Share

14. Malam 2

last update Last Updated: 2024-09-13 15:55:11

Puspa jadi serba salah. Setiap kali papa dan anak bersitegang, itu karena dirinya. Apa dia salah jika menegur? Hari ini memang ada acara bebas di sekolahan Vanya. Acara bazar di hari ulang tahun sekolahan itu.

Kalau bukan dia yang menegur, pasti di sekolah nanti akan ditegur juga oleh gurunya. Justru orang tua yang malu kalau begini. Dikira tidak mendidik anak dengan baik.

"Mas, sehabis nganterin Sony ke sekolah. Aku mampir ke rumah ibu." Puspa bicara sambil menyiapkan piring untuk suami dan anak-anak di meja.

"Iya," jawab Bram singkat.

"Jangan lupa, aku ingin ngomong serius dengan, Mas."

Bram diam memandangi istrinya yang sedang menyiapkan sarapan.

Kemudian Sony yang menyeret tas sekolahnya datang dan duduk di kursi. Disusul Vanya yang sudah berganti memakai kaus longgar.

Saat Bram menasehati anak-anaknya, Puspa diam. Di matanya, Bram adalah seorang ayah yang baik. Selalu mengajarkan anak-anak untuk sopan dan jujur. Makanya Bram tak terima saat Puspa tidak mau jujur padanya.

***L***

Puspa terkejut saat melihat beberapa poster berukuran 1X1 meter dengan foto seorang laki-laki berada di meja panjang ruang pertemuan di rumah orang tuanya.

Melihat wajah itu, darahnya mendidih sekaligus kembali terpuruk. Luka yang tak pernah kering, kembali berdarah-darah dan terasa sangat perih. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Nduk, ayo masuk. Kenapa berdiri di situ." Bu Rukayah yang lebih kerap dipanggil Bu Lurah muncul dari dalam rumah dan tergopoh menghampiri putrinya.

"Ini posternya Nak Dikri yang dikirim tadi malam." Bu Lurah memandangi gambar lelaki yang masih terbungkus plastik di atas meja.

"Rencananya Mbak Indah sama Mas Irwan mau menemui suamimu."

"Untuk apa, Bu?" Puspa melangkah duduk di kursi berukir di ruang pertemuan itu.

"Mau dirangkul untuk diajak mendukung Nak Dikri. Nak Bram kan punya karyawan dan relasi yang banyak."

"Nggak usah, Bu. Bahkan aku pun nggak akan mendukungnya." Ucapan Puspa datar dan dingin.

"Kenapa? Kita sudah lama kenal keluarga Pak Maksum. Mereka orang-orang yang amanah. Pak Maksum sudah beberapa kali menjadi anggota dewan, menjabat camat."

"Zaman sekarang uang yang bicara. Bisa membuat orang mendapatkan apa saja yang diinginkan. Uang bisa untuk mendapatkan jabatan, kedudukan, bahkan bisa membeli harga diri orang lain."

"Puspa," tegur Bu Lurah lembut sambil menyentuh lengan putrinya.

"Tapi bener kan, Bu?"

Bu Lurah tidak memungkiri hal itu. Benar, politik adalah uang. Uang untuk berpolitik.

"Pak Maksum kan omnya Irwan. Sebagai kerabat, apa salahnya kita memberikan dukungan. Semoga saja Nak Dikri benar-benar amanah."

Puspa menggeleng. "Aku nggak akan mendukungnya. Bilang ke Mbak Indah atau Mas Irwan, nggak usah datang ke rumah untuk bertemu Mas Bram, Bu."

Wanita anggun dengan hijab lebar itu tertegun memandangi putrinya. Heran dengan sikap Puspa. Bukankah Puspa dan Dikri kenal dengan baik.

"Bu Lurah, dicari Bu Marto di belakang." Seorang asisten rumah tangga memberitahu Bu Lurah. Wanita itu bangkit berdiri. "Ibu masak sup iga kesukaanmu. Ayo, masuk ke dalam. Ibu mau nemui Bu Marto dulu."

Setelah ibunya berlalu, Puspa pun berdiri melempar setumpuk poster itu ke lantai dan menginjak-injaknya. "Mati, mati kamu," desisnya lirih.

Puas mengacak-acak, walaupun plastiknya hanya kusut sedikit karena cukup tebal membungkus poster itu. Puspa masuk rumah dan langsung ke kamarnya. Mengunci diri dan menangis di lantai.

"Aku menyukaimu sejak dulu. Apa alasanmu menolakku? Katakan Puspa. Apa kamu punya pacar? Siapa dia? Apa lebih tampan dariku, lebih kaya? Dia teman kuliahmu?"

"Lihatlah, bagaimana aku akan memilikimu dengan caraku. Dan kamu akan menyesali itu, Puspa." Terbayang bagaimana cowok itu menyeringai sinis tepat di depan wajahnya. Dan peristiwa kelam itu berputar-putar di kepala. Puspa mendesis untuk menghalaunya.

Next ....

Selamat membaca 🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (42)
goodnovel comment avatar
Erny Ren
sy sdh baca smp d 100 lebih kenapa tiba² ulang dr awal lg?
goodnovel comment avatar
Rahmawati Zainuddin
ceritanya bikin penasaran lanjut ding
goodnovel comment avatar
Rahmawati Zainuddin
lanjut dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   208. Bidadari Kecil 3

    "Bagaimana, May?" teriak Dikri. Tidak sabar menyambut Maya yang keluar dari kamar mandi malam itu."Bentar!"Dikri mondar-mandir menunggu. Dia berharap ada kabar bahagia malam ini. Sudah membayangkan memiliki anak perempuan yang cantik. Biar terobati rindunya pada Denik.Maya keluar dari kamar mandi."Bagaimana?" "Aku hamil," ucap Maya dengan suara bergetar dan netra berkaca-kaca. Menunjukkan testpack dengan garis dua di tangannya.Mata Dikri membelalak dan langsung memeluk Maya dengan erat, hampir tak percaya dengan kabar bahagia itu meski harapannya begitu besar. "Alhamdulillah."Akhirnya setelah dua bulan menikah, Maya baru hamil. Biar menepis dugaan sebagian orang kalau mereka menikah diam-diam karena Maya hamil duluan.Tidak adanya resepsi dan nikah dadakan membuat beberapa orang berprasangka buruk. Apalagi Maya seorang janda."Besok kita cek ke dokter, Mas. Baru ngasih tahu orang tua kita.""Iya." Dikri masih speechless. Tak henti ia mengucap syukur. Masih diberikan kesempatan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   207. Bidadari Kecil 2

    "Sampai sekarang Rayyan belum tahu kalau akulah yang menghancurkan harapannya. Semoga sampai kapanpun dia nggak akan pernah tahu, Ma.""Baiklah kalau gitu. Kita nggak usah ngadain resepsi saja." Bu Ira mengelus punggung putranya sambil tersenyum. Dalam hati berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Dikri dan Maya bahagia.***L***Dua bulan sudah Dikri dan Maya menjadi pasangan suami istri. Mereka tinggal di rumah orang tua Maya karena Bu Anang di Surabaya menunggui Mika yang hendak bersalin. Tiap akhir pekan mereka menginap di rumah orang tua Dikri atau berkunjung ke Surabaya.Maya membuka jendela dapur saat matahari pagi sudah menerobos masuk. Tiap selesai salat subuh, ia akan sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selalu memastikan pagi mereka dimulai dengan sarapan bersama sebelum berangkat kerja. Meski sama-sama sibuk. Salah satu kebiasaan mereka adalah mengatur makan siang bersama setidaknya dua kali seminggu. Kalau Dikri ada acara di luar kantor, ia akan menjemput Maya untu

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   206. Bidadari Kecil 1

    PERNIKAHAN - Bidadari Kecil "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Di depan pintu ada Rayyan bersama Najiya yang tengah hamil besar."Hai, Ray. Ayo, masuk!" Dikri bangkit dan menyambut tamunya. Mereka jarang sekali bertemu dan berkomunikasi lewat telepon. Rayyan pasti lebih sibuk setelah menikah.Maya memperhatikan pasangan itu. Dia belum pernah melihatnya. Karena hampir kenal semua teman-teman Dikri."Nikah nggak ngabarin sih, Mas," protes Rayyan sambil bersalaman. Kemudian ia dan Najiya menyalami Maya, Pak Maksum, dan Bu Ira. Dikri mengenalkan Maya pada Rayyan dan Najiya."Mari silakan duduk," ujar Bu Ira."Maaf, rencananya kan mau tunangan dulu. Tapi kami langsung nikah siri atas saran keluarga. Baru nanti mendaftarkan pernikahan ke KUA. Kapan kalian datang?""Tadi pagi. Dan kami dikasih tahu sama Budhe. Alhamdulilah, saat berulang kali kutanyai Mas Dikri bilang nggak punya pacar. Eh tiba-tiba saja nikah. Rupanya main rahasia selama ini."Dikri tertawa. "Tanyakan ke Budhe, giman

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   205. Semalam di Telaga Sarangan 3

    "Apa dulu itu, kamu menyukai gadis lain, Dik? Makanya dengan berbagai alasan kamu menunda pernikahan kita?" Namun pertanyaan itu hanya terucap dalam dada. Dia tidak akan menanyakannya dan tidak usah tahu. Yang penting mereka sekarang berkomitmen untuk melangkah beriringan membina masa depan. Lupakan masa lalu. Sepahit apapun itu. Dirinya sudah menerima Dikri dan menerima seluruh kisahnya."Kita akan saling mencintai sampai kapanpun, May." Dikri mengecup puncak kepala istrinya. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki Maya. Dikri berjanji dalam hati untuk selalu menjaga Maya, melindunginya, dan menjadi suami yang setia.Maya mengeratkan pelukan. Keduanya terhanyut dalam perasaan dan tuntutan kebutuhan ragawi. Ternyata Maya sudah mengenakan gaun istimewa untuk suaminya. Membuat mereka tidak sabar untuk segera tenggelam menikmati malam pernikahan.Sarangan menjadi saksi keduanya untuk menyempurnakan hubungan. Maya tidak pernah tahu, bahwa dia bukan yang pertama bagi Dikri. "Dik, kita

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   204. Semalam di Telaga Sarangan 2

    "Setelah ini kamu dan Dikri harus mulai membahas mau tinggal di mana, May. Sebab Dikri pun sekarang menjadi anak tunggal. Jangan sampai hal begini akan jadi masalah. Kalau Mas, maunya kamu nemenin Mama," kata Bayu."Mas Bayu, nggak usah khawatir deh. Mama akan ikut aku ke Surabaya. Nungguin aku lahiran. Jangan khawatir, ada ART di rumah jadi Mama hanya duduk mengawasi saja saat kami tinggal kerja. Iya kan, Ma?" Si bungsu merangkul bahu mamanya.Sejak menikah, Mika memang mau mengajak mamanya tinggal bersama. Tapi Bu Anang menolak dengan alasan, kasihan Maya sendirian."Sekarang Mbak Maya kan sudah menikah, Ma. Ada suami yang jagain. Jadi Mama nggak perlu khawatir lagi."Bu Anang memandang Maya. Anak yang paling dekat dengannya. Dibanding dengan kedua saudaranya. Maya yang mungkin bisa dibilang kurang beruntung. Itu pun karena ada andil orang tua yang memaksakan kehendak."Nggak apa-apa Mama ikut ke Surabaya. Kalau pengen pulang ke Nganjuk kan bisa kami jemput. Pengen ke Surabaya bisa

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   203. Semalam di Telaga Sarangan 1

    PERNIKAHAN- Semalam di Telaga Sarangan "Mbak, dulu dia mengulur-ulur waktu nikahin aku. Sekarang dia maunya buru-buru. Kami nikah secepat kilat kayak habis di gropyok hansip saja.""Sssttt, jangan ngomong begitu. Memang takdir jodoh kalian baru sekarang," jawab sang kakak ipar seraya mengaplikasikan bedak di wajah Maya. "Apapun yang pernah terjadi, Mbak salut kalian bisa kembali bersama. Ini jodoh yang sempat belok arah namanya." Nafa, istrinya Bayu terkekeh. "Mbak aja kaget waktu dikabari mama.""Aku sendiri rasanya nggak percaya. Padahal aku sudah mengubur dalam-dalam harapan itu.""Kalian ini jodoh yang tertunda. Mbak doain kalian bahagia. Jangan tunda, segeralah punya momongan. Usiamu sudah tiga puluh tiga tahun, kan?"Maya mengangguk. Make up sudah selesai. Maya membuka lemarinya dan mengambil kebaya warna putih tulang. Itu baju yang ia pakai di hari pernikahan adik perempuannya. Mika. Baru setahun yang lalu, pasti masih muat. Modelnya simple, masih mewah kebaya pengantin saat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status