Sementara di rumah sakit terdapat seseorang yang duduk bersender di sisi ranjang sembari menangis, dia adalah Liora. Ya! Liora selamat dari kejadian maut itu, sekarang ia menangis karena menyesal telah berbuat jahat kepada semua orang. Tuhan masih baik membiarkanmu ia hidup untuk menebus segala kesalahan-kesalahnnya.
Di sini pun ia tak sendiri, terdapat Ragil yang membuka hatinya lebar-lebar dan ia benar-benar tobat sekarang. Awalnya ia menyesal telah ikut rencana Hesa untuk membunuh Ragil, namun penyesalan tak ada ujungnya. Ia pun senang mendengarkan fakta bahwa Ragil masih hidup.
"Kita sama-sama menyesal, tapi kita tak terlambat untuk memulai semuanya dari awal menjadi lebih baik," ungkap Ragil.
"Tapi apa mereka mau memafkan aku?" tanya Liora dengan suara lirih.
"Pasti, mereka orang baik. Kau hanya dibutakan oleh dendam yang tak jelas, bahkan mereka sudah memaafkan a
Sera berada di dalam mobil bersama dengan Lita, ia baru saja menjemput Lita dari bandara. Awalnya ia menyuruh agar Lita beristirahat terlebih dahulu, tapi Lita tak mau dan dia ingin langsung ke rumah sakit saja. Sera pun menuruti kemauan sahabatnya itu, kali ini Sera lah yang menyetir. Lita tampak sedih saat mengetahui Rian belum juga bangun dari komanya, dan yang membuat ia sedih ialah dirinya yang baru bisa datang ke sini setelah 1 bulan lamanya menyelesaikan urusan di negara tempat tinggalnya itu. Sedih sekali mendengar fakta bahwa sahabatnya sendiri menjadi korban pengeboman itu. "Oh iya, Rafa sama kamu?" tanya Lita. Sera mengangguk. "Kasihan banget Rafa, mamanya baru aja meninggal," ucap Sera. "Aku jadi merasa bersalah dekat dengan Om Rian sedangkan istrinya masih ada," ungkap Lita dengan suara pelan. "Kamu tak salah, itu tandanya mama
Di mansion Giory, Lita tengah bermain-main dengan Rafa. Di sini juga ada Sera yang senantiasa melihat interaksi kedua orang itu, yang membuat ia geleng-geleng ialah Lita menyuruh Rafa memanggil dirinya momy. Namun Rafa pun menurut, dan sekarang Rafa memanggil Lita dengan sebutan momy. Dua orang itu tampak bahagia, apalagi Rafa yang sedari tadi tertawa. Lita pun tampak senang karena sebutan itu, sungguh kebahagiaan mereka itu sangat sederhana. Rafa pun langsung cocok dengan Lita, katanya sih Lita cantik. Pokoknya apapun yang Lita katakan pasti akan dituruti oleh Rafa. "Momy, kapan Afa ketemu papa?" "Nanti malem pasti kamu ketemu sama papa." "Beneran?" "Bener dong, masak momy bohong ke anak momy sendiri." "Hahaha geli momy." "Lita, aku pergi dulu mau keluar sebentar, Arsya udah di depan," pamit Sera lalu berdiri. L
Setelah bertemu dengan Ragil dan Liora, kini Sera dan Arsya berada di dalam markas Balck Rose. Sekitar 200 anggota perwakilan dari beberapa negara hadir di markas ini, mereka berbaris rapi. Sedangkan Arsya dan Sera berdiri di atas menghadap ke arah mereka. Semua orang diam menutup mulut rapat-rapat, mereka bersedih tapi tak mengeluarkan ekspresi. Sebab hari ini adalah hari di mana Balck Rose dibubarkan, kabar mengejutkan yang harus di terima oleh mereka semua. Cukup berat bagi Arsya mengumumkan hal ini, namun mau bagaimana lagi. Ia sudah tak sanggup mengurus organisasi gelap ini. "Saya akan pindah dan menetap ke luar negeri bersama dengan istri saya, dan saya pun berharap kalian menyetujui pembubaran ini. Saya bukanlah ketua yang baik, tapi saya berusaha untuk menjadi yang terbaik." "Balck Rose resmi saya bubarkan mulai hari ini, markas ini bisa kalian pergunakan untuk apapaun. Tapi jangan melakukan hal
Waktu yang ditunggu-tunggu tlah tiba, hari ini adalah hari di mana Arsya dan Sera berangkat ke luar negeri. Mereka berada di halaman mansion Giory, di sini juga ada Robet, Lia, Rian dan juga Lita. Mereka semua berpelukan sebelum perpisahan tlah tiba. Rasanya satu bulan kemarin cepat sekali berlalunya.Sera pun mencoba untuk menahan air matanya karena berpisah dengan keluarganya yang ada di sini. Semua orang menangis, hanya para laki-laki saja yang berdiam diri. Lita sendiri masih tetap berada di sini untuk beberapa minggu ke depan, hubungan dia dengan Rian semakin dekat dan itu membuat Sera merasa senang. Karena Lita sudah berada pada laki-laki yang tepat."Udah jangan nangis lagi," ucap Sera sembari melepaskan pelukan dari Lita."Pokoknya sampai di sana kamu harus hubungi aku," ucap Lita sembari sesegukan."Iya bestie," balas Sera sembari mengelap air mata yang ada di pipi Li
5 minggu berlalu, selama itu pula Sera dan Arsya harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka yang baru ini. Selama itu pula Arsya menjalankan kewajibannya, ia bekerja dan Sera menjadi istri rumah tangga. Bukan lagi ibu rumah tangga, karena Sera belum mempunyai anak.Mereka berdua tinggal di apartemen yang cukup luas, berada di kota modern dan negara ini disebut dengan tempat ketenangan. Tak ada suara bising-bising, orang-orang lebih suka memakai angkutan umum seperti bus ketimbang naik kendaraan pribadi. Seperti saat ini, Arsya dan Sera jalan-jalan berdua.Mereka bisa pergi ke mana saja dengan bebas tanpa takut ada publik yang melihatnya. Mereka benar-benar merasakan ketenangan yang selama ini mereka inginkan. Ketenangan ini berhasil mereka wujudkan walapun harus hidup jauh dari keluarga. Sekarang musim dingin, jadi mereka memakai baju dan pakaian tebal."Bagaimana kalau kita makan ramen s
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja