Share

PERMINTAAN GILA KAKAKKU
PERMINTAAN GILA KAKAKKU
Author: Nendia

Bab 1

Author: Nendia
last update Huling Na-update: 2023-07-24 21:06:58

“Ayo dong, Ris!”

“Ih, kagak.”

“Please ....”

“Ogah!”

“Sekali aja.”

“Sekali gue bilang kagak. Berarti kagak. Paham!”

Kakakku memutar kursi kerjanya. Merogoh sesuatu dari kantong celana jeans dengan sedikit kesusahan.

“Padahal gue mau kasih duit!” serunya sambil menghitung lembaran-lembaran merah.

Wah. Duit itu? Lumayan banyak juga. Mata ini jadi terasa berbinar melihat kecerahannya.

Bedak, lipstik, skincare, sabun lulur, baju baru, dan benda-benda yang ingin kubeli melayang-layang di depan mata. Oohhh, sungguh menggiurkan.

Tunggu Klarisa! Jangan mata duitan. Inget kerjaan apa di balik uang itu? Lebih baik enggak, deh. Enggak!

“Em ... berapa itu?” Aku mengintip di belakang Kak Mandala, mengesampingkan benak yang sedang perang.

“Lumayan lah. Buat lo shopping.” Pria jomlo ini memutar kembali kursinya. “Tapi kalo lo gak mau, ya, gue tinggal cari yang lain.”

“Tambahin, lah. Lima juta.” Aku mengedipkan sebelah mata.”

“Gila lu. PSK aja kagak segitu.”

“Sialan!” Aku memukul tangan Kak Mandala yang sedang menggenggam uang.

“Lagian lo gak tau diri. Gitu doang minta lima juta. Udah kek mau jual diri aja.”

“Gitu doang, gitu doang. Mulutmu itu gitu doang. Yang udah-udah juga gak ada sejarahnya gitu doang. Selalu ada embel-embel tragedi di belakangnya.”

“Kali ini kagak. Lo cuma nemenin Daffa makan malam. Sumpah!”

“Udah kagak percaya gue sama sumpah lo.”

“Elah. Gak percaya banget.”

Ingin rasanya segera pergi dari hadapan Kak Mandala. Sayangnya lembaran-lembaran merah itu membuat kaki ini bagai terpaku.

Andai pekerjaan ini tidak berat, mungkin sudah kuiyakan saja. Sayangnya urusan dengan kakakku tidak pernah sederhana.

Kak Mandala dan Kak Daffa bersahabat sejak zaman sekolah dulu. Bisa dibilang mereka cowok idaman wanita. Katanya, sih, selain ganteng, dua cowok ini cool dan keren. Entah dilihat dari mana. Menurutku, sih, biasa saja. Ketampanan mereka itu gak sebanding dengan kelakuannya yang gak banget.

Dua cowok ini sering dikejar-kejar wanita. Dan untuk menghindarinya aku selalu menjadi tameng. Masih ingat jelas bagaimana kerjaan terberat dari Kak Mandala. Saat itu ada seorang cewek yang ngejar-ngejar dia sampai datang ke rumah. Lalu aku disuruh buat jadi adik yang menyebalkan.

Parah banget, sih, apa yang aku lakukan hari itu. Aku duduk deketin temen ceweknya Kak Mandala. Lalu SKSD. Aku bikin sesebel mungkin dia dengan perbincangan kami.

Ngupil. Terus colekin ke lengannya. Abis itu ngambil makanan, terus sodorin ke dia.

Usahaku berhasil. Temennya Kak Mandala bertahan hanya sepuluh menit.

Apa cerita selesai sampai situ aja? Aku pikir awalnya begitu. Sayangnya kagak. Cewek itu ternyata jadi seniorku di kampus. Apes!

Aku harus melewati masa-masa berat selama ospek. Parah banget, sih.

Selain itu aku juga pernah nyamar. Pura-pura jadi mama. Pura-pura sakit parah, sakit jiwa, pura-pura jadi bodyguard, dan banyak lagi. Dari semua peran itu gak ada yang mengangkat harga diri, semua menjatuhkan.

Yang baru ini, aku diminta pura-pura jadi pacarnya Kak Daffa. Katanya, sih, dia mau dijodohin gitu, terus aku harus bikin cewek pilihan ibunya ini mundur. Caranya gimana? Itu yang belum jelas. Kak Mandala sih jelasinnya simple. Cukup datang temani Kak Daffa, tapi jangan percaya! Aku sudah khatam sama modus mereka. Jelasin A. Fakta di lapangan Z.

“Gimana?” Dua alis Kak Mandala naik.

“Nemenin doang?” Irisku fokus pada uang. Lembaran merah itu menghapus segala logika.

“Hm ....” Kak Mandala memejam dalam.

“Emm ....” Aku menggaruk pelipis. “Tapi bener nemenin doang?”

“Suer!” Kak Mandala mengacungkan dua jari V. Masih duduk dengan bersilang kaki. Sebelah tangannya melingkar di perut sambil mengepal uang.

“Oke ... gue mau datang ke sana, tapi cuma sebatas nemenin. Gue gak akan ikut perintah kalian yang aneh-aneh. Berhasil atau kagak gue lepas tangan. Gimana?”

“Oke.” Kak Mandala menunjukkan kepalan tangan. Aku menjotosnya sebagai tanda sepakat.

“Duitnya!”

“Entar dong kalau lo udah kerja.” Kak Mandala memasukkan kembali uangnya ke dalam kantong celana. “Malam minggu jam sembilan jangan lupa!”

Aku berdecak sambil berlalu pergi.

***

Malam Minggu tiba. Dress hitam selutut sudah membalut tubuh. Tak lupa heels dan tas kecil warna senada. Kupoles make up secantik mungkin. Rambut sepundak kubiarkan tergerai rapi.

Kak Daffa ini anak orang kaya. Jadi, harus perfect kalau mau pura-pura jadi pacarnya. Setidaknya terlihat pantas, tak urak-urakan. Kalau jelek kan pasti tidak dipercaya.

“De ... Daffa sudah di depan.” Suara Kak Mandala diiringi ketukan pintu.

“Ya!” Aku berseru. Memakai heels dan langsung buka pintu.

“Mau pergi?” tanya Mama. Beliau melihat penampilanku dari atas sampai bawah. Sudah bisa kuprediksi apa yang Mama pikirkan, pasti bingung, heran, dan merasa aneh.

“Dia mau pergi sama Daffa, Ma. Ada acara di kantor, Mandala lagi males pergi. Jadi, diwakilkan Risa.”

“Hm ....” Mama mengangguk. “Ya, udah hati-hati. Sama Daffa, ‘kan?”

“Iya, sama Daffa,” ulang Kak Mandala.

“Ya, sudah. Tapi pulangnya juga harus sama Daffa.”

Aku menghampiri Mama dan mencium tangannya. “Pamit, ya, Ma.”

“Iya, hati-hati.”

Suara heels bertemu ubin mengiringi langkahku. Mama mengekor. Di halaman rumah, Audi biru menyambut. Kak Daffa berdiri di sisi pintu kemudi.

“Tan, Risa Daffa bawa dulu, ya.”

“Iya, Daffa. Hati-hati ... anterin lagi nanti. Jangan kemalaman!”

“Siap, Tan.”

Pria dengan jas hitam itu membukakan pintu samping, aku melambaikan tangan pada Mama lalu masuk mobil. Kak Daffa memutari kendaraan dan dia langsung bersiap pergi.

“Tumben kamu cantik, Ris.” Kak Daffa melirik sambil menggerakkan tuas perseneling.

“Iya, lah.” Aku mengibas rambut sisi kanan.

“Bagus ... bagus.” Dia mengangguk. Tatapan fokus ke depan.

Baru aku mengerti kenapa Kak Daffa memintaku pakai dress hitam. Ternyata tujuannya agar senada. Lihatlah. Dia pun pakai kemeja hitam, jas, dan celana warna senada. Dasi merah berbentuk pita menghiasi kerah bajunya. Ada sapu tangan merah juga di salah satu kantong jasnya. Rapi bener, dah.

“Ini acaranya formal banget, Kak?”

“Jelas, di hotel bintang lima.”

“Malu-maluin enggak gue?”

“Kagak.”

“Suer?”

“Hmm.”

“Terus tugas gue apa? Bener, ya, cuma nemenin doang.”

“Yaps.”

“Serius?”

“Lo iyain aja apa kata gue.”

“Gitu doang?”

“Yes.”

“Ah, gue sangsi.” Aku melempar pandang ke sisi kiri. Melihat kaca kendaraan. Perasaan kok jadi enggak enak gini ya.

“Eh, di sana panggilan kita sayang, beb. Jadi, gak ada lo gue.”

“Serah lo, ah. Perasaan gue gak bener ini.”

Bukannya menenangkan, Kak Daffa malah tertawa.

***

Setengah jam berlalu, kami sudah berada di sebuah restoran hotel bintang lima. Aku melingkarkan tangan di lengan Kak Daffa. Berjalan dibawah lampu-lampu kristal super besar.

Kak Daffa membawaku pada salah satu meja bundar. Tempat seorang wanita bergaun merah duduk manis.

Aku menghela napas penuh sesal. Lagi-lagi harus merusak harapan para perempuan.

“Selamat malam, Tamara,” sapa Kak Daffa di belakang kursi wanita itu.

Tamara langsung menengok. Pada awalnya, tatapan itu berbinar. Namun, berubah dengan sekejap.

“Kamu sama ...?”

“Ini cewek gue. Klarisa.”

Aku segera menyodorkan tangan.

“Hai ... Klarisa.” Senyum berusaha kuulas semanis mungkin.

“Oh.” Gadis malang itu tampak kecewa.

“Ayo, Sayang! Kita duduk.”

“Oke, Beb.”

Bweee! Pengin muntah rasanya.

Aku dan Kak Daffa duduk di seberang Tamara. Lalu pria di sampingku ini mengayunkan tangan memanggil pelayan.

“Lo belum pesan makan, ‘kan?”

Tamara menggeleng tanpa kata.

Pelayan datang. Memberi book menu. Satu untuk Tamara. Satu untuk aku dan Kak Daffa.

“Kamu mau pesen apa, Sayang?”

“Terserah kamu aja, Beb.”

“Oke, aku pesenin yang sehat buat anak kita, ya.”

Anak? GILA!
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Seru juga nih ceritanya,jadi penasaran dengan alur ceritanya....
goodnovel comment avatar
Demi Loinenak
cukup seru
goodnovel comment avatar
Lukman UP
lumayan seru
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 186

    “Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 185

    PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 184

    “Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 183

    PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 182

    “Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di

  • PERMINTAAN GILA KAKAKKU   Bab 181

    BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status