Malam itu bukan hanya Akash dan Asha yang melewati panjang hangat. Pasangan baru Sizy dan Arjuna pun tidak menyia-nyiakan malam panjang mereka. Selesai melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, mereka memulai dengan obrolan ringan dan berakhir dengan saling berbagi kehangatan.
Pukul empat pagi. Sunyi masih membungkus langit, dan dunia belum benar-benar terjaga. Di dalam kamar yang remang, Sizy membuka matanya perlahan. Cahaya temaram dari lampu tidur memantul lembut di dinding, membingkai siluet tubuh seseorang yang kini tidur di sampingnya—Arjuna—suaminya.
Untuk beberapa detik, Ia diam–membeku sambil menatap sosok lelaki di sampingnya. Pria itu tidur dengan lelap, tangan kirinya melingkar di perut Sizy, tepat di atas kulitnya tertutup kaos oversize yang entah sejak kapan dipakainya.
Suara dengkuran h
Pertanyaan Anna membuat para orang dewasa tertegun, ingin menjawab tapi takut salah bicara. Meski Anna termasuk anak yang pintar dan cepat paham, tapi menjelaskan hubungan suami istri termasuk hal sulit untuk mereka.“Hm, memangnya Anna mau Ayah dan Bunda Indira tinggal di rumah yang sama?” tanya Asha pelan.Anna mengangguk, wajahnya masih sedikit cemberut karena mendapat penolakan. Asha meraih tangan kecil Anna dan menangkupnya.“Anna, Ayah kamu dan Bunda Indira belum bisa tinggal bersama sayang, karena mereka belum terikat dalam hubungan pernikahan. Laki-laki dan perempuan yang ingin tinggal di satu atap yang sama harus melalui proses pernikahan sebelumnya,” jelas Asha.“Sama seperti kisah Putri dan Pangeran dalam cerita-cerita dongeng, me
Di sudut ruang baca, di atas karpet empuk bermotif bunga, Anna duduk sambil berselonjor kaki sambil memegang sebuah buku cerita di tangannya. Di sampingnya Kinasih duduk merapat, tangan kirinya merangkul gadis manis dengan rambut kuncir dua itu. Mata gadis lima tahun itu bulat bersinar penuh rasa ingin tahu saat menatap halaman demi halaman buku cerita bergambar di tangannya.Meski bukan bagian dari keluarga Kurniawan, tapi kehadirannya siang itu terasa akrab dan menyenangkan. Ia tidak ingin lepas dari Kinasih sejak kedatangannya, bukan karena tidak ada yang lain yang menemani, tapi karena Kinasih adalah yang paling sabar dan siap melayani segala pintanya.Seperti saat ini, Kinasih sedang membacakan sebuah cerita untuknya. Sesekali Kinasih membacakan dengan suara pelan, kadang juga dengan intonasi lebih tinggi sesuai karakter tokoh yang sedang dibacakannya. Sementara Anna sibuk mendengarkan sambil menunjuk gambar putri dan naga di halaman bukunya. Tak jauh dari sana, Rama berdiri ber
Akash sudah sering mendengar kata ngidam sebelumnya. Tapi melihat dan ikut merasakan efeknya secara langsung baru kali ini.Asha–istrinya, benar-benar tidak bersikap seperti biasanya. Setelah insiden bau parfum yang tidak enak di penciumannya, beberapa hari kemudian wanita itu jadi banyak maunya, dan akan gampang baper kalau tidak sesuai keinginannya. Anehnya, itu hanya terjadi bila dia bersama Akash.“Mas, kemejanya ganti.” Asha menyodorkan satu kemeja berwarna soft pink pada Akash yang baru saja memakai kemeja putih untuk berangkat ke kantor.“Pink?” ucap Akash sambil menaikkan sebelah alisnya.Asha mengangguk antusias dengan senyum mengembang di wajahnya.“Harus?” tanya Akash ragu.
Sepanjang perjalanan pulang Asha lebih banyak diam. Entah kenapa dia merasa sikap Akash berlebihan. Matanya lebih banyak menatap ke arah jendela mobil, melihat lampu jalan yang menerangi trotoar, beberapa pejalan kaki sedang bertransaksi dengan pedagang kaki lima.Akash sendiri lebih fokus pada jalan. Dia tahu Asha sedang tidak hati, tapi dia tidak tahu apa yang salah, bukankah sekarang harusnya dia yang marah, kesal atau ngambek karena Asha tidak bisa dihubungi? Bagaimana kalau tadi apa-apa di jalan sementara tidak ada yang menemaninya. Dan dia tidak bisa dihubungi.Akash menghela nafas, matanya sesekali melirik Asha yang diam menghadap jendela.“Sha,” panggilnya lirih.“Hm,” jawab Asha singkat.
Pada akhirnya drama hari itu makin bertambah parah di jam pulang kerja. Saat keluar dari ruangan Akash, Asha bahkan tidak bisa bertahan sedetik saja berdiri di depan ruangan itu karena begitu banyak yang lewat dengan bau berbeda. Alhasil, ia mengurung diri dalam ruangan Akash.Masalahnya, Akash yang sejak siang tadi ada meeting di luar tidak menyadari kalau istrinya masih berada di kantor dan belum pulang. Selepas meeting di luar kantor dia bergegas pulang ke rumah karena berpikir Asha sudah sampai di rumah, ternyata ia masih belum pulang, padahal jam pulang sudah berlalu satu jam.“Belum pulang Bu?” tanya Akash saat menyadari ketidakhadiran Asha di rumah.Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi istrinya setelah mendapat jawaban dari Kinasih.Tapi dicoba hubungi beberapa kali, wanita itu tidak menjawab.Ia mencoba menghubungi Ranti dan jawabannya, “tadi saya pulang Mbak Asha masih di kantor Pak.”Mendengar jawaban itu Akash segera mengambil kunci mobilnya dan kembali meluncurkan
Akash menyelesaikan ritual penyatuannya dengan Asha pagi itu sesuai permintaan istrinya. Permintaan yang tidak pernah diminta Asha sebelumnya, tapi pagi ini… wanita itu justru memulai lebih dulu.“Terima kasih,” ucap Akash sambil mengecup pipi istrinya.Wanita itu malah menutup wajahnya dengan selimut, nampaknya dia malu setelah memulai semuanya lebih dulu.“Mau mandi bareng gak?” tawar Akash.Asha tidak menjawab, tapi melihat selimut itu bergerak ke kanan kiri, Akash menebak istrinya tidak ingin mandi bersama. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Asha dan berbisik, “tadi pintar banget mancing, kok udahannya Mas dicuekin?”“Maaaas.” Akash terkekeh mendengar teriakan pelan i