Share

PERNIKAHAN PERTAMA

Sebulan sejak pertemuan Jagat dan Ra Kala di alam mimpi pun berlalu.

Jagat telah kembali ke desa tempat masa kecilnya, tapi bukan ke gubuk yang lama. Tidak, dia kini tinggal di rumah besar yang dibangun belum lama, jadi masih terlihat baru dan juga yang paling besar. Gubuknya yang lama masih ada dan itu berada di samping rumah, tetap dibiarkan utuh sebagai kenangan.

Jagat pun menjelma menjadi orang kaya baru di desa Sindang Sari, desa kecil yang terletak di bawah kaki gunung Karang. Desa yang sejatinya cukup terpencil itu, kini menjadi desa yang menjadi buah bibir penduduk desa lain, karena pernikahan Jagat yang kedua digelar besar-besaran dan turut mengundang siapa saja yang mau hadir.

Memang hanya sehari saja pesta itu digelar, tapi sebelum pesta nikah digelar, Jagat telah buat pesta yang lain, pesta penyambutan hari pernikahan dirinya dengan perawan anak bungsu Kadi yang baru berusia enam belas tahun yang bernama Cici.

Jaman itu, banyak anak gadis berusia belia yang sudah menikah, pun sama di desa Sindang Sari. Bahkan jika ada anak gadis yang berusia lewat dari usia tujuh belas tahun dan belum laku, akan dicap perawan tua.

Desa Sindang Sari, pada tiga puluh enam tahun lalu itu bukan desa yang penduduknya kenal ilmu sekolah. Jadi perempuan di desa itu sudah diajarkan dan dipersiapkan untuk menjadi seorang istri sejak mereka mulai mendapati haid yang pertama.

Kadi bukan orang asing bagi Jagat. Bahkan Kadi itu penolong sekaligus yang menjagal Jagat dengan cara pengusiran. Ya, Kadi itulah tempat Jagal pinjam uang dan juga yang mengusir dirinya dari desa.

Tapi itu dulu, sebulan yang lalu ketika Jagat belum bertemu Ra Kala.

Sebulan yang lewat.

Pagi-pagi buta, Jagat telah berdiri di depan pintu rumah Kadi yang masih tertutup. Rumah Kadi yang paling besar di desa Sindang Sari. Kekayaan Kadi dari hasil kebunnya yang melimpah ruah, tapi sebenarnya dari usaha bunga uang lah, keuangan Kadi seakan tak berhenti mengalir.

Jagat salah satu korban dari Kadi dari banyaknya korban Kadi yang tersebar tak hanya di desa Sindang Sari belaka.

"Kadi cepat keluar!" teriak Jagat mengguncang pagi.

Tiga kali Jagat berteriak memanggil Kadi. Baru setelah itu pintu jati yang berat terbuka dan muncul Kadi dengan wajah tak senang.

"Hei orang miskin, apa maumu ganggu tuan besar di pagi hari? Apa kamu tak takut aku usir lagi dan hadiah pukulan di tubuhmu!" ancam Kadi.

"Hahaha, empat hari yang lalu, pantas kamu bilang aku miskin. Tapi tidak hari ini. Kamu akan terkejut!" gelak Jagat keras.

Saling kerasnya tawa Jagat, di depan pagar rumah Kadi berkumpul banyak orang yang ingin menjadi saksi keributan.

"Eh, Jagat... apa kamu sudah berubah menjadi gila? Baru beberapa hari menjadi pengemis, kamu sudah tak kuat! Pantas hidupmu selalu kekurangan dan berhak menyandang orang miskin!" ledek Kadi.

Dari arah dalam rumah keluar istri Kadi dan dia tampak menarik tangan Kadi, seakan menyuruh masuk dan tak hiraukan Jagat.

"Aku akan masuk Nyi, setelah aku hajar orang miskin ini!" tolak Kadi sambil tunjuk Jagat.

Jagat menjawab dengan membuka bungkusan kain lusuh yang dia bawa. Pagi itu pakaian yang melekat ditubuh bajunya yang lama, sementara kain itu didapat di jalan, kain yang telah dibuang dan banyak bolongnya.

Tetapi begitu bungkusan kain lusuh dibuka Jagat. Tak hanya mata Kadi yang melotot keluar, tapi banyak pasang mata tetangga Jagat yang lain.

Dari dalam kain bungkusan yang Jagat bawa ada kotak emas pemberian Ra Kala. Lalu Jagat buka kotak emas dan sinar manik perhiasan membuat sinar matahari pagi seakan malu untuk bersaing.

Jagat gerakan tangan kirinya ke dalam kotak yang terbuka dan meraih ke dalam kotak. Dengan gerakan lambat, dia tarik beberapa macam perhiasan keluar dari dalam kotak.

"Perhiasan ini untukmu, sebagai bayaran hutangku padamu dan gubuk milikku kembali pada pemiliknya yang lama. Apa kamu setuju?" Jagat lempar ke atas tanah perhiasan yang dia dapat dari Ra Kala.

Bak orang kesetanan, Kadi memburu dan berjongkok memunguti lima macam perhiasan yang ada di atas tanah. Kalung emas, gelang mutiara, cincin mata kucing dan emas, serta anting-anting dengan mata permata yang indah. Semua perhiasan itu berada di dalam genggaman Kadi.

Kadi angkat tangannya ke arah wajahnya, di ingin hirup wangi perhiasan yang baru dia dapat. Aroma bertambah pundi-pundi uangnya pun tercium.

"Bagaimana Kadi? Apa kamu setuju?" tanya Jagat.

"Ya, setuju. Hutangmu lunas!" ucap Kadi yang tak mau kehilangan kesempatan mendapatkan perhiasan yang berada di genggamannya.

"Nah, aku akan berikan kotak ini untukmu. Tapi ada syaratnya!" Jagat letakkan kotak emas yang telah dia tutup ke atas tanah di dekat kakinya.

"Apa?" tanya Kadi dengan mata hijau melihat ke arah kotak emas.

"Aku sudah menduda sekian lama. Karena itu aku ingin nikahi Cici, anak bungsumu. Anggap saja uang ini sebagai lamaranku dan juga pembayaran sebagian tanah milikmu untuk aku bangun istana dan Cici sebagai ratunya. Setuju?" tanya Jagat

"Setuju, aku setuju!" jawab Kadi tanpa banyak pikir.

"Ingat, kamu tak bisa ingkar karena ada banyak saksi di sini!" Jagat tertawa.

"Aku tak ingkar!" janji Kadi.

"Tapi aku tak mau Aba!" ucap Cici yang ikut keluar rumah.

"Diam, kamu! Sebagai anak harus menuruti orang tuanya. Apa kamu mau jadi anak durhaka!' bentak Kadi.

"Ami, aku tak mau nikah sama dia!" Cici tunjuk Jagat, dia minta dukungan dari ibunya.

"Hush, benar kata Aba. Kamu harus nurut. Lihat, harta sebagai lamaranmu saja buat kita semua untung! Kita semakin kaya!"

Cici tarik nafas kecewa, lalu dia berlari masuk dengan tangisan terdengar pilu.

"Nah, aku pergi dulu. Kamu harus jaga Cici untukku. Sebulan lagi pestaku dengan dirinya akan berlangsung!" Jagat tertawa terbahak-bahak.

Jagat mengenal Kadi cukup baik. Kadi tipikal manusia yang takluk oleh gemerlap perhiasan dan bau uang. Karena itulah Kadi dapat cepat takluk dan mau turuti kemauan Jagat. Tetapi sampai saat ini pun, mereka yang memiliki sifat seperti Kadi tak pernah berkurang.

Sejak saat itulah, Jagat yang berubah menjadi kaya raya dan telah menjadi jodoh bagi Cici menjadi topik menarik di desa Sindang Sari. Namanya pun semakin harum sejak dia bantu bayar hutang penduduk desa yang lain.

Jagat tak perlu kuatir, Ra Kala mendukung dirinya sepenuh hati.

Selain itu dengan Jagat berbuat baik, jika nanti kematian Cici datang tiba-tiba, tak akan ada orang yang curiga.

Kembali pada hari ini, hari yang dijanjikan Jagat untuk menikahi Cici. Pesta telah usai dan malam ini akan menjadi malam pertama bagi Cici, melayani dan melepas kesuciannya buat Jagat, pria yang terpaksa Cici terima sebagai suaminya.

Cici takut. Dia ingin berontak dan berlari pergi dari dalam kamar. Tetapi apa daya, dirinya hanya gadis muda yang rapuh dan kecil. Takut dicap anak durhaka oleh kedua orang tuanya pun membuatnya lemas tak berdaya.

Ketika Cici sedang duduk bingung di tepi ranjang, pintu kamar terbuka dan muncul Jagat.

Jagat tersenyum seram. Dia begitu bernafsu melihat Cici yang sebentar lagi akan menjadi teman tidurnya.

Cici naik ke atas kasur, wajahnya menunjukan rasa takut. Walau Jagat telah berubah banyak dari pria kurus dan kumal, menjadi pria gagah dan bersih, tetap tak bisa mengurangi rasa takut Cici si perawan kampung.

Jagat tutup pintu kamar. Tetapi saat dia berbalik badan, mendadak dirinya mematung.

"Hahaha, sekarang giliranku!"

Jagat tahu, Ra Kala yang bersuara di dekat telinganya.

Sikap patung Jagat membuat Cici heran. Namun berikutnya yang terjadi, Cici malah tersenyum lebar. Karena dia melihat wajah Jagat berubah seperti pangeran di dalam mimpinya.

Cici tak tahu, jika dia telah terpesona sihir Ra Kala melalui mata Jagat. Bahkan saat ini Jagat tak ada, yang ada hanya tubuh Jagat belaka dengan ruh Ra Kala yang bersiap jadikan Cici permainan nafsu busuknya.

Malam ini Ra Kala itu Jagat dan dia yang akan menikmati darah perawan Cici yang menjadi syarat tumbalnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status