Share

BAB 7. Gadis Traffic Light

Terpampang seringai Ellshora yang memberi arti lebih. Ia membutuhkan Luke untuk segera terlepas dari Bibi Mia, untuk cepat kembali dalam hangatnya dekapan Zane. Namun semua keangkuhan Luke, membuat Ellshora bergairah. Selain karena tujuan yang sudah direncanakan, Ellshora ingin menaklukkan Luke Whiston dengan semua keangkuhannya. Agar pria itu menyadari bahwa ia tak sesempurna itu.

Setelah keluar dari The Golden Sun dan semua kemewahan tempat itu, Ellshora berjalan melewati trotoar jalan dengan penuh kekesalan. Lantaran Luke bahkan tak mengantarnya kembali ke kantor Sonic Group untuk mengambil mobil Daniel malah menyuruhnya menggunakan taksi.

‘Sebentar lagi, kau akan takluk di tanganku, Luke! Dan kau yang tergila-gila denganku akan memberikan apapun yang kumau!’ gerutu Ellshora yakin.

Ellshora hendak menyebrang, langkah kakinya mulai menginjakkan zebra cross. Dengan tatapan yang kosong, ia tak menyadari bahwa lampu di traffic light sudah hijau kembali. Sebuah mobil putih mengkilap melaju dengan cepat mendekati Ellshora. Begitu menoleh, Ellshora memekik. “Arrrggghh!!!”

Tepat satu meter jarak antara Ellshora dan sebuah mobil supermewah berwarna putih yang berhenti mendadak. Ellshora masih memaku tengah zebra cross, di tengah jalanan. Jantungnya seperti melakukan rolling coaster, nafasnya tersengal tak beraturan. Seorang wanita keluar dari mobil itu dan langsung menghampiri Ellshora.

“Nona, apa kau terluka?” tanyanya panik, khawatir pada kondisi Ellshora.

Sementara, Ellshora masih belum mengembalikan diri sepenuhnya. Ia melirik traffic light, menyadari bahwa ia sudah melakukan kesalahan yang nyaris saja membawa dirinya ke alam lain.

Wanita paruh baya dengan yang usianya mungkin lima puluh tahunan itu menarik Ellshora di tengah jalan. Mereka segera menepi lantaran jalanan terlalu ramai. “Kita di sini saja,” katanya.

Ellshora melihat seorang di hadapannya yang juga terlihat panik.

“Maaf, Nyonya. Aku yang salah, menyebrang di saat lampu masih hijau.” Ellshora merasa bersalah.

Wanita yang mengenakan dress warna walnut dengan flatshoes warna senada itu melempar senyum pada Ellshora. “Lain kali, kau harus berhati-hati. Kau bisa mencelakai dirimu sendiri dan orang lain jika berjalan sambil melamun begitu,” ujarnya lembut.

Wanita di hadapan Ellshora sekarang menunjukan sisi mewah yang menunjukan status sosialnya. Mobil supermewah, tas brand keluaran terbaru, baju, sepatu bahkan semua aksesoris yang dikenakannya benar-benar fantastis. Tetapi sikapnya benar-benar di luar dugaan.

“Sekali lagi, aku minta maaf, Nyonya. Tapi maaf, bolehkah aku pergi sekarang? Taksiku sudah datang,” kata Ellshora meminta izin.

Dan wanita itu menjawab serasa memancarkan senyuman. “Oh, iya. Silahkan, Nona.”

Ellshora mempercepat langkah kaki menghampiri sebuah taksi yang ia berhentikan, kemudian segera masuk dan meluncur dari situ. Ia harus pergi ke gedung Sonic Group untuk mengambil mobil Daniel yang ia tinggal di sana.

Sementara wanita yang berada dalam sebuah mobil mewah bersama supir pribadinya juga sudah meninggalkan jalanan tadi.

“Gadis itu cantik sekali, Jose,” kata sang wanita pada supirnya.

Jose melirik dari spion atas pada nyonyanya, Nyonya Annami. “Menurutku, dia memiliki wajah yang eksotis, Nyonya,” katanya yang sempat melihat Ellshora dari dalam mobil.

Senyuman Annami merekah. Pikirannya beralih pada sang putra semata wayang. Yang tak pernah berpacaran bahkan sekedar dekat dengan perempuan padahal tak lama lagi ia sudah genap berusia tiga puluh dua tahun.

‘Andai aku mempunyai menantu secantik itu,’ batin Annami. Ia tersenyum seraya menghembuskan nafas pelan-pelan.

Jose mengendarai mobil memasuki area pintu utama gedung Sonic Group. Begitu mobil berhenti, beberapa orang menghampiri Annami dan menyambut istri komisaris perusahaan yang baru saja tiba.

Gerakan kaki Annami yang cepat, membuatnya cepat pula berada di ruangan sang putra semata wayang. Dan seorang pria bermata biru dengan tubuh tegap mendekati Annami membawa sesuatu yang indah di tangannya.

“Ini pesanan Ibu,” ujar Luke Whiston pada sang ibu.

Annami kegirangan menerima buket bunga gardenia kesayangannya. “Oh, putraku anak yang sangat penurut. Terima kasih, Sayang.”

“Ibu harusnya pergi sendiri sebelum datang ke sini. Kenapa harus aku yang membelinya kalau ibu juga lewat toko itu tadi,” protes Luke.

Annami tersenyum puas.

“Karena Ibu lebih menyukai semua barang yang dibelikan putraku,” ujarnya.

Apapun alasan Annami, Luke tak mau memperpanjang. Ia kembali ke kursi dan semua file di layar 17 inchi di meja kerjanya. Sementara Annami langsung duduk di sofa berwara abu-abu pekat agak jauh dari meja Luke.

Dari situ, Annami mengelilingi pandangannya ke semua penjuru ruangan. Lalu berhenti di meja kerja Luke. Annami mengamati putranya lekat, merasakan waktu yang berjalan sangat cepat. Ia merasa baru kemarin Luke kecil dalam dekapannya. Namun kini putra kecilnya telah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan nyaris sempurna di mata Annami.

“Ibu harap, kau akan membawa kekasihmu saat pesta ulang tahunmu tiba, Luke.” Annami membuka pembicaraan dengan topik baru.

Luke berhenti mengetik dan melirik. “Aku tak punya kekasih.”

“Banyak gadis yang mendekatimu di Oxford. Bahkan begitu kau kembali ke sini, kau masih menjadi incaran banyak gadis di Norwich,” tutur Annami dengan bangganya.

Bagaimana tidak. Seorang Luke Whiston nyaris sempurna dari semua sisi. Pesona kuat dari mata biru, hidung mancung, bibir tipis dan bentuk tubuh proporsional yang berotot kekar. Dengan pencapaian nilai terbaik di universitasnya. Ditambah, Luke adalah seorang CEO muda yang begelimang kekayaan. Adakah seorang gadis yang dapat menolak daya tarik Luke?

“Aku tak tertarik dengan mereka yang mendekatiku, Bu,” ucap Luke.

Senyum Annami menggelincir, seperti sesuatu yang tiba-tiba datang dalam benaknya. “Bagaimana dengan gadis yang akan Ibu kenalkan padamu?”

Mata Luke tajam meski ekspresinya masih datar, ia menatap telak ke arah ibunya.

“Kalau Ibu melakukan itu, maka selamanya aku tak akan mau dekat dengan gadis manapun!” tegasnya, lalu ia menjelaskan lagi. “Biarkan saja semua mengalir apa adanya. Aku akan mendapatkan gadis itu sendiri dengan caraku. Meski itu lama, bersabarlah, Bu.”

Tapi entah mengapa, kini pikiran Annami justru seperti dibawa kembali ke beberapa waktu sebelumnya. Pada trotoar jalan dekat traffic light. Dimana ia dipertemukan dengan seorang gadis berwajah eksotis yang nyaris ia tabrak.

Annami mendengus. “Baiklah, Luke. Jika kau berjanji akan membawakan calon menantu yang sangat cantik untuk Ibu suatu hari nanti.”

Saat malam tiba, Daniel yang baru saja membuka pintu kamar Ellshora, tak mendapati gadis itu di sana. Lalu ia menyadari keberadaan sang ibu di belakangnya.

“Tadi dia pergi bawa bola,” kataya memberitahu.

Dan Daniel tahu kemana ia harus pergi untuk menemui Ellshora sekarang. Ia berjalan melewati trotoar jalan, beberapa toko pinggiran hingga berhenti di lapangan basket komplek yang tak begitu jauh dari rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status