Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 130 Perjumpaan dengan Ra Tanca

Share

Bab 130 Perjumpaan dengan Ra Tanca

Author: Freya
last update Last Updated: 2025-05-20 23:16:04

Rangga hanya bisa menatap pisau bedah yang bergerak tak beraturan tanpa berani menyentuhnya. Beberapa saat kemudian, pisau bedah itu berhenti bergerak. Dengan hati-hati Rangga mencoba menyentuh pisau itu. Ternyata tak ada reaksi dari pisau bedah itu, Rangga bernafas lega lalu memasukan pisau bedah ke dalam peti, setelah itu tidak ada suara lagi dari dalam peti.

Rangga kembali ke tikarnya dan kembali berbaring lalu memejamkan matanya mencoba tidur kembali. Saat akan terlelap antara terjaga dan tidak, Rangga melihat asap keluar dari dalam peti. Asap itu makin lama makin tebal membentuk satu sosok. Kemudian asap mulai menipis dan sosok itu makin terlihat jelas. Rangga melihat seorang laki-laki berpakaian serba putih berdiri di depan peti.

Sontak Rangga langsung terjaga

Pisau bedah itu mulai menampakan penghuninya, pikir Rangga.

Laki-laki itu menyapa Rangga

"Anakku, ternyata kamu sekarang sudah besar. Aku senang melihatmu menjadi seorang tabib yang mumpuni."

Rangga terkejut, barulah dia.m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 130 Perjumpaan dengan Ra Tanca

    Rangga hanya bisa menatap pisau bedah yang bergerak tak beraturan tanpa berani menyentuhnya. Beberapa saat kemudian, pisau bedah itu berhenti bergerak. Dengan hati-hati Rangga mencoba menyentuh pisau itu. Ternyata tak ada reaksi dari pisau bedah itu, Rangga bernafas lega lalu memasukan pisau bedah ke dalam peti, setelah itu tidak ada suara lagi dari dalam peti.Rangga kembali ke tikarnya dan kembali berbaring lalu memejamkan matanya mencoba tidur kembali. Saat akan terlelap antara terjaga dan tidak, Rangga melihat asap keluar dari dalam peti. Asap itu makin lama makin tebal membentuk satu sosok. Kemudian asap mulai menipis dan sosok itu makin terlihat jelas. Rangga melihat seorang laki-laki berpakaian serba putih berdiri di depan peti.Sontak Rangga langsung terjagaPisau bedah itu mulai menampakan penghuninya, pikir Rangga.Laki-laki itu menyapa Rangga"Anakku, ternyata kamu sekarang sudah besar. Aku senang melihatmu menjadi seorang tabib yang mumpuni."Rangga terkejut, barulah dia.m

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 129 Jarum Beracun

    "Tapi saya bukanlah tabib, tolong kembalikan pisau itu pada saya. Pisau itu milik bapak kandung saya yang tidak pernah saya temui sejak lahir. Dengan pisau itu saya ingin mencari keberadaan bapak saya dan berharap bisa bertemu dengannya. Jadi saya mohon, kembalikan pisau bedah itu,"Rangga berlutut memohon pada Sumana dengan wajah memelas. Sumana mulai ragu, di satu sisi dia kasihan dengan Rangga tapi di sisi lain, dia bisa merasakan energi buruk yang ada di dalam taji bedah itu begitu kuat. Melihat Sumana yang masih meragu, Rangga membujuk lagi "Saya berjanji, nanti jika saya sudah bertemu Bapak, saya akan melarungnya ke laut." Sumana berpikir sejenak kemudian dia menghela nafas panjang. "Aah...baiklah jika kamu berjanji mau melarungnya di laut setelah bertemu bapakmu, ambilah,"Sumana mengulurkan pisau bedah pada Rangga. Rangga bernafas lega, buru-buru dia mengambil pisau bedah itu lalu menyimpannya di lipatan setagennya. "Resi Sumana, saya harus segera pergi mencari Saras. Has

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 128 Sumana

    Usai menggulung pengejarnya dengan air laut dan menghempaskan mereka ke laut yang sedang bergelora, Rangga dengan ilmu Bayu Sumilir kabur dari pantai. Namun perewangan mereka tak tinggal diam. Mereka dengan gesit masuk ke laut yang ombaknya sedang menggelora. Ketiga prajurit itu berhasil diselamatkan dari amukan Laut Selatan. Mereka lalu berusaha menyusul Rangga yang berlari ke arah gerbang rahasia menuju Laut Kidul. "Jangan biarkan dia lolos!"seru salah satu dari prajurit itu Rangga terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang. Saat menoleh lagi, dia melihat para pengejarnya sudah semakin dekat. "Sial, kenapa mereka cepat sekali menyusulku?"gumam Rangga. Akhirnya Rangga berhasil mencapai pintu gerbang. Rangga menoleh me belakang. Saat itu diihatnya ke tiga prajurit dan perewangannya sudah dicegat oleh beberapa pasukan Laut Kidul yang entah darimana datangnya tiba-tiba saja sudah berada di situ. Ketiga prajurit bersama perewangannya tampak panik dan ketakutan. Barul

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 127 Alam Gaib Laut Selatan

    "Aku hanya ingin membantu tugas ibu melihat situasi di sekitarku. Hanya aku yang dianggap mampu karena kakak perempuanku calon pengganti Bhre Pajang sakit sakitan." "Ah sudahlah Rangga, kamu tidak pantas mendapatkan dia. Jangan ganggu kami, setelah ini dia akan jadi milikku,"tukas Hasta. Hasta memberi tanda pada pasukannya untuk menyerang Rangga. Langsung para prajurit itu menyerang Rangga tanpa ampun. Sementara Rangga harus menghadapi orang-orang itu, Hasta sudah pergi dengan membawa Saraswati sebagai tawanan meninggalkan Rangga yang dikepung anak buahnya. Rangga yang sudah murka tak bisa lagi mengendalikan energi Sang Hyang Agni di tubuhnya. Dia merasakan aliran energi panas dari kepalanya turun ke tangan. "Hiyaaa...!" Dari telapak tangan Rangga muncul bola api biru menyala-nyala. Rangga melempar bola.api ke arah prajurit Rangga dan saat itu juga beberapa prajurit Hasta yang terkena api langsung roboh terbakar. Namun ada tiga orang prajurit yang sepertinya kebal api. Berka

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 126 Sandera

    Malam itu Rangga tidak bisa tidur karena saat ini tubuhnya terasa meriang panas dingin silih berganti mengjampiri dirinya. Dia meraba kalung Batu Tujuh Cakra di lehernya, barulah dia ingat, sudah lama dia tidak merawat kalung itu dan menjemurnya di bawah sinar bulan untuk membersihkan energi buruk yang melekat. Daripada tidak bisa tidur lebih baik menunggu jemuran kalung, pikir Rangga. Dia bangun dari tidurnya lalu berjalan keluar. Tiba-tiba dia teringat dengan lempeng baja yang dibungkus dengan kulit kerbau. Saraswati menyimpan lempeng baja itu di sudut ruangan goa. Dia mengambil bungkusan lempeng tembaga lalu keluar goa, duduk di tepi api unggun. Ada tiga lempeng tembaga di dalam bungkusan. Diambilnya lempengan-lempengan tembaga itu lalu mulai membacanya. Rangga mulai mempelajari petunjuk yang ada di lempeng tembaga itu. Di lempeng pertama tertulis perintah bahwa latihan ilmu Sang Hyang Tirta harus dilakukan di dekat air yang mengalir membasahi tubuh untuk memudahkan mengambi

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 125 Ruang Rahasia

    Semua orang terkejut, wajah dan tubuh orang yang baru datang itu tampak bengep seperti habis dipukuli. Ternyata orang itu adalah tetangga mereka juga yang sama-sama berjualan makanan di pasar. Jiwo tertegun melihat kondisi orang itu. Apa yang dikatakan Saloka benar adanya, aku punya khodam pendamping yang tidak hanya sebagai penunjuk jalan tetapi juga membantuku menyelesaikan urusanku, pikir Jiwo. Setelah itu, orang-orang mulai meminta Jiwo untuk memberikan pengobatan, mencari pusaka dan benda yang hilang bahkan meramal nasib. ****** Pagi itu, Rangga berenang di air terjun. Saat di dekat gerojokan air terjun, Rangga melihat ada sebuah lorong di belakang air terjun. Letaknya tersamarkan karena tertutup oleh tumbuh-tumbuhan di sekitar tebing air terjun. Penasaran dengan lorong itu, Rangga berenang lebih dekat lagi, lalu mulai meneliti area di belakang air terjun. Lorong itu cukup untuk dilalui satu orang. Rangga masuk ke dalam lorong dan penelusurannya berakhir di sebuah rua

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 124 Mata Ke Tiga

    "Sebagai pengganti matamu yang telah kami ambil, aku akan menggantinya dengan penglihatan mata ketiga,"ujar Saloka."Maksudmu aku diberi mata baru? Lalu mata siapa yang akan kalian gunakan sebagai pengganti?"tanya Jiwo keheranan.Saloka hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jiwo."Kamu akan memiliki penglihatan mata batin tanpa batas. Kamu bisa melihat apa yang seharusnya tak terlihat."Jiwo tertawa sinis"Kalau cuma kaya gitu sih, dukun-dukun bahkan anak kecil bisa melihat makhluk halus. Apa istimewanya mata ketigaku?"Wajah Saloka berubah, dia tampak tidak suka disepelekan ilmunya."Kamu betul-betul orang yang tidak tahu terimakasih. Pandangan mata ketiga yang kuberikan kepadamu bukanlah mata ketiga biasa seperti yang dimiliki dukun-dukun kelas teri itu. Banyak orang yang menginginkan ilmu itu. Mereka rela bertapa bertahun-tahun untuk mendapatkan penglihatan Mata Ketiga itu tapi tak satupun dari mereka yang mampu memperolehnya karena syaratnya memang berat.""Baiklah kalau memang il

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 123 Negosiasi

    Kulitnya terasa perih karena berjalan menembus semak berduri dan terkena goresan ranting. "Buug!" Jiwo menabrak batang pohon besar yang menghalangi jalannya. Kepalanya pusing, kedua rongga matanya terasa sakit, setelah itu dia pingsan. Saat itu Jiwo merasa tubuhnya menjadi seringan kapas melayang keluar dari tubuhnya sehingga dia dapat melihat dirinya yang sedang terbaring di lantai hutan. Heei... aku bisa melihat sekarang, tapi apa aku sudah mati?pikir Jiwo. Sebuah lorong yang diterangi cahaya tiba-tiba terbentang di depannya. Jiwo terkejut melihat lorong bercahaya itu tiba-tiba sudah berada di depannya. Apakah lorong ini menuju nirwana?batin Jiwo sambil melangkah lebih dekat lagi mendekati pintu lorong. Jiwo terus melangkahkan kaki memasuki lorong, namun baru beberapa langkah masuk lorong, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik oleh sebuah kekuatan besar, tersedot masuk lebih dalam ke dalam lorong dengan kecepatan tinggi. Jiwo berusaha keluar dari lorong tapi tak bisa. T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 122 Waru Doyong

    "Kami adalah penghuni tempat ini! Dan sekarang kamu tidur di atas istana Raja kami!""Istana apaan, aku tidur di atas batu kali,"jawab Jiwo setengah mengantuk.Namun orang-orang itu tampaknya tak mau peduli, mereka terus membangunkan Jiwo. Ada yang menggelitiki pinggangnya, menarik kupingnya atau menjambak rambutnya. Jiwo yang sudah kecapekan tak juga bangun walaupun tidurnya diganggu.Akhirnya karena Jiwo tak juga pindah tempat, makhluk-makhluk itu memindahkan Jiwo ke atas pohon Waru. Jiwo yang masih tak sadar dirinya berpindah tempat, dengan santainya berguling membalikan badan."Buug!"Badan jiwo jatuh dari atas pohon. Pemuda itu kesakitan dan memaki"Aduuh...sialan aku dipindah. Siapa yang mindah aku?!"Akhirnya Jiwopun menyerah, sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing gara-gara jatuh dari pohon, Jiwo duduk di bawah pohon. Rasa kantuknya sudah menghilang sama sekali. Tapi Jiwo masih bersyukur, pohonnya tidak tinggi sehingga tidak membahayakan dirinya. Udara yang dingin m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status