Share

UCAPAN NADIA

Author: LilyAnnie
last update Last Updated: 2025-07-16 22:31:12

Pagi itu, aroma teh hangat dari dapur rumah keluarga Cakra menyebar pelan ke lorong-lorong rumah yang sudah mulai hidup sejak subuh.

Beberapa ART sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang membersihkan lantai 1 dan 2, ada pula yang sibuk menyiapkan menu untuk makan siang. Namun ada satu orang ART yang nampak tidak memiliki kesibukan pagi itu.

Nadia, salah satu ART muda yang baru setahun bekerja di sana, melirik ke arah halaman belakang—di sanalah Kinasih sedang menyiram tanaman, dengan gerakan tenang dan penuh irama yang khas bersama dengan Amerta–besannya.

Ada satu bagian di halaman belakang yang sejatinya menjadi daerah kekuasaan Amerta. Di sana ada kebun khusus yang dibangun Sandy untuk menyenangkan istrinya yang mencintai pemandangan alam dipenuhi bunga dengan berbagai warna cantik. Tidak sembarang orang yang boleh kesana. Selaian Amerta dan Kinasih, Nadia adalah satu-satunya orang yang boleh kesana.

Nadia menatap lekat Kinasih, wanita yang pernah menjadi ART sam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   PULANG

    Matahari sore menyusup lembut melalui jendela besar kamar bawah. Sejak keluar dari rumah sakit, Asha memutuskan untuk menempati kamar bawah bersama Akash dan bayinya nanti. Ia sedang duduk bersimpuh di sisi ranjang bayi yang baru saja ia pasang bersama Akash pagi tadi. Tangan lembutnya merapikan selimut kecil bermotif awan, memastikan tak ada satu lipatan pun yang mengganggu kenyamanan putranya nanti. Bayi kecil itu, besok pagi akan pulang ke rumah dan dan tawanya pasti akan menjadi magnet cerita untuk seisi rumah."Akhirnya, bisa mengurusmu di rumah dengan tangan Bunda," ucapnya sambil menatap kasur kecil itu, seolah sedang berbicara dengan bayinya.Suara langkah pelan terdengar dari balik pintu. Akash muncul dengan membawa sebotol air hangat dan senyum yang tak pernah berubah sejak hari pertama Asha membuka matanya dari masa kritis.

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   MEMBAIK

    Waktu berlalu cukup lambat untuk Akash dan Asha, tapi mereka bersyukur dalam lambatnya waktu yang mereka lewati ada hal lain yang tumbuh–harapan yang semakin tinggi dan tidak pernah mati.Apalagi saat mendengar dokter mengatakan kondisi bayi Atha Raka semakin membaik. Pada akhirnya bayi itu diizinkan keluar dari ruang inkubator dan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Hal pertama yang dilakukan Akash adalah mengadzani putranya, sesuatu yang ia tunda karena kondisi memang belum memungkinkan.Asha memangku bayi mungilnya, sementara itu Akash berlutut di sampingnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga kecil Atha Raka. Dengan suara bergetar ia mengumandakan adzan, pelan, penuh haru dan penghayatan.Air matanya menetes, begitu juga dengan air mata di wajah Asha, tapi meski begitu, senyum hadir di wajahnya. Pemandangan ayah dan anak di hadapannya menghadirkan kehangatan dalam hati. “Selamat datang pejuang hebat, terima kasih sudah bertahan sejauh ini.” ucap Akash pada bayi kecilnya. “Bertahanl

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   PERMOHONAN ADRIAN

    Adrian berada di ruangan Cakra dengan kepala tertunduk sambil menunggu kedatangan pria dengan rambut penuh uban tapi tetap terlihat berwibawa di usianya yang hampir menginjak enam puluh tahun.Klik.Pintu ruangan terbuka, Adrian sigap berdiri dan memberi hormat pada Cakra yang baru masuk dan duduk di seberangnya. “Duduk!” perintah Cakra. Adrian menunduk sebentar lalu kembali duduk di posisinya semula. “Ada apa?” tanya Cakra.“Pak Cakra, saya datang untuk minta maaf sekali lagi atas kelakuan Amora. Saya tahu Akash belum bersedia menemui kami, terutama Amora, tapi saya mohon Pak, tolong jangan seperti ini ke kami.”Chakra tak langsung menjawab. Ia hanya menautkan jemarinya dan menatap Adrian lurus-lurus, membuat pria yang pernah menjadi

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   PERMINTAAN ASHA

    Waktu berlalu cukup lambat di ruang perawatan VIP. Dua minggu sudah Asha terbaring di rumah sakit. Pucat di pipinya mulai tergantikan semburat merah muda, dan senyum kecil sudah berani bertengger di sudut bibirnya. Meski tubuhnya belum sekuat dulu, semangatnya perlahan bangkit, terutama sejak ia mulai bisa memompa ASI untuk putra kecilnya.Setiap pagi dan sore, dengan penuh kelembutan, suster akan membawakan alat pompa dan menyemangatinya. Asha melakukannya dengan sabar, kadang diiringi tangis haru diantara senyum yang tertahan. Akash tidak pernah berhenti mendampinginya. Lupakan soal pekerjaan yang entah bagaimana kabarnya sekarang, bahkan kalau karena lebih memilih Asha dia dianggap tidak lagi mumpuni memimpin timnya, maka itu pun tidak apa. Fokusnya saat ini, hanya Asha dan Atha Raka.Memompa asi menjadi rutinitas harian Asha selama sepekan terakhir. Setelah dipompa ASi akan dikirim ke ruang NICU, ke ruang inkubator tempat bayi kecilnya berjuang menyempurnakan nafasnya.Dokter meny

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   ATHA RAKA

    Beberapa jam setelah kesadarannya perlahan pulih, Asha dipindahkan dari ruang ICU ke ruang perawatan VIP. Ruangan itu tenang, bersih, dengan jendela lebar yang memandangkan langit Jakarta. Aroma antiseptik masih kuat tercium, tapi jauh lebih bersahabat dibanding detak mesin-mesin ICU yang mencekam sebelumnya.Asha berbaring dengan posisi setengah duduk, wajahnya masih pucat, tapi rona hidup mulai kembali tampak di pipinya. Di sisi kanan tempat tidur, Akash duduk tenang dan terus memandangi wajah pucat istrinya, kemeja yang ia pakai tidak serapi biasanya, pertanda beberapa hari ini dia tidak mengurus diri dengan baik. Di sisi lain Kinasih, duduk dengan tatapan penuh haru dan syukur. Setelah beberapa hari terakhir diliputi rasa was-was karena kondisi Asha yang tidak menentu, hari ini… senyum bahagia itu hadir.“Ibu bersyukur kamu sudah sadar Sha,” ucap Kinasih lembut sambil menyentuh pelan lengan putrinya.Asha tersenyum lemah. “Iya Bu, Asha juga senang banget bisa lihat kalian semua lag

  • PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG   SADAR

    Amora terpaksa menuruti permintaan ayahnya untuk ikut ke rumah sakit. Dengan setengah terpaksa Ia berlutut di hadapan Akash yang sedang duduk di ruang tunggu saat dokter memeriksa kondisi Asha di dalam ruangan. Tubuhnya membungkuk rendah, hingga dahinya hampir menyentuh lutut pria itu. Tidak ada tangisan yang terdengar, hanya ucapan maaf yang terdengar lemah.“Akash... aku mohon maaf...” ucapnya dengan nada parau. “Aku… aku terlalu cemburu. Aku gak terima kalau Asha mengandung anakmu, karena itu aku datang ke rumahmu dan meminta dia meninggalkanmu. Aku gak berniat menyakitinya sama sekali Kash, aku cuma—”Kalimat Amora terhenti saat ia mendongak dan melihat Akash menatapnya tajam, tanpa berkata apa pun. Hatinya dingin.“Aku cuma mau mengingatkan perempuan itu kalau dia tidak pantas untukmu.” Akash menatap nyalang pada Amora. Tidak hanya Akash, Kinasih dan Amerta yang berada di sana pun melihatnya dengan sorot mata marah.“Pergi, sebelum aku berbuat kasar Amora,” ucap Akash dengan sua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status