Asha berdiri di depan sebuah perusahaan besar siang itu, pagi tadi dia sangat bersyukur karena mendapat telepon panggilan interview. Meskipun mendadak, tapi Asha menyanggupinya dan sekarang berada di depan perusahaan berlantai sepuluh yang terletak di tengah kota itu.
Asha melangkah pelan, menghampiri resepsionis yang sedang bertugas.
“Siang,” sapa Asha.
“Siang Mbak, mau ketemu siapa?”
“Saya Asha, saya ada panggilan interview siang ini,” jawab Asha.
Resepsionis yang bertugas nampak mencari nama Asha dan kemudian memberikan sebuah name tag padanya lalu memintanya naik ke lantai tiga.
Asha kembali melangkah tenang.
<Asha sampai di kantor pukul delapan pagi, sebelum menempati posisinya terlebih dahulu dia menghadap ke ruang HRD. Zoya menyambutnya dengan senyum hangat dan memperkenalkannya pada Pimpinan HRD–Margaretha.Margaretha mengenalinya sebagai istri Akash karena pernah menjadi tamu di acara pernikahan mereka. Dia tidak bertanya banyak, setelah perkenalan singkat Margaretha meminta Zoya mengantarkannya langsung ke ruangan Akash.“Perkenalkan, ini Asha. Mulai hari ini dia akan jadi asisten baru Pak Akash,” ujar Zoya memperkenalkan.“Pagi Mbak Asha, saya Ranti–sekretaris Pak Akash.” Seorang perempuan dengan model rambut bob mengulurkan tangan dan memperkenalkan namanya sebagai Ranti. Asha meraih tangannya dan berjabat tangan dengan Ranti. Saat ingin menarik tangannya kembali Ranti menahan.
Asha sedang duduk di dalam ruang kerja Cakra, menunggu Kakek Akash itu datang. Amerta bilang, Cakra ingin bicara empat mata dengannya.Dia tidak tahu apa yang akan dikatakan Cakra, tapi dia sudah siap kalau harus mengakhiri pernikahan dengan Akash. Karena dia yakin Cakra pasti marah setelah mengetahui kebenarannya.Ceklek!Pintu ruangan terbuka, Asha berdiri dan sedikit menunduk memberi hormat. Sudah kebiasaannya sejak dulu seperti itu.“Duduk Sha,” ujar Cakra dengan suara beratnya yang membuat suasana terasa jauh lebih tegang dari sebelumnya.Asha menuruti perintah Cakra. Dia duduk di bangku di seberang Cakra duduk. Mereka duduk terpisah meja kerja yang cukup besar.&
“Kamu yang perlu jaga lisan Cantika!” Asha menoleh ke belakang, entah sejak kapan Akash berdiri di belakangnya, yang jelas saat itu dia bicara tegas dan membuat Cantika terkejut.“Kash, maksud kamu apa?” tanyanya.“Asha istriku, dia berhak menyebut Mamaku dengan sebutan Mama, dia bukan pembantu di rumah ini yang punya kewajiban memanggil Mama dengan sebutan Nyonya,” ucap Akash membuat Cantikan makin kaget.“Tapi Kash, di…” Kalimat Cantika terhenti saat melihat telunjuk Akash mengarah padanya.“Jangan karena kita teman sejak kecil dan aku cerita banyak hal ke kamu terus kamu merasa punya hak untuk ikut campur dalam urusanku. Asha adalah istriku, urusanku. Jangan menghina dia di hadapan orang lain, kamu gak berha
Asha berdiri di depan sebuah perusahaan besar siang itu, pagi tadi dia sangat bersyukur karena mendapat telepon panggilan interview. Meskipun mendadak, tapi Asha menyanggupinya dan sekarang berada di depan perusahaan berlantai sepuluh yang terletak di tengah kota itu.Asha melangkah pelan, menghampiri resepsionis yang sedang bertugas.“Siang,” sapa Asha.“Siang Mbak, mau ketemu siapa?”“Saya Asha, saya ada panggilan interview siang ini,” jawab Asha.Resepsionis yang bertugas nampak mencari nama Asha dan kemudian memberikan sebuah name tag padanya lalu memintanya naik ke lantai tiga.Asha kembali melangkah tenang.
Akash pulang ke rumah setelah mendengar Amerta mengizinka Asha mengajukan khulu.Entah kenapa dia merasa tidak terima dengan keputusan ibunya kali ini. Ini pernikahannya, maka dialah yang berhak menentukan kapan perpisahan akan terjadi.Akash masuk ke kamar dan tidak mendapati Asha di dalam kamarnya.Diambilnya ponselnya dan mencoba menghubungi Asha, panggilan tersambung tapi tidak mendapat jawaban.Akash mengulangi panggilan sekali lagi, namun kali ini pun sama Asha tidak menjawab.Akash sudah hampir membanting ponselnya saat itu, namu diurungkan saat mendengar suara pintu terbuka, Asha masuk ke ruangan dengan sikap tenang.Mereka saling tatap untuk beberapa lama.
Wangi masakan menguar menggugah selera makan siapapun di sana. Namun sayangnya Cakra tidak melihat Asha di meja makan.“Mana Asha? Bukannya tadi sore dia datang dengan Akash?” tanya Cakra penuh harap.Amerta yang masih setia berdiri kemudian mulai bicara.“Iya Yah, sore tadi Asha memang datang dengan Akash,” jawab Amerta.“Lalu dimana dia, kenapa tidak ikut bergabung di meja makan?”“Maaf Yah, Amerta minta Asha pulang sebelum makan malam, tadi Pak Bambang yang mengantar dia pulang,” jawab Amerta menimbulkan kerutan di kening Cakra.“Ada apa?” tanya Cakra penasaran.“Mung