Share

MENGAJUKAN KHULU

Author: LilyAnnie
last update Last Updated: 2025-05-28 21:00:39

“Tante!” Amerta menoleh pada suara perempuan yang memanggilnya, seorang perempuan berambut bergelombang sebahu yang begitu cantik dan anggun.

“Oh, hai Cantika, lama gak ketemu, kapan balik dari Aussy?” tanya Amerta setelah memberikan pelukan selamat datang.

“Sudah lumayan lama Tan, tapi emang baru sempat ke sini nengok Tante, maaf ya Tan.” Amerta mengangguk pelan dan mengajak Cantika duduk di teras rumah.

“Gimana kabar kamu?” tanya Amerta.

“Sehat Tan, cuma sedih saja karena ditinggal nikah sama Akash.” Amerta terkekeh pelan mendengar ucapan Cantika. Amerta cukup tahu kalau teman kecil Akash itu memang menyukai anaknya sejak lama.

“Harusnya sih, aku datang lebih awal ya Tan, biar Akashnya nikah sama aku saja bukan nikah sama anak pembantu.” Wajah Amerta sedikit berubah, dia tidak begitu senang mendengar ucapan Cantika, meskipun begitu dia tetap berusaha menyunggingkan senyum.

“Harusnya aku gak menunda kepulanganku ke Indonesia, pasti saat itu Akash akan lebih memilih untuk menikah denganku untuk menghindari perjodohan dengan Amora dibanding harus menikah dengan anak pembantu.” Perlahan senyum Amerta lenyap, namun Cantika tidak menyadarinya, dia bahkan masih terus bicara seolah Amerta suka mendengarnya.

“Kasihan tahu Tan, dia pasti diporotin sama istrinya kan? Baru nikah saja sudah disuruh bayar hutang ibunya, terus sekarang harus menghidupi mereka berdua, kan kasian banget Akash.” Wajah Amerta berubah datar. Dia benar-benar ingin marah saat mendengar kata-kata Cnatika.

“Tapi aku senang loh Tan, sampai sekarang mereka belum juga berhubungan, aku yakin ntar lagi juga mereka pisah. Nanti kalau mereka pisah Tante setuju gak kalau aku yang jadi istri Akash?” Amerta makin terkejut mendengar penuturan Cantika.

“Cantika dengar semua ini dari siapa?” tanya Amerta.

“Dari Akash, dia cerita semuanya sama aku dan Farid setelah kami pulang dari Aussie,” jawab Cantika penuh semangat.

“Cantika maaf, Tante harus lanjut siapin makan malam, kalau gak keberatan Cantika bisa pulang dulu ya?” Cantika sedikit kaget saat itu, tapi dia tetap tersenyum.

“Oh iya Tan, malam ini ada acara makan malam ya dengan keluarga besar?” tebak Cantika.

“Iya benar, malam ini ada makan malam keluarga,” jawab Amerta singkat.

“Berarti Akash akan datang dong Tan? Semoga istrinya gak ikut ya Tan, gak level banget dia sama kita.” Kekehan Cantika tidak ditanggapi Amerta. 

Perempuan itu lantas berpamitan dan meninggalkan rumah keluarga Kurniawan.

Amerta masuk ke rumah dengan perasaan tidak nyaman. Dia teringat pada Asha, dia meminta Akash membawa Asha malam ini, dia harus bicara dengan menantunya itu.

***

Amerta menatap Asha yang baru saja datang bersama Akash. Sudut mata menantunya itu terlihat sendu meski berusaha disembunyikan dengan senyuman.

“Kalian sehat?” tanya Amerta.

“Sehat Ma,” jawab Akash.

“Sha, bisa kita bicara Nak?” Asha mengangguk pelan.

“Mama mau bicara sama Asha dulu ya Kash, gak papa kan?” ucap Amerta pada anaknya dan Akash tentu tidak melarang.

“Ayo ikut Mama ke kamar.”

Amerta menggiring Asha masuk ke kamar meninggalkan Akash yang lebih memilih masuk ke ruang kerja kakeknya.

Mereka berdua duduk di sofa di dalam kamar, Amerta memutuskan untuk bertanya langsung pada Asha tentang rumah tangga mereka, dia tidak ingin mendengar dari orang lain. Dia sudah cukup kaget mendengar penuturan Cantika sebelumnya.

“Sha,” panggilan Amerta membuat Asha melihat ke arah ibu mertuanya. “Bagaimana hubunganmu dengan Akash Nak? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?” tanyanya.

“Alhamdulillah Mas Akash baik Ma,” jawab Asha berusaha jujur.

Amerta meraih tangan Asha, menggenggam dan mengusapnya, berusaha menyalurkan perhatian lebih agar Asha merasa aman dan nyaman dengannya.

“Jujur Sha, apa dia benar-benar memperlakukanmu dengan baik?” tanya Amerta sekali lagi.

“Iya Ma, Mas Akash baik.” Amerta tahu Asha tidak benar-benar jujur saat itu, dia bisa menangkap sorot mata kecewa dari menantunya. Dia masih bisa bersyukur karena yang dia lihat bukan sorot mata kebencian.

“Apa benar Akash belum pernah menyentuhmu Nak?” Asha mengangkat wajahnya, menatap ibu mertuanya yang baru saja bertanya.

Kali ini Amerta menangkap ketakutan di mata Asha saat itu. 

“Jangan takut, Mama cuma mau kamu jujur, apa benar dia belum pernah menyentuhmu?” Asha menundukkan kepalanya, berpikir keras darimana mertuanya tahu hal yang harusnya hanya dia dan Akash yang tahu.

“Bisakah pertanyaan itu diberikan ke Akash Ma? Asha gak bisa jawab.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Asha, karena dia tidak tahu harus menjawab apa lagi.

Dan jawaban itu cukup untuk meyakinkan Amerta kalau anaknya memang belum memberi menantunya nafkah batin.

“Mama minta maaf, Mama gak tahu anak Mama selama ini menelantarkanmu seperti itu,” ucap Amerta lirih.

Asha membalas mengusap lembut tangan ibu mertuanya, senyum masih terpatri di wajah Asha.

“Mas Akash baik Ma dan apapun yang terjadi dalam rumah tangga kami, itu sudah atas kesepakatan kami berdua. Maaf kalau Asha mengecewakan Mama dan keluarga besar.” 

Entah kenapa, Asha merasa ini akan menjadi akhir dari hubungannya dengan Akash.

Amerta pasti akan mengatakan semuanya pada Cakra dan hal itu akan membuat pernikahan ini berakhir lebih cepat dari yang dipikirkannya. 

“Apa Kinasih tahu masalah ini?” Asha menggeleng pelan.

“Ibu gak tahu apapun, semua yang terjadi dengan kami itu semua keputusan kami berdua Ma, Ibu gak pernah tahu.” Amerta mengangguk.

“Kamu pasti kecewa kan dengan Akash?” Asha hanya mengulum senyum.

“Asha cuma manusia biasa Ma, bohong kalau Asha gak kecewa. Tapi ini memang yang terbaik untuk kami, Asha sendiri gak bisa melayani Mas Akash tanpa rasa.” Kali ini Asha sedikit berbohong.

“Kamu gak punya perasaan pada Akash Nak?” Asha diam, dia memilih untuk tidak menjawab, karena sejujurnya dia belum tahu apakah dia sudah punya khusus untuk Akash atau tidak.

“Mama sangat berharap pernikahan kalian bisa dipertahankan Sha, jujur Mama suka banget sama kamu. Kamu sangat santun, sabar, dan Mama tahu banget kalau kamu pintar masak,” ujar Amerta.

“Kalau kamu ada rasa, Mama harap kamu mau berjuang, Mama yakin Akash bisa diluluhkan. Tapi kalau kamu sendiri gak ada rasa…” Amerta menjeda kalimatnya, “Mama izinkan kamu mengajukan khulu bila dirasa perlu.”

Deg!

Khulu???

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   HARAPAN AMERTA

    “Kamu yang perlu jaga lisan Cantika!” Asha menoleh ke belakang, entah sejak kapan Akash berdiri di belakangnya, yang jelas saat itu dia bicara tegas dan membuat Cantika terkejut.“Kash, maksud kamu apa?” tanyanya.“Asha istriku, dia berhak menyebut Mamaku dengan sebutan Mama, dia bukan pembantu di rumah ini yang punya kewajiban memanggil Mama dengan sebutan Nyonya,” ucap Akash membuat Cantikan makin kaget.“Tapi Kash, di…” Kalimat Cantika terhenti saat melihat telunjuk Akash mengarah padanya.“Jangan karena kita teman sejak kecil dan aku cerita banyak hal ke kamu terus kamu merasa punya hak untuk ikut campur dalam urusanku. Asha adalah istriku, urusanku. Jangan menghina dia di hadapan orang lain, kamu gak berha

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   ISTRI PENGGANTI

    Asha berdiri di depan sebuah perusahaan besar siang itu, pagi tadi dia sangat bersyukur karena mendapat telepon panggilan interview. Meskipun mendadak, tapi Asha menyanggupinya dan sekarang berada di depan perusahaan berlantai sepuluh yang terletak di tengah kota itu.Asha melangkah pelan, menghampiri resepsionis yang sedang bertugas.“Siang,” sapa Asha.“Siang Mbak, mau ketemu siapa?”“Saya Asha, saya ada panggilan interview siang ini,” jawab Asha.Resepsionis yang bertugas nampak mencari nama Asha dan kemudian memberikan sebuah name tag padanya lalu memintanya naik ke lantai tiga.Asha kembali melangkah tenang.

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   UNEG-UNEG ASHA

    Akash pulang ke rumah setelah mendengar Amerta mengizinka Asha mengajukan khulu.Entah kenapa dia merasa tidak terima dengan keputusan ibunya kali ini. Ini pernikahannya, maka dialah yang berhak menentukan kapan perpisahan akan terjadi.Akash masuk ke kamar dan tidak mendapati Asha di dalam kamarnya.Diambilnya ponselnya dan mencoba menghubungi Asha, panggilan tersambung tapi tidak mendapat jawaban.Akash mengulangi panggilan sekali lagi, namun kali ini pun sama Asha tidak menjawab.Akash sudah hampir membanting ponselnya saat itu, namu diurungkan saat mendengar suara pintu terbuka, Asha masuk ke ruangan dengan sikap tenang.Mereka saling tatap untuk beberapa lama.

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   KEMARAHAN AMERTA

    Wangi masakan menguar menggugah selera makan siapapun di sana. Namun sayangnya Cakra tidak melihat Asha di meja makan.“Mana Asha? Bukannya tadi sore dia datang dengan Akash?” tanya Cakra penuh harap.Amerta yang masih setia berdiri kemudian mulai bicara.“Iya Yah, sore tadi Asha memang datang dengan Akash,” jawab Amerta.“Lalu dimana dia, kenapa tidak ikut bergabung di meja makan?”“Maaf Yah, Amerta minta Asha pulang sebelum makan malam, tadi Pak Bambang yang mengantar dia pulang,” jawab Amerta menimbulkan kerutan di kening Cakra.“Ada apa?” tanya Cakra penasaran.“Mung

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   MENGAJUKAN KHULU

    “Tante!” Amerta menoleh pada suara perempuan yang memanggilnya, seorang perempuan berambut bergelombang sebahu yang begitu cantik dan anggun.“Oh, hai Cantika, lama gak ketemu, kapan balik dari Aussy?” tanya Amerta setelah memberikan pelukan selamat datang.“Sudah lumayan lama Tan, tapi emang baru sempat ke sini nengok Tante, maaf ya Tan.” Amerta mengangguk pelan dan mengajak Cantika duduk di teras rumah.“Gimana kabar kamu?” tanya Amerta.“Sehat Tan, cuma sedih saja karena ditinggal nikah sama Akash.” Amerta terkekeh pelan mendengar ucapan Cantika. Amerta cukup tahu kalau teman kecil Akash itu memang menyukai anaknya sejak lama.“Harusnya sih, aku datang lebih

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   BEBAN HIDUP

    Akash melihat ke sekeliling rumah, sabtu pagi itu dia terbangun pukul sembilan dan mendapati rumah begitu lengang, seolah hanya dia penghuni di rumah itu dan tidak ada yang lain. Akash tahu Humairah–ibu mertuanya sedang ada acara dengan Amerta–ibunya, tapi Asha, kemana dia?Akash membuka ponselnya, melihat mungkin ada pesan dari Asha yang berpamitan, tapi tidak ada. Yang ada justru ajakan berkumpul dari Cantika dan Farid, dua teman lamanya yang memang sering mengajaknya bertemu.Akash sebenarnya bingung, sudah beberapa hari ini Asha bersikap aneh, tidak seperti biasanya. Selama ini Asha tidak pernah absen membangunkannya sebelum adzan subuh, kali ini Asha melakukannya setelah dia sendiri menyelesaikan sholat subuh.Biasanya, Asha akan cerewet dan melarangnya tidur kembali setelah subuh, tapi kali ini bahkan hari ini, Asha tidak membangunkannya sebelum dia pergi meninggalkan rumah.Kemana dia?***Sementara itu Asha ternyata sedang melepas penatnya dengan berjalan santai dan berakhir di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status