Home / Fantasi / PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN / BAB 8 " JALAN SUNYI, DENDAM YANG MEMBARA

Share

BAB 8 " JALAN SUNYI, DENDAM YANG MEMBARA

Author: Adi Rasman
last update Last Updated: 2025-06-12 00:02:12

Bab 8 – Jalan Sunyi, Dendam yang Membara

Langit di atas Lembah Hitam mulai merekah keemasan, tapi tak ada kehangatan yang menyentuh tanah. Kabut tetap menggantung tebal, menyelimuti lembah seperti rahasia yang enggan diungkap. Di dalam gua gelap di balik air terjun kecil, Wang Xuan duduk bersila. Napasnya teratur namun dalam, seperti naga tidur yang perlahan bangkit dari mimpi buruknya.

Di depannya, terhampar simbol-simbol bercahaya yang berputar lambat. Ini adalah sisa-sisa dari Mantra Penolakan Jiwa, teknik pertama yang muncul dari gulungan terkutuk.

> “Semakin besar luka jiwa, semakin cepat kekuatanmu tumbuh. Semakin besar pengkhianatan, semakin kokoh pondasimu. Jalan ini bukan untuk yang lemah, bukan untuk yang suci. Ini adalah jalan para penolak takdir.”

Wang Xuan menarik napas panjang. Ia masih mengingat hari ketika ia dibuang dari Sekte Jalan Suci. Tatapan jijik para tetua, cibiran murid-murid, dan yang paling menusuk—diamnya Li Yueran.

Namun sekarang ia tidak akan menoleh ke belakang.

“Kalau takdir menolakku,” gumamnya, “maka aku akan menghancurkan takdir itu.”

Awal Pelatihan: Merangkai Qi Penolakan

Tubuhnya kini mengandung Inti Penderitaan, bentuk khusus dari kekuatan yang lahir dari penderitaan mental dan fisik. Tapi inti ini masih mentah, masih liar. Untuk menstabilkannya, Wang Xuan harus menyerap Qi negatif dari sekelilingnya: rasa sakit, dendam, kesepian, dan kematian.

Maka ia mulai menyatu dengan lembah. Ia menapaki jalur berbatu, menjelajahi reruntuhan kuno yang dipenuhi arwah gelisah. Ia duduk bermeditasi di antara kerangka para kultivator yang gagal menembus Nirwana, menyerap sisa energi frustrasi dan keputusasaan mereka.

Setiap hari tubuhnya menjadi lebih kuat. Luka-luka yang dulu membekas lenyap tanpa bekas, digantikan kekuatan brutal dan insting tajam seperti binatang buas.

Perubahan Tubuh dan Teknik

Tiga minggu berlalu.

Wang Xuan kini telah menembus tahap awal dari Ranah Qi Dasar versi Jalan Penolakan. Namun berbeda dari kultivator biasa, setiap lompatan kekuatannya tak hanya memperkuat tubuh, tapi juga menanamkan kutukan di dunia sekitar.

Saat ia bergerak, udara di sekitarnya menjadi berat. Rasa takut muncul di hewan-hewan, dan bahkan roh-roh alam menjauh.

Ia kini menguasai tiga teknik awal:

1. Cakar Penolak Surga (Heaven-Denying Claw): Serangan fisik yang memperkuat tangan dengan Qi Penolakan, mampu menembus pertahanan spiritual.

2. Langkah Bayangan Terbuang: Gerakan cepat tanpa suara, dengan bayangan yang tertinggal untuk membingungkan lawan.

3. Mata Luka Jiwa: Teknik pasif yang membuat lawan merasa seolah melihat kenangan traumatis mereka sendiri, mengguncang fokus mereka.

Namun kekuatan sejati Wang Xuan bukan hanya teknik. Melainkan kemarahan yang terarah.

---

Di Sekte Jalan Suci

Sementara itu, di aula besar Sekte Jalan Suci, rumor tentang fluktuasi Qi yang aneh di Lembah Hitam mulai menyebar.

“Dikatakan ada suara ratapan tiap malam,” lapor salah satu murid muda. “Dan langit kadang berubah warna... seolah menolak tempat itu.”

Tetua Bai duduk termenung. Ia tak pernah bisa menghapus perasaan bersalahnya terhadap Wang Xuan. Meskipun ia ikut memilih pengusiran itu, hatinya tak pernah setuju.

“Dia belum mati,” gumamnya. “Dan dia sedang kembali.”

Namun yang lain—termasuk Tetua Mo dan Pemimpin Sekte Tian Yulong—mengabaikan peringatan itu. Bagi mereka, Wang Xuan adalah kenangan yang tak layak diulang.

---

Li Yueran

Di taman belakang sekte, di bawah pohon plum yang mulai gugur, Li Yueran duduk termenung. Ia memegang liontin giok pemberian Wang Xuan dulu. Sejak kepergiannya, hatinya tak pernah benar-benar tenang.

> “Kau bilang ingin membuktikan bahwa sampah pun bisa bersinar,” bisiknya.

Air mata menetes tanpa ia sadari. Ia adalah satu-satunya yang tahu... Wang Xuan menyimpan warisan terkutuk itu bukan untuk kekuasaan, tapi karena ia ingin bertahan. Bertahan agar suatu hari... bisa kembali.

---

Kembali ke Wang Xuan

Hari ke-30 di lembah.

Wang Xuan berdiri di atas altar batu yang ditumbuhi lumut. Di hadapannya, pusaran Qi kelam berputar, menarik energi dari ribuan jiwa yang tertanam di tanah.

Ia memukul dada sendiri. BRAKK! Inti Penderitaan berdenyut cepat.

> “Ranah Qi Dasar... Puncak!”

Seketika, tubuhnya diliputi oleh gelombang energi luar biasa. Aura hitam membubung ke langit, membentuk wajah menyeramkan di awan.

Burung-burung jatuh dari langit. Tanah retak. Batu-batu melayang lalu pecah.

Wang Xuan membuka matanya. Kini tak ada lagi jejak kelemahan. Ia bukan murid terbuang. Ia adalah penerus jalan yang dilupakan langit.

Dan ia sudah siap...

Untuk melangkah keluar dari lembah.

Untuk kembali ke dunia.

Untuk menuntut balas.

> “Tunggu aku, Sekte Jalan Suci... terutama kau, Tian Yulong.”

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   Bab 19 " Batas yang Tidak Boleh Dilanggar "

    ---Bab 19 – Batas yang Tidak Boleh DilanggarDataran Naga Mati masih sunyi. Tapi keheningan itu bukan ketenangan. Melainkan... penantian.Wang Xuan duduk di tengah formasi batu purba, mencoba memahami simbol-simbol yang muncul dalam meditasinya semalam. Di sisinya, Yu Ruyan berdiri menjaga, matanya tajam mengamati sekitar.Di balik batu besar berlumut, sepasang mata ungu mengintip.Xie Qing, dengan tubuhnya dibungkus kabut lembut, mengamati dengan penuh minat. Di belakangnya, dua anggota Klan Bayangan Terakhir berjaga.> “Resonansi tubuhnya... mulai menyesuaikan dengan hukum Dataran,” bisik Xie Qing. “Kalau ia bertahan, kita mungkin bisa menyaksikan simpul kedua... terbuka.”Namun saat mereka mengamati…Langit tiba-tiba retak.Tidak pecah. Tapi membelah seolah seseorang mencoba memaksa masuk ke dalam ruang yang tidak mengizinkan eksistensinya.---⚔️ Mo Yuan Memaksa MasukDari celah udara, muncul siluet tinggi berjubah biru kelam: Mo Yuan. Di tangannya, tergenggam Tulang Dimensi Tert

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   Bab 18 " Dataran Naga Mati "

    Langit sore di Dataran Naga Mati tak berwarna. Bukan kelabu, bukan jingga. Hanya... kosong. Seperti langit yang kehilangan ingatan tentang cahaya dan waktu.Tempat ini sudah lama dianggap tanah mati, bukan karena tak ada Qi, tapi karena Qi di sini terlalu tua, terlalu asing, dan tidak mengenal para kultivator zaman sekarang.🌑 Kedatangan yang TerlambatWang Xuan dan Yu Ruyan berdiri di tepi dataran itu. Tanahnya keras, retak-retak, tapi berdenyut seperti daging makhluk purba. Angin bertiup tanpa arah, membawa serpihan batu dan... abu tulang naga.> “Tempat ini bukan hanya kuburan,” gumam Yu Ruyan. “Ini adalah... luka pada permukaan dunia.”Wang Xuan melangkah perlahan. Setiap langkahnya disambut oleh gema Qi purba dari dalam tanah. Ia tidak merasa takut—justru tubuhnya merespons dengan resonansi aneh, seperti panggilan dari bagian dirinya yang belum ia kenal.---🐲 Kenangan Dalam TanahSaat mereka melangkah lebih dalam, mereka tiba di sebuah lingkaran batu besar, setengah terkubur.

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 17 " Langkah - Langkah Dalam Kabut

    Di utara Kekaisaran Langit Selatan, terhampar wilayah yang disebut orang-orang dengan nama sederhana tapi penuh misteri: Laut Kabut Menangis. Tidak ada kapal yang berani melintasinya kecuali para pengelana spiritual dan pemburu artefak jiwa. Dan di sanalah, tanda-tanda pertama perubahan luar dunia mulai menyebar seperti wabah tanpa suara.🌫️ Di dalam Laut Kabut MenangisEmpat sosok berjubah kelabu bergerak cepat di atas permukaan air yang dipenuhi kabut. Mereka berasal dari Klan Bayangan Terakhir, sebuah kelompok peneliti hukum Dao yang menolak tunduk pada sekte mana pun. Mereka mempelajari kekacauan, dan hari ini... kekacauan memanggil mereka.> “Kabut ini... menyimpan gema,” kata salah satu dari mereka, wanita muda bernama Xie Qing, pakar resonansi spiritual. Ia meletakkan telinganya ke atas air.Dari dalam kabut, terdengar suara seperti tangisan bayi. Namun tidak ada bayi. Hanya riak Qi yang membentuk suara dari kehampaan.> “Tidak berasal dari roh. Tidak berasal dari jiwa. Suara

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 16 " Simpul Pertama, pemutusan Takdir

    Fajar belum menyentuh ujung langit. Tapi suasana di sekitar reruntuhan telah berubah. Kabut tak lagi seperti kabut biasa, dan embusan angin membawa aroma asing—sesuatu antara logam panas dan bunga layu.Yu Ruyan terbangun lebih awal. Ia menatap ke arah Wang Xuan yang duduk diam di atas batu datar, tubuhnya diselimuti kabut ungu kehitaman. Ia tampak tak bergerak, tapi udara di sekitarnya… bergetar halus.Ruyan mendekat perlahan. Jantungnya berdetak tak menentu.> “Qi itu... berubah.”Ia mengamati tanda samar di dada Wang Xuan—ukiran bundar dengan satu garis melintang, tampak hidup, denyutnya mengikuti irama detak jantung. Tapi anehnya, Qi Wang Xuan kini terasa tenang, bahkan… hangat.> “Apakah ini... simpul yang dimaksud dalam mimpimu?” tanya Ruyan pelan.Wang Xuan membuka matanya perlahan. Pupilnya tak lagi spiral, tapi masih menyimpan bayangan kabut di dalamnya.> “Ya. Aku memutus takdirku.”> “Apa maksudmu?”Wang Xuan menatap ke arah langit.> “Aku... tak lagi terhubung dengan roda

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 15 " Langkah Pertama Menuju Jalur Terlarang "

    Kabut masih menggantung di reruntuhan, meski matahari telah naik tinggi. Udara tak sepenuhnya kembali seperti semula—ia menyimpan gema dari sesuatu yang tak kasat mata, seakan reruntuhan itu kini menjadi tempat yang dilihat oleh mata di luar dunia.Wang Xuan berdiri di tengah kehampaan yang tenang, tapi perasaan dalam dirinya… tak lagi utuh. Sejak kejadian tadi, ia tidak merasa menang. Ia tidak merasa kuat. Ia justru merasa seperti pintu terbuka yang tak bisa ditutup.Di hadapannya, Yu Ruyan masih berdiri, diam, tapi matanya menyimpan badai.---🌬️ Pilihan yang Tak Pernah Ia Inginkan> “Apa yang kulihat barusan…” bisik Yu Ruyan, suaranya sedikit gemetar, “...itu bukan kekuatan dari dunia ini. Dan kau… jadi perantaranya.”Wang Xuan tak menjawab. Tak menyangkal. Ia hanya menatap.Yu Ruyan menarik napas panjang. Ia memandangi reruntuhan yang setengah hancur, lalu menunduk.> “Kau tahu, selama ini aku percaya pada satu hal: bahwa tatanan langit tidak sempurna… tapi tetap harus dijaga.”>

  • PENGHANCUR TAKDIR KEBANGKITAN WANG XUAN   BAB 14 " Mata yang Terlupakan Langit "

    Langit siang tampak seperti biasa. Biru. Terang. Tenang.Namun bagi mereka yang peka terhadap resonansi Dao, hari ini langit terasa… menatap kembali.Di lereng Pegunungan Langit Terkoyak, udara berubah padat. Tidak karena tekanan spiritual dari seorang ahli, melainkan karena sesuatu yang lebih tua dari hukum itu sendiri mulai merayap melalui celah yang terbuka.Di dalam reruntuhan, dua sosok berdiri saling menatap.Wang Xuan berdiri dengan napas teratur, seolah tidak ada yang mengejutkannya. Sementara Yu Ruyan, masih memegang pedang pendek di sisi pinggangnya, menahan diri untuk tidak menarik napas terlalu cepat.> “Qi Kehampaan dalam tubuhmu... bukan hanya tak teratur,” ucap Yu Ruyan pelan, “tapi seperti memiliki kehendaknya sendiri.”> “Kau benar,” Wang Xuan menjawab lirih. “Dan kehendak itu... bukan milikku.”---💨 Di Balik Bayangan – Pemburu BergerakTak jauh dari tempat mereka berdiri, Hei Yu, pemimpin Satuan Bayangan Tak Bernama, mengangkat tangannya. Dari lengan jubahnya, munc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status