Share

KENAPA HARUS SEKRETARIS?

"Bukannya itu kamar Cindy, Ge?"

 

"Kamarnya Cindy gimana? Kata siapa?"

 

"Kata mama kamu sama Gemma."

 

"Ah, salah kali, Al. Kamar yang mana sih yang dimaksud?"

 

Kuperhatikan wajah Geo nampak sedikit pucat.

 

"Yang pintunya warna merah kan?" tanyaku lagi.

 

"Iya, kan ada dua pintu yang warna merah."

 

"Masa' sih?" Aku mencoba mengingat-ingat. Dan seingatku sepertinya tidak ada lagi pintu warna merah lainnya. Walaupun pintunya memang semuanya hampir mirip, tapi cuma ada satu yang berwarna merah seingatku.

 

"Iyaa, ada lagi satu. Kamu nggak liat pasti," kata Geo berargumen.

 

"Ya udah lah, ngapain juga ribet bahas pintu kamar. Sana cepetan mandi!" 

 

Aku mendorong tubuhnya untuk segera masuk ke kamar mandi, lalu aku pun bergegas turun dan menunggunya di lantai bawah untuk makan malam. 

 

"Geo belum turun, Sayang?" tanya mama yang masih di ruang tengah. 

 

"Baru mandi, Ma. Bentar lagi."

 

"Pa, kok Cindy dijadikan sekretaris Geo sih? Papa ya yang suruh?" 

 

Papa yang asik dengan ponselnya di sebelah mama menoleh ke arahku.

 

"Bukaaan. Geo sendiri kok yang nempatkan dia di sana. Katanya memang dia pengalamannya jadi sekretaris."

 

"Bisa dipindahin nggak sih?"

 

"Dipindahin kemana, Sayang?" tanya mama keheranan.

 

"Ya dipindahin posisinya. Di HRD misalnya, atau marketing. Kan lebih jelas itu karirnya. Daripada jadi sekretaris." Ucapku berbohong. Padahal aku sebenarnya pengen  misahin aja Geo dan Cindy biar tidak terlalu dekat. 

 

"Ya tinggal bilang aja sama suamimu, Al,"kata Papa.

 

"Memangnya kenapa sih, Sayang? Kok pake dipindahin segala?"

 

"Ya itu tadi, Ma. Jadi sekretaris jenjang karirnya gimana entar. Kalau di departemen lain kan karirnya bisa naik jelas. Apalagi kalau prestasi dia bagus. Ya kan?"

 

"Semua itu kan cuma formalitas, Al. Cindy itu termasuk kerabat. Jadi, kalau mau naik ya tinggak naik aja nanti. Gampang," ujar Papa santai. 

 

"Gitu ya, Pa? Kalau Alma yang mindahin boleh nggak sih?"

 

"Saat ini belum bisa, Al. Jabatan direktur masih Papa pegang. Tapi nanti kalau Alma sudah gantiin jabatan Papa, apa saja yang menyangkut perusahaan, boleh kamu lakukan asal bermanfaat bagi perkembangan perusahaan."

 

"Papa mau tunjuk Alma jadi direktur, maksudnya?" Mata Mama sampai melotot mendengar omongan Papa barusan. Dan terkejutnya Mama sama sepertiku. 

 

"Iya lah, memangnya siapa lagi? Kan Alma anak Papa," kata Papa dengan bangganya.

 

"Tapi, Pa .... bukannya Geo yang akan gantiin Papa?"

 

"Geo hanya sebagai direktur pelaksana, Al. Tapi semua kepemilikan dan wewenang semuanya nanti di tangan kamu. Kamu direktur utama sekaligus pemilik perusahaan. Karena kamu anak Papa satu satunya."

 

What? Ada yang aneh dengan kalimat Papa. Dan aku yakin bukan cuma aku yang merasakannya, tapi Mama juga. Kenapa jadi bergini ceritanya? Aku dan Mama saling berpandangan. Nampaknya diantara kami berdua memang memiliki pertanyaan yang sama untuk Papa. Sepertinya Papa sedang berubah pikiran. Tapi kenapa? Karena apa Papa jadi berubah pikiran?

 

Sepertinya kami masih ingin ngobrol lebih banyak, terutama aku dan mama yang tentu saja memiliki banyak sekali pertanyaan untuk Papa. Tapi kemudian kami terdiam saat Geo terlihat menuruni tangga rumah.

 

"Eh, Sayang. Sudah selesai? Makan yuk!" ajakku. "Ayo, Ma, Pa!"

 

"Kalian aja. Mama sama Papa sudah makan kok tadi," sahut Mama. 

 

"Oke deh kalau gitu." Aku segera mengajak Geo menuju ruang makan. Dan kami menikmati makanan kali ini sambil mengobrol santai.

 

"Ge, Cindy kenapa kamu tempatkan jadi sekretaris kamu sih?" 

 

Geo nampak kaget dengan pertanyaanku barusan. Dia sampai menghentikan sendokan makan malamnya. 

 

"Memangnya kenapa, Sayang?"

 

"Nggak pantes aja, masa' kerabat direktur jadi sekretaris? Kasih lah ke bagian lain yang jenjang karirnya lebih jelas gitu."

 

"Cindy pengalamannya cuma jadi sekretaris, Al. Sudah beberapa tahun dia kerja di bidang itu. Lagipula aku juga sedang butuh seorang sekretaris. Daripada nyari orang lain, ya kan?"

 

"Kamu nyaman dia jadi sekretaris kamu? Kan dia adik kamu? Kamu nyuruh-nyuruh dia gitu. Nggak merasa aneh?"

 

"Memangnya kenapa sih, Al? Kamu nggak ya suka Cindy di posisi itu?"

 

"Pindahin aja lah, jangan disitu. Kasian," ujarku asal. Dan Geo nampak diam. Entah sedang mempertimbangkan atau sedang mencurigai jika aku mengetahui sesuatu diantara mereka, aku pun belum paham. Tapi kemudian aku segera meralat.

 

"Tapi kalau memang kamu pengennya begitu ya nggak papa sih. Santai saja. Senyamannya kamu saja, Ge."

 

"Oooh oke deh. Aku kira kamu nggak suka, Al. Aku sudah terlanjur nyaman soalnya sama kinerja dia." 

 

Ya pasti lah kamu nyaman, Ge. Karena dia itu kan ....

 

"Kenapa Al?" Geo membuyarkan lamunanku tentang Cindy.

 

"Nggak papa teruskan aja makannya. Aku capek banget nih. Pengen segera tidur." 

 

"Eh oya Al .... besok ikut aku ke dokter ya?" kata Geo tiba-tiba.

 

"Ke dokter? Ngapain, Ge?"

 

"Nanti kamu tahu. Untuk kepentingan kita berdua kok, Sayang." 

 

"Kapan? Ke dokter mana?"

 

"Ke dokter kandungan temen aku. Sore dia prakteknya di Greeny Hospital."

 

"Sore ya? Duh tapi, besok aku sudah terlanjur janjian tuh sama Gemma."

 

"Mau kemana?"

 

"Dia pengen dibeliin ponsel baru. Aku suruh dia ajak Cindy juga sekalian. Cindy bisa kan kamu suruh pulang agak cepet besok?"

 

"Bisa. Jam berapa?"

 

"Sekitar 3 atau 4 lah."

 

"Ok nanti aku pulangkan dia lebih awal."

 

"Oke deh. Thanks, Sayang." 

 

"Lalu ke dokternya kapan?" tanyanya lagi.

 

"Emang mau ngapain sih ke dokter, Ge? Aku sehat kok."

 

"Cuma konsuktasi aja, Al."

 

"Konsultasi masalah apa?"

 

"Kontras*psi."

 

"Kontras*psi? Bukannya kamu sudah pakai pengaman?"

 

"Iya sih, tapi takutnya nggak efektif, Sayang. Kita konsultasikan aja sekalian ke dokter. Biar lebih aman."

 

"Sepenting itu ya? Harus?" Aku benar-benar kehilangan kata-kata dengan Geo. Menganggap tidak ingin memiliki anak dari istrinya sampai sepenting ini hingga harus dia konsultasikan ke dokter juga.

 

"Iya penting banget. Kan biar kita berdua nyaman. Nggak papa kan, Sayang?"

 

"Ya nggak papa lah. Lagipula kita kan juga sudah sepakat kemarin," kataku pura-pura setuju. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status