Share

SYARAT RA KALA

Tiga puluh enam tahun lalu.

Jagat duduk bersila dengan kepala menunduk khidmat di depan Ra Kala yang berada di dalam cermin.

Jagat menunggu titah Ra Kala agar dia dapat hadiah yang dijanjikan Ra Kala, jika berhasil laksanakan tugas yang diberikan.

"Catat dalam hatimu. Apa kamu siap?" 

"Daulat rajaku, aku siap!" ucap Jagat layaknya seorang hamba sahaya.

"Tugas pertamamu, yaitu nikahi gadis perawan sebanyak tiga belas perawan dalam selang waktu tiga tahun sekali, mengerti!"

"Ya, rajaku," jawab Jagat yang senang karena tugas yang diberikan itu bukan tugas sulit.

"Tetapi kamu hanya boleh bersama istrimu yang perawan itu selama tujuh hari dan setelah itu...."

"Katakan saja rajaku!" seru Jagat penasaran.

"Setelah itu, kamu harus robek lehernya dan minum darahnya sampai perutmu terasa penuh!"

Jagat hampir mau muntah, tapi dia tahan.

"Apa kamu mampu?"

Jagat merasa kepalang tanggung. Dia telah berada di depan pintu menuju kemakmuran hidup dunia.

Jagat tak akan lagi hidup susah dan berlaku seperti seorang pengemis, seperti yang dialami tiga hari terakhir.

Kini datang kesempatan tak terduga. Sesuatu yang dimimpikannya menjadi kaya raya, tapi sangat sulit terwujud bila dia bekerja keras dengan cara apapun. Saat ini syarat Ra Kala cukup mudah di awal, tapi sulit di akhir karena dia akan jadi seorang pembunuh.

Jagat bimbang, tapi bayangan dirinya hidup bergelimang harta dan juga bayangan menikahi tiga belas perawan sungguh menggoda imannya.

"Sebelum aku jawab mampu, boleh aku bertanya rajaku?" Jagat angkat kepalanya.

"Hahaha, aku bukan raja diktator. Aku senang jika hambaku mau bertanya, hingga dia mengerti tugasnya dan dapat menjalani dengan baik. Tanyalah!"

Jagat tarik nafas panjang.

"Tiga belas perawan yang aku nikahi ini apa ada ciri khusus?" tanya Jagat.

"Bagus. Nah, dengar... dua belas perawan tak perlu ciri apapun. Tapi harus kamu pastikan dengan benar, gadis itu benar perawan suci kalau salah, kamu tanggung akibatnya. Perawan ke tiga belas, perawan yang terakhir itu cirinya lahir di malam selasa legi tepat di tengah malam di saat bulan purnama."

"Oh, apa hanya ciri itu saja rajaku?" tanya Jagat. "Maksudku di perawan yang terakhir itu, apa ada ciri khusus lainnya?"

"Hahaha, ada tentu saja ada. Perawan terakhir itu paling bagus berusia mendekati dua puluh lima tahun usianya. Tak boleh yang terlalu muda karena nantinya perawan terakhir akan menjadi ratu di istanaku."

"Apa hanya itu saja?" tanya Jagat lagi.

"Tidak, masih ada. Perawan terakhir itu pun harus punya tanda lahir berupa bulatan merah di paha kirinya, di dekat lututnya."

"Apa masih ada rajaku?" tanya Jagat masih mau tahu.

"Hahaha, cukup itu saja. Semakin banyak kamu bertanya, akan semakin sulit kamu temukan perawan ke tiga belas. Ciri yang aku sebutkan itu pun belum tentu bisa dengan mudah kamu temui!"

Jagat baru sadar. Ra Kala ada benarnya. Dimana dia bisa temukan perawan ke tiga belas dengan ciri-ciri yang disebutkan itu dengan mudah. Tetapi saat ini dia belum terlalu memikirkan hal itu, karena itu akan terjadi di masa depan nanti, berdasarkan hitungannya jika perawan pertama yang harus dinikahi dimulai dalam waktu dekat, maka di usia tujuh puluh lima perawan ke tiga belas itu dicari.

Jagat kaget, usia tujuh puluh lima bukan usia muda, apa dia bisa nikahi perawan yang ditentukan itu.

"Apa kamu berpikir dengan usia tuamu di saat perawan terakhir harus kamu cari itu akan mempersulitmu?"

"Oh, darimana rajaku tahu?" kaget Jagat.

"Aku telah terima persembahan darahmu. Karena itu kamu telah terhubung denganku. Hingga selanjutnya, aku akan dengan mudah hadir di depanmu, saat kamu merasa gelisah dan butuh pertolonganku. Jadi kamu tak perlu bertanya lagi dari mana aku tahu!"

Jagat berseru kagum.

"Seperti yang aku bilang, sebagai hamba yang berhasil jalankan syarat dan tugasku, ganjaran bagimu itu jelas yaitu harta, awet muda dan hidup abadi."

"Ya, aku ingat itu rajaku!"

"Bagus. Dengar, saat perawan pertama menjadi tumbal yang kamu hantarkan untukku, saat itu juga paras tua tak akan hadir di wajahmu. Parasmu tak hanya menjadi lebih muda, tapi akan bercahaya dan mempermudah dirimu mendapatkan perawan yang berikutnya, tapi tidak dengan yang terakhir. Kamu harus berjuang!"

Tentu saja Jagat senang mendengar janji Ra Kala.

"Jadi tugasku hanya menikahi perawan yang pertama, lalu jadikan dia tumbal, hisap darahnya dan aku jadi muda. Apa begitu rajaku?" tanya Jagat dengan nada senang.

"Tidak!"

"Oh, jadi ada lagi yang harus aku lakukan?" tanya Jagat mengeluh.

"Hahaha, tentu saja ada. Secara fisik, kamu yang menikahi perawan itu. Tetapi di malam pertama dan seterusnya, di saat perawan itu harus melayani layaknya seorang istri, maka itu aku yang menjadi suaminya. Aku pinjam tubuhmu."

Jagat bengong.

"Tetapi saat hari tumbal datang, aku akan tinggalkan tubuhmu dan tanganmu yang akan menjadi malaikat mautnya. Darah yang dihisap itu pun kamu yang lakukan dan juga darah tumbal harus kamu basuh di wajahmu. Darah itu yang akan membuat wajahmu awet muda!"

Jagat mengeluh. Dia hanya kebagian tugas tak enak.

"Tapi rajaku, jika aku menjadi seorang pembunuh, bagaimana cara aku selamatkan diri dari kejaran hukum?" tanya Jagat.

"Tenang, setelah kamu robek leher tumbal yang kamu persembahkan, maka usaplah bekas luka dengan tangan kirimu, maka robekan luka akan menutup dan orang tak akan curiga dengan kematiannya."

Jagat merasa tenang.

"Aku akan ajarkan padamu satu hal lagi."

"Beritahu aku, duhai rajaku!" pinta Jagat tanpa ragu.

"Kamu jual rumah tempat tinggalmu dan pergi ke daerah lain dengan memakai nama lain. Dengan ini, kamu akan lebih mudah mencari korban berikutnya."

"Rumah? Aku tak punya rumah rajaku. Aku terlunta-lunta," jawab Jagat sedih.

Jagat pantas sedih, karena memang dia tak punya harta sepeserpun. Gubuknya saja sudah milik orang lain karena hutang yang tak bisa dibayar.

"Bodoh! Aku ini rajamu. Aku bisa berikan kamu harta untuk membeli istanamu sendiri."

Kegembiraan Jagat kembali muncul. Dia merasa bodoh beberapa saat lalu. Dia lupa kalau punya raja, raja Ra Kala yang tentunya punya sesuatu untuk dirinya.

"Kamu harus ingat baik-baik, kalau kamu tak hati-hati akan ada yang curiga dan mengejarmu. Terutama di dua perawan terakhir. Kamu akan dapat hambatan dan saat itu bisa saja aku harus bertarung untukmu."

"Baik, rajaku. Aku akan ingat semua petunjukmu. Tetapi apa pertemuan kita ini cukup sekali ini saja?" tanya Jagat.

"Hahaha, entah apa aku harus bangga punya hamba yang bodoh dan pelupa seperti dirimu. Aku sudah bilang, darahmu telah kamu persembahkan bagiku. Karena itu aku akan datang kapan saja aku mau ke depanmu, terutama saat kamu alami kesulitan!"

Jagat berulang kali meminta maaf.

"Sudahlah, kamu bisa pergi!"

Baru saja Ra Kala mengucap itu, Jagat merasa bumi berputar. Dia menjerit ngeri.

*

Jagat terbangun dan saat dia buka mata yang pertama kali dilihat penampakan bulan. 

Lalu Jagat duduk dari tidurnya. 

Jagat tersentak kaget. Karena dia berada di dekat pohon beringin yang menjadi tempat istirahat sore tadi.

Suara binatang malam memenuhi telinga Jagat. 

Saat Jagat mau bangun berdiri, dia tertarik pada sinar emas yang tak begitu jauh jaraknya.

Cepat Jagat berlari dan temukan kotak emas. Saat dia buka kotak, dia temukan ada banyak perhiasan di dalam kotak.

Teriakan senang keluar dari mulut Jagat. Tetapi dia tertarik pada cahaya hijau yang berasal dari batu di belakang kotak emas yang ditemukan.

Ketika Jagat berjongkok, dia pastikan cahaya itu berasal dari tulisan di batu. Ra Kala itu tulisan yang terbaca.

"Oh, apa ini batu nisan raja Ra Kala?" lirih Jagat.

Begitu Jagat selesai bicara, dari dalam batu  muncul segulung kertas yang diikat benang merah 

Jagat ambil gulungan kertas, buka ikatannya dan melebarkan kertas dan baca isi tulisan yang memakai bahasa yang dia ketahui.

"Harta itu untukmu. Demi perawan pertama gunakan dengan baik. Ra Kala."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status