digunakan sebagai dalih semata untuk menyulut konflik yang bisa saja berujung dengan perang saudara.Dengan begitu, permasalahan yang selama ini tidak kunjung menemukan titik temunya akhirnya perlahan-lahan mulai mereda sampai lahirnya Raskar. Hubungan antara kedua wilayah mulai tampak ber