Share

13. Malam 1

last update Last Updated: 2024-09-13 15:54:55

PERNIKAHAN

- Malam

Suara gedebug mengagetkan Bram. Spontan pria itu meloncat dari tempat tidur. Puspa merintih sambil memegangi lengannya yang sakit.

"Puspa, kamu kenapa?"

"A-aku nggak apa-apa." Puspa tergagap sambil bangkit. Bram berusaha meraihnya. "Aku bisa sendiri, Mas. Jangan sentuh. Aku kotor untukmu." Puspa menghindari tangan yang hendak membantunya.

DEG. Bram terkesiap oleh kalimat itu. Sejenak terpaku menatap Puspa yang terlihat sangat berantakan. Ucapan Puspa terasa nyeri di dadanya. Dalam remang lampu kamar, Bram melihat wajah istrinya yang sembab. Rambutnya masai terurai sebagian menutupi wajah.

"Kenapa bisa jatuh?"

"Nggak apa-apa," jawab Puspa canggung. Entahlah, kenapa dia bisa jatuh. Dia tadi hendak bangun, perasaan kaki sudah menapak di lantai, ternyata masih jauh dan akhirnya dia tersungkur.

"Kamu mau ke mana?"

"Aku mau ngambil air minum." Tak ada lagi kata saya, yang ada sebutan aku.

Bram mengikuti istrinya yang keluar kamar dan mengambil air minum dari dispenser yang ada di pojok ruang santai lantai dua.

Tubuh Puspa lemah oleh perasaannya yang sedang kacau. Berdiri pun tidak bisa tegak. Sempat terhuyung ketika hendak mengembalikan gelas di tempatnya. Bram melangkah cepat untuk menghampiri. Namun Puspa memberikan isyarat tangannya supaya pria itu berhenti. "Aku nggak apa-apa. Jangan mendekat, Mas. Sekarang aku sadar kalau tak layak untukmu. A-aku akan duduk di sini sebentar. Mas, tidurlah."

Dalam temaram lampu ruangan yang kekuningan, Puspa melangkah pelan kemudian duduk di sofa.

Sedangkan Bram masih berdiri memandangi. Ada nyeri dan iba yang muncul tiba-tiba, ada apa dengan Puspa? Dia ingin bicara dengannya tapi Bram belum menyediakan waktu. Banyak hal dipikirkan di kepalanya, termasuk rasa kecewa pada Puspa. Mungkin waktu yang diminta oleh istrinya, adalah untuk menjelaskan pertanyaannya malam itu.

"Mas, tidur saja. Aku ingin di sini." Puspa berkata tanpa mengangkat wajahnya.

Bram menghela nafas panjang, lantas duduk di sofa yang berseberangan dengan istrinya. Belum sempat ada yang berbicara, pintu kamar Sony terbuka. Bocah umur sepuluh tahun itu mengucek matanya.

Dia pun terkejut melihat papa dan bundanya duduk di sana. "Papa dan Bunda, belum tidur?" tanyanya sambil menguap.

"Kenapa Sony terbangun?" tanya Bram.

"Sony haus, Pa. Mau ngambil air minum." Anak itu menunjukkan botol yang biasa ditaruh di kamarnya telah kosong.

"Biar bunda isikan." Puspa bangkit dari duduknya dan mengambil botol dari tangan Sony lantas mengisinya. Setelah itu mengantarkan Sony masuk kamar. Menyelimuti tubuh itu dan memijit kakinya. Tadi sore Sony mengeluh kalau kakinya terasa pegal.

"Bunda, jangan pergi sebelum Sony tidur," pintanya dengan manja. Lengan Puspa diraih kemudian dipeluknya.

"Oke." Puspa tersenyum. Namun hatinya sedih. Anak ini sudah bisa menerimanya. Bahkan terlihat mengkhawatirkan dirinya yang sedang sakit.

Ya, Sony bisa menemukan sosok ibu dalam diri Puspa yang selama ini ia rindukan. Walaupun Puspa masih muda, tapi dia sangat pengertian dengan anak kecil.

Akhirnya Puspa ketiduran di kamar Sony. Wanita itu duduk di kursi dan kepalanya di letakkan di tepi pembaringan. Dia terbangun saat sentuhan mengagetkannya. Spontan Puspa bergeser untuk menghindari tangan Bram. Rasa tak pantas dan tidak percaya diri itu selalu timbul dalam hati disaat suaminya mendekat. Ucapan Bram malam itu begitu membuatnya nelangsa. Juga saat disentuh tangannya di rumah sakit, Bram menghindarinya. Apa dia jijik?

Puspa bangkit dari duduknya. Saat itu azan subuh sudah berkumandang. Bram juga bergegas mengambil air wudhu. Saat Puspa ketiduran di kamar Sony, Bram juga ketiduran di sofa.

Usai salat subuh, Bram sibuk dengan laptopnya sedangkan Puspa ke dapur seperti biasa untuk menyiapkan sarapan. Dia tidak pandai memasak. Makanya selalu ke dapur untuk belajar pada Mak Sri, tentang apa saja masakan yang disukai suami dan anak-anaknya.

"Kak, apa kausmu itu nggak terlalu ketat?" Hati-hati Puspa menegur pelan anak tirinya yang sudah duduk di ruang makan. Setelah sejak tadi ia hanya memperhatikan dan membatin.

Kaus warna putih itu membentuk lekuk tubuh Vanya yang mulai berisi sebagai remaja pubertas. Menggantung dan jika bergerak perutnya pasti kelihatan.

Vanya memandang tidak suka. Tatapannya sangat tajam pada Puspa. "Bukan urusanmu," hardiknya.

"Vanya, yang sopan kalau bicara. Ganti bajumu." Bram yang muncul di ruang makan, berkata tegas pada putrinya. Membuat Vanya kaget lantas berlari kembali ke kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
RIttha Yoguth
bgus bgt, sya suka
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
Mash diam aja ya si pus
goodnovel comment avatar
KASMAWATI
AQ suka cara Puspa ...smg Bram bsa sadar n BS memahami kondisi puspa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 208. Bidadari Kecil 3

    "Bagaimana, May?" teriak Dikri. Tidak sabar menyambut Maya yang keluar dari kamar mandi malam itu."Bentar!"Dikri mondar-mandir menunggu. Dia berharap ada kabar bahagia malam ini. Sudah membayangkan memiliki anak perempuan yang cantik. Biar terobati rindunya pada Denik.Maya keluar dari kamar mandi."Bagaimana?" "Aku hamil," ucap Maya dengan suara bergetar dan netra berkaca-kaca. Menunjukkan testpack dengan garis dua di tangannya.Mata Dikri membelalak dan langsung memeluk Maya dengan erat, hampir tak percaya dengan kabar bahagia itu meski harapannya begitu besar. "Alhamdulillah."Akhirnya setelah dua bulan menikah, Maya baru hamil. Biar menepis dugaan sebagian orang kalau mereka menikah diam-diam karena Maya hamil duluan.Tidak adanya resepsi dan nikah dadakan membuat beberapa orang berprasangka buruk. Apalagi Maya seorang janda."Besok kita cek ke dokter, Mas. Baru ngasih tahu orang tua kita.""Iya." Dikri masih speechless. Tak henti ia mengucap syukur. Masih diberikan kesempatan

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 207. Bidadari Kecil 2

    "Sampai sekarang Rayyan belum tahu kalau akulah yang menghancurkan harapannya. Semoga sampai kapanpun dia nggak akan pernah tahu, Ma.""Baiklah kalau gitu. Kita nggak usah ngadain resepsi saja." Bu Ira mengelus punggung putranya sambil tersenyum. Dalam hati berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Dikri dan Maya bahagia.***L***Dua bulan sudah Dikri dan Maya menjadi pasangan suami istri. Mereka tinggal di rumah orang tua Maya karena Bu Anang di Surabaya menunggui Mika yang hendak bersalin. Tiap akhir pekan mereka menginap di rumah orang tua Dikri atau berkunjung ke Surabaya.Maya membuka jendela dapur saat matahari pagi sudah menerobos masuk. Tiap selesai salat subuh, ia akan sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan. Selalu memastikan pagi mereka dimulai dengan sarapan bersama sebelum berangkat kerja. Meski sama-sama sibuk. Salah satu kebiasaan mereka adalah mengatur makan siang bersama setidaknya dua kali seminggu. Kalau Dikri ada acara di luar kantor, ia akan menjemput Maya untu

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 206. Bidadari Kecil 1

    PERNIKAHAN - Bidadari Kecil "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Di depan pintu ada Rayyan bersama Najiya yang tengah hamil besar."Hai, Ray. Ayo, masuk!" Dikri bangkit dan menyambut tamunya. Mereka jarang sekali bertemu dan berkomunikasi lewat telepon. Rayyan pasti lebih sibuk setelah menikah.Maya memperhatikan pasangan itu. Dia belum pernah melihatnya. Karena hampir kenal semua teman-teman Dikri."Nikah nggak ngabarin sih, Mas," protes Rayyan sambil bersalaman. Kemudian ia dan Najiya menyalami Maya, Pak Maksum, dan Bu Ira. Dikri mengenalkan Maya pada Rayyan dan Najiya."Mari silakan duduk," ujar Bu Ira."Maaf, rencananya kan mau tunangan dulu. Tapi kami langsung nikah siri atas saran keluarga. Baru nanti mendaftarkan pernikahan ke KUA. Kapan kalian datang?""Tadi pagi. Dan kami dikasih tahu sama Budhe. Alhamdulilah, saat berulang kali kutanyai Mas Dikri bilang nggak punya pacar. Eh tiba-tiba saja nikah. Rupanya main rahasia selama ini."Dikri tertawa. "Tanyakan ke Budhe, giman

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 205. Semalam di Telaga Sarangan 3

    "Apa dulu itu, kamu menyukai gadis lain, Dik? Makanya dengan berbagai alasan kamu menunda pernikahan kita?" Namun pertanyaan itu hanya terucap dalam dada. Dia tidak akan menanyakannya dan tidak usah tahu. Yang penting mereka sekarang berkomitmen untuk melangkah beriringan membina masa depan. Lupakan masa lalu. Sepahit apapun itu. Dirinya sudah menerima Dikri dan menerima seluruh kisahnya."Kita akan saling mencintai sampai kapanpun, May." Dikri mengecup puncak kepala istrinya. Ia menyadari betapa beruntungnya memiliki Maya. Dikri berjanji dalam hati untuk selalu menjaga Maya, melindunginya, dan menjadi suami yang setia.Maya mengeratkan pelukan. Keduanya terhanyut dalam perasaan dan tuntutan kebutuhan ragawi. Ternyata Maya sudah mengenakan gaun istimewa untuk suaminya. Membuat mereka tidak sabar untuk segera tenggelam menikmati malam pernikahan.Sarangan menjadi saksi keduanya untuk menyempurnakan hubungan. Maya tidak pernah tahu, bahwa dia bukan yang pertama bagi Dikri. "Dik, kita

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 204. Semalam di Telaga Sarangan 2

    "Setelah ini kamu dan Dikri harus mulai membahas mau tinggal di mana, May. Sebab Dikri pun sekarang menjadi anak tunggal. Jangan sampai hal begini akan jadi masalah. Kalau Mas, maunya kamu nemenin Mama," kata Bayu."Mas Bayu, nggak usah khawatir deh. Mama akan ikut aku ke Surabaya. Nungguin aku lahiran. Jangan khawatir, ada ART di rumah jadi Mama hanya duduk mengawasi saja saat kami tinggal kerja. Iya kan, Ma?" Si bungsu merangkul bahu mamanya.Sejak menikah, Mika memang mau mengajak mamanya tinggal bersama. Tapi Bu Anang menolak dengan alasan, kasihan Maya sendirian."Sekarang Mbak Maya kan sudah menikah, Ma. Ada suami yang jagain. Jadi Mama nggak perlu khawatir lagi."Bu Anang memandang Maya. Anak yang paling dekat dengannya. Dibanding dengan kedua saudaranya. Maya yang mungkin bisa dibilang kurang beruntung. Itu pun karena ada andil orang tua yang memaksakan kehendak."Nggak apa-apa Mama ikut ke Surabaya. Kalau pengen pulang ke Nganjuk kan bisa kami jemput. Pengen ke Surabaya bisa

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Ā Ā Ā 203. Semalam di Telaga Sarangan 1

    PERNIKAHAN- Semalam di Telaga Sarangan "Mbak, dulu dia mengulur-ulur waktu nikahin aku. Sekarang dia maunya buru-buru. Kami nikah secepat kilat kayak habis di gropyok hansip saja.""Sssttt, jangan ngomong begitu. Memang takdir jodoh kalian baru sekarang," jawab sang kakak ipar seraya mengaplikasikan bedak di wajah Maya. "Apapun yang pernah terjadi, Mbak salut kalian bisa kembali bersama. Ini jodoh yang sempat belok arah namanya." Nafa, istrinya Bayu terkekeh. "Mbak aja kaget waktu dikabari mama.""Aku sendiri rasanya nggak percaya. Padahal aku sudah mengubur dalam-dalam harapan itu.""Kalian ini jodoh yang tertunda. Mbak doain kalian bahagia. Jangan tunda, segeralah punya momongan. Usiamu sudah tiga puluh tiga tahun, kan?"Maya mengangguk. Make up sudah selesai. Maya membuka lemarinya dan mengambil kebaya warna putih tulang. Itu baju yang ia pakai di hari pernikahan adik perempuannya. Mika. Baru setahun yang lalu, pasti masih muat. Modelnya simple, masih mewah kebaya pengantin saat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status