Beranda / Lainnya / PENGKHIANATAN / Mencari Bukti

Share

Mencari Bukti

Penulis: Quilla Tsabita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 15:13:01

Tak terasa mutiara jatuh melintasi pipiku. Hatiku menolak, Aku harus tegar. Apapun yang akan terjadi, harus siap kujalani. Dewi mengelus pundakku. 

"Semoga kamu dilimpahi kelapangan, ya, Ren. Aku di sini akan berusaha membantumu semampuku. Saat aku susah kamu datang membantu memecahkan, kini aku bersamamu, Ren." 

Dewi memelukku erat. 

"Aku belum cukup bukti, Mas. Tapi hatiku sakit dengan apa yang sudah kamu perbuat. Aku yakin  sepandai-pandai tupai melompat lama-lama akan jatuh juga. Simpan rapat wanita simpananmu, Mas. Akan kubuat kamu menyesal karena melakukan  itu padaku." 


Melihat penjual martabak dekat Indomart. Teringat Kaila, putriku. Dia sangat suka martabak. Kutepikan mobil. 

"Mas! Martabaknya paket komplit, ya." 

"Baik. Silakan duduk dulu." 

Kaila sangat suka martabak rasa coklat, tapi Mas Sa'dan lebih suka keju. Sembari menunggu antri dan siapnya martabak, kunikmati pemandangan jalan. Sontak berdiri dengan rasa penasaran saat melihat sosok wanita yang kulihat pagi tadi digandeng Mas Sa'dan melintas di jalan. 

"Wanita itu?" 

"Mbak! Ini martabaknya." 

"E-em. Iya, Mas." 

Sesegera mungkin berusaha kukejar wanita itu dengan tujuan ingin mengenali wajahnya. Wajahnya tampak tak asing. Siapa wanita itu? 

"Aku yakin wanita itu yang dijemput Mas Sa'dan pagi tadi." 

Kugigit bibir bawah dengan penuh penasaran. Mau mengejar, percuma. Wanita itu sudah masuk ke dalam taxi. 

"Sudahlah. Aku sudah memercayai Dewi untuk menyelidiki tingkah laku Mas Sa'dan di kantor. Kuyakin sesekali pasti pernah Mas Sa'dan membawa wanita itu walau dengan pengakuan sebatas teman pada pada teman-temannya sekantornya. Aku masih diam, Mas. Bukan aku tak berdaya, tapi kita tunggu saja waktunya." 

Kulajukan mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Pikiran ini masih penuh dengan bayang-bayang kejadian tadi pagi. 

"Sudah, Ren. Kamu bisa, iya, kamu bisa." 

***

"Horeeee... Bunda datang." 

"Eum... Sayaaaang. Kangen Bunda, ya?" 

Kuelus lembut kepala Kaila, sesekali mengecup keningnya. 

"Bunda ke mana aja? Kaila kesepian." 

Mata Kaila terlihat berkaca-kaca. Entah apa yang menjadikan dia merasa kesepian. Ayahnya ke mana? Bahkan Aku datang pun tak turut menyambut. Hati ini kram mendengar pernyataan putriku. 

"Ayah ke mana, Sayang?" 

"Ayah... Ayah... Sibuk, Bun. Dari tadi banyak yang telfon." 

"Telfon?" 

Kaila mengangguk pelan. Aku sudah curiga Mas Sa'dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Putrinya saja tega dia tinggal sendirian. 

"Yasudah, Sayang. Kaila jangan sedih lagi, ya. Kan ada Bunda. Bunda tidak keluar lagi kok. Bunda di sini sama Kaila." 

"Mas! Sekarang kamu justru tega membiarkan putrimu sendirian. Maaf, ya, Mas. Kamu yang memulai. Maka jangan salahkan Aku atas apa yang akan terjadi." 

***

Mas Sa'dan sudah terlelap. Hpnya tergeletak dan masih dalam keadaan menyala. Agaknya dia lupa matikan data setelah membuka youtube sebagai pengantar tidur. 

"Mas... Mas... Pasti kamu lelah karena meeting palsu itu, ya. Cukup kuat nyalimu mengelabuiku, Mas. Kurang apa pelayananku selama ini? Aku dandan untuk kamu, Aku masak untuk kamu, Aku menjaga rumah untuk kamu, dan Aku jaga putri kita, Mas. Jika kamu tidak peduli padaku, minimal pedulilah pada Kaila... Kaila... putri kita."

Drett... (Satu pesan masuk)

Nomornya tersimpan dengan karakter. Karakter yang kuyakin hanya Mas Sa'dan yang paham makna dari karakter tersebut. 

[Sayang, besok jemput Aku lagi, ya. Kita sarapan bareng. Aku suapin deh... Pliss, jangan ngambek. Aku gak bisa tidur nih kalau kamu ngambek...]

[Sayang]

[Mas!]

[Iiih, kenapa cuma diread sih. Kamu masih ngambek, ya?]

[Iya deh, iya. Aku gak akan minta yang macem-macem lagi setiap kamu gak mood.]

[Maafin aku, ya, Sayang. Sayang kamu." 

Emot love menyertai disetiap akhir kalimatnya. 

"Macem-macem?" 

Hatiku semakin hancur, yang kubutuhkan adalah tempat curhat saat ini. Tapi pada siapa? Kaila masih sangat kecil. Dewi pasti capek. Ini sudah malam. Bagaimana Aku bisa sholat malam jika untuk tidur saja aku tak mampu? 

"Mas Sa'dan...Tega kamu, Mas." 

Memandangi wajah pulas Mas Sa'dan tak lagi membuahkan ketenangan dalam hati ini. Gemuruh memburu, entah berasal dari rasa cemburu ataukah efek dari pudarnya cinta yang tergantikan amarah saja. 

"Mas!" 

Aku hanya mampu teriak dalam hati, menyimpan semua dalam hati. Entah apa yang membuat Aku merasa bukan waktu yang tepat untuk mengungkap semuanya. Padahal sudah jelas semuanya. 

"Ya Rabb. Dengan cara apa hamba bisa mendamaikan hati ini. Kuatkan hati ini, dalam hati kecil tertanam sejak malam pertama, Hamba tidak ingin menyerah sekencang apapun badai menerpa. Tapi hamba seakan kehilangan cara apa yang hendak hamba tempuh. Ya Rabb.. Tunjukilah hamba-Mu yang lemah ini jalan yang terbaik." 

Percuma Kulacak hp Mas Sa'dan. Tidak ada foto wanita itu tersimpan. Entah karena sudah terlalu sering dia menemui wanita itu atau salah satu siasatnya untuk mengelabuiku? . Kufoto chat itu. Masuk dalam draf bukti-bukti yang kuamankan.  

***

"Ren, aku berangkat pagi, ya. Ada meeting yang harus kupersiapkan, semua berkasnya ketinggalan di kantor." 

Mas Sa'dan berjalan menuju meja makan sembari memasang kancing dan merapikan bajunya. Bukan untuk makan tapi mengambil tas dan jaznya yang setiap pagi sudah kusiapkan dekat meja makan.

"Tumben wangi banget, Mas?" 

"Hah?" 

Dia mengendus beberapa bagian yang bisa diendusnya. 

"Enggak kok, biasa aja. Setiap hari aku memang sudah seperti ini kan, Ren." 

Aku menyalami tangannya disusul dengan Kaila. Hati ini nyeri karena sebenarnya aku tahu atas alasan apa sebenarnya Mas Sa'dan terburu-buru. 

"Kamu lakukan ini demi wanita itu, Mas?"

Aku memandangi mobil Mas Sa'dan sampai benar-benar sudah keluar dari gerbang. Dia melambaikam tangan ke arah Kaila. 

"Senyummu laksana panah menembus hingga ke dasar hatiku, Mas." 

"Bunda! Bunda sudah bilang ayah?" 

Aku menepuk jidad. 

"Ya Allah, Sayang. Bunda lupa. Maafin Bunda, ya. Habis ini Bunda langsung telfon ayah. Sekarang ayah lagi di jalan, takut malah gak fokus nyetir mobilnya, ya." 

Kaila mengangguk. Sekeras apa Aku memikirkan perlakukan Mas Sa'dan. Biasanya mengenai keperluan Kaila tak perna ada satu pun yang kulupa. 

"Siapapun dirimu wahai wanita simpanan Mas Sa'dan. Berbahagialah jika kamu merasa butuh. Seharusnya jika kamu benar-benar seorang wanita, hatimu akan bisa merasakan bagaimana sakitnya derita yang kamu perbuat ini, kamu tidak akan melakukan hal sekeji ini. Dan kamu, Mas. Kenapa kamu ikrarkan janji suci namun kini kamu nodai?"

"Mas! Sekarang di sekolah Kaila ada pertemuan wali murid. Kamu cepat datang ke sini, ya." 

Sesegera mungkin aku menelpon Mas Sa'dan, tak peduli dia mau beralasan meeting atau lainnya. Padahal kuyakin meeting itu hanya caranya untuk lolos dari tuntutanku. 


Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉

Next? 

Jangan sungkan buat krisan ya😍 Karena masih penulis pemula dan masih sangat amatiran. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENGKHIANATAN   Sa'dan Dalam Incaran Polisi

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Awas ya. Kutunggu kamu di taman. Kalau sampe jam sembilan kamu tidak datang, tamat riwayatmu.""Loh, Mas. Kenapa jadi merembet ke mana-mana?... Mas ..."Mas Sa'dan menutup sambungan dengan tiba-tiba tanpa permisi atau minimalnya kata penutup. Aku terheran-heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini.Tok... tok... tok..Suara ketukan yang diikuti dengan salam terdengar begitu jelas karena rumahku sedang sedikit penghuni. Aku pun bergegas menuju arah pintu, tiba-tiba Bi Marni nyamber lari mendahuluiku untuk membukakan pint

  • PENGKHIANATAN   Sebuah Ungkapan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉Pagi yang sangat cerah, kicau burung memantul dari luar rumah. Kuseruput teh hangat dengan keadaan hati sangat merasa bahagia, aku merasa lebih suka kesendirian tanpa suami ini dari pada harus sakit karena di dua.Dret...[Ren, aku harap kamu tidak menerima pinangan siapapun jika ada yang menginginkanmu untuk menjadi istrinya.]Aku tersenyum membaca pesan dari Dokter Alfan. Entah apa alasannya mengirim pesan ini. Ingin sekali menanyakannya namun kehabisan kata-kata untuk menjawabnya."Aku harus jawab apa?""Ada apa, Ren? Kel

  • PENGKHIANATAN   Dokter Alfan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Mmm... Rendangnya enak, Ma. Rena suka." Mama memandangiku di meja makan dengan raut yang sangat sumringah. Tatapannya penuh dengan tatapan kasih sayang. Aku pun menoleh ke arah Kaila yang berada di sampingku. Kesukannya adalah makan dengan daging saja, untuk sayur dan semacamnya dia tak begitu menyukainya."Kaila mau coba?"Kaila hanya menggeleng-gelengkan kepala saat aku menyodorkan sendok untuk menyuapi rendang. Mama terkekeh melihat tingkah Kaila."Bi. Mau ke mana?" Tegurku saat melihat Bi Marni mau ke belakang setelah menyiapkan

  • PENGKHIANATAN   Pembalasan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ren! Kamu bakalan bahagia kalau sama aku, percaya deh. Gak akan kesepian, kantor pasti ada yang urus. Lebih-lebuh Kaila ..." celoteh Mas Sa'dan."Cukup, Mas!" gertakku menghentikannya. Atas dasar apa dia jadi sepintar ini dalam merangkai puisi-puisi bisu seperti ini. Kata-kata itu membuat panas telingaku. Sampah serapah tak berguna."Kenapa aku harus berhenti? Ucapanku buat kamu juga senang, bukan? Bukannya ini yang kamu inginkan? Kita rujuk dan akhirnya kita hidup bersama, Kaila bahagia kita pun bahagia. Kita buatkan adik untuk dia."

  • PENGKHIANATAN   Mantan Suami Keterlaluan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ma."Tak kuasa rasanya memanggil wanita di hadapanku dengan rasa panggilan berbeda. Biasanya aku memanggil sebagai mertua, namun sekarang mendadak beralih status menjadi orang tua kandung. Iya, ibu yang sudah melahirkanku. Memang kami terpisah sehingga Mama tak bisa memantau perkembanganku hingga dewasa, namun Mama selalu ada di hatiku. Bahkan pasti ada di hati ayah.

  • PENGKHIANATAN   Rujuk dan Rahasia

    Tok tok tokSuara pintu diketut dengan ucapan salam yang menyusul. Diketuk tiga kali dengan suara yang semakin keras."Wa'alaikumussalam, iya, sebentar."Aku tidak bisa begitu mengenali suara siapa karena sambil berjalan dari lantai dua rumahku. Menuruni tangga walau sudah biasa bagiku namun aku perlu keseimbangan. Tanggaku tidak tersedia pembatas bagian pinggir sehingga harus benar-benat fokus."Siapa ..."Laki-laki itu tersenyum dengan menyodorkan bunga. Apa maksudnya? Aku tak mempunyai gairah untuk menerima bunga itu. Padahal bunga anggrek adalah bunga uang sangat kusukai sebelum bunga mawar."Ada apa kamu datang ke sini?"Selama kami menjadi pasangan suami istri tidak pernah sekalipun Mas Sa'dan memberikan bunga. Lantas kenapa sekarang dia datang dengan begitu percaya diri bahwa aku akan menerima bunga darinya."Ren! Aku ingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status