Sera duduk di ruang tamunya, beberapa menit yang lalu Arsya pulang setelah menjelaskan semuanya kepada dirinya. Namun ia menolak untuk ikut pulang bersama lelaki itu, ia masih butuh waktu untuk menerima semua ini.
Saat ini ia tengah menunggu kedua orang tuanya pulang, jemarinya nampak menari-nari diatas layar hpnya. Tak lama terdengar langkah kaki, dengan segera Sera meletakkan hpnya keatas meja dan berdiri. Benar saja, kedua orang tuanya pulang, namun mengapa mereka bertiga? Siapa orang yang satunya?.
"Sera, kamu disini." Citra memeluk dan mencium sang anak sekilas.
"Dia siapa?" tanya Sera. Citra menggiring Sera untuk duduk dan kini tatapan Sera mengarah kepada seseorang yang telah kedua orang tuanya bawa pulang.
"Dia Liora, untuk sementara dia bakal tinggal disini," ucap Citra, akhirnya dia membawa Liora pulang. Liora bercerita jika dia yatim piatu, Citra yang tak tega dan m
Sera berjalan didalam mansionnya dengan membawa iPadnya. Perempuan itu berjalan sembari melihat kekanan kiri, dirinya berencana akan melihat harimau kesayangannya dikandang. Namun matanya tak sengaja melihat kearah bawah tepatnya diruang keluarga. Dapat Sera lihat jika Liora tengah bermanja-manja dengan kedua orang tuanya membuat Sera menggeram marah.Dari atas sana, tangan Sera mengepal. Hancur sudah moodnya kali ini setelah melihat pemandangan dibawah saja. Karena tak mau melihat ini berlama-lama lagi, Sera pegi dari sana dan mencoba untuk bersikap biasa saja. Ada pertanyaan yang ada dipikirannya, mengapa Liora yang berstatus sebagai orang asing bisa sedekat ini dengan keluarganya?.Kini Sera sudah berada di kandang Singa, denga segera perempuan itu masuk kedalam kandang. Melihat kedatangan Sera, Singa itu langsung berlari kearah Sera dan menubruk badan perempuan itu. Sera tersenyum lalu dirinya mengelus kepala Singa itu yang d
Sera tengah menguping pembicaraan antara kedua orang tuanya dan Liora. Sera berdiri dibelakang pilar besar, sesekali ia mengintip kearah depan. Bodyguard yang melihat kearahnya ia suruh untuk tutup mulut. Untung saja bodyguardnya itu menuruti ucapannya."Dimana orang tuamu Liora?""Aku ngak tau orang tua kandung aku tante. Mereka membuangku, aku besar di pantai asuha.""Mereka benar-benar tak punya hati, bisa-bisanya meninggalkan dan menelantarkan anak secantik dan sebaik kamu.""Om sama tante boleh kasih aku pekerjaan? Aku ngak mau hidup bergantung sama om dan tante.""Kamu jangan bekerja, kamu tinggal di mansion sini saja. Saya dan suami saya yang akan memenuhi kebutuhan kamu.""Tante beneran?""Ya, tante ngak bohong. Anggap saja ini rumah kamu sendiri.""Dan kamu sudah tante anggap sebagai anak tante sendiri.
Keesokan harinya Arsya terbangun, dirinya menggeliat pelan dan menoleh kesamping mendapati Sera yang masih tertidur dengan memeluk dirinya. Lelaki itu hampir lupa jika semalam dirinya menginap di mansion Louwen.Dirinya melihat kearah samping tepatnya kepada jam kecil yang terletak diatas nakas, masih jam 6 pagi. Arsya semakin erat memeluk Sera, dagunya menari-nari diatas kepala milik Sera. Tampaknya istrinya itu terlalu nyaman memeluk dirinya hingga tak kunjung bangun."Wake up Sera," ucap Arsya. Lelaki itu mengalus kepala Sera."Masih ngantuk," Sera mengeliat pelan namun ia malah semakin erat memeluk badan Arsya. Kepalanya berada didada bidang lelaki itu, apalagi tangan Arsya yang ia gunakan sebagai bentalan membuatnya tak mau bangun. Posisi mereka berdua berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.Arsya mendudukkan tubuh Sera dan menahannya supaya perempuan itu tak jatuh. De
Seoarang lelaki berdiri di atas rooftop kantornya sehingga pemandangan dibawah sana bisa ia lihat dari atas. Posisinya dia berdiri di pinggir rooftop bisa dibilang jika melangkah 1 kali bisa dipastikan dia akan jatuh kebawah.Seseorang itu ialah Arsya, setelah mengetahui fakta bahwa Hesa pernah memperkosa bundanya ia langsung pergi menuju dimana kantornya berada. Untuk Sera ia suruh dia berada di ruangannya, ia ingin sendiri merenungkan apa yang telah terjadi.Hembusan angin membuat jasnya sedikit berantakan. Terhitung 1 jam sudah Arsya berada disini dengan posisi berdiri, sama sekali tak ada niatan untuk beranjak dari tempat ini."Mengapa aku merasa lelah dengan semua ini? Keluarga yang ku pikir merestui hubunganku ternyata salah, sama sekali tak ada yang merestui pernikahan ini. Mereka sangat pandai dalam memasang topeng, bahkan dengan ini mereka masih sempat untuk saling menjatuhkan," batin Arsya mir
Masih ditempat yang sama, Sera masih menikmati kegiatannya yaitu membaca novel dengan posisi bersender ketembok. Sedangkan Arsya, lelaki itu berbaring di karpet berbulu dengan berbantalkan paha Sera."Apa kau tak capek membaca novel terus?" tanya Arsya, pasalnya Sera sudah membaca 4 novel berbeda judul."Tidak, aku malah senang bisa membaca novel banyak." Sera menatap kearah Arsya dan mengelus rambut milik lelaki itu."Kau tau? aku sangat nyaman disini seperti tak ada beban hidup sama sekali," celetuk Sera."Nikmati saja, sebentar lagi kita akan pulang karena hari sudah mulai sore," balas Arsya.Sera mengangguk saja, lantas dirinya melanjutkan kegiatannya sedangkan Arsya menikmati elusan yang Sera berikan di rambutnya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, sudah puas mereka menenangkan pikiran disini. Kini mereka berdua akan pulang ke mansi
Arsya berada di sebuah ruangan gelap bersama dengan Hesa, tadi ia bertemu dengan Hesa dijalan dan lelaki itu meminta dirinya untuk ikut bersamanya. Sedangkan Sera ia suruh kekantor sendiri. Diruangan ini hanya ada dirinya dan Hesa saja, mereka sama-sama berdiri menghadap tembok.Ruangan ini cukup luas, ada beberapa kursi dan juga AC. Arsya sendiri bingung, sebenarnya ini ruangan apa. Sepi dan sunyi membuat bulu kuduk merinding, apalagi bunyi jarum jam yang cukup mengerikan. Bahkan tembok di sini banyak sekali noda merah, apa mungkin itu noda datah?."Kau ingin berbicara apa?" tanya Arsya setelah sekian menit tak ada yang mulai pembicaraan.Hesa membalikkan badannya menjadi menghadap Arsya, "Apa kau tak percaya jika saya ayah kandungmu?" tanyanya."Mana mungkin saya percaya dengan orang asing sepertimu," balas Arsya dengan menekankan kata 'orang asing' jangan lupakan jika dirin
Sera sudah sampai di apartemen, perempuan itu tergesa-gesa masuk kedalam lift dan dengan cepat menekan tombol lantainya. Kini ia sudah berada didepan pintu, lantas ia membukanya dan langsung masuk kedalam. Pemandangan pertama yang ia lihat ialah Arsya yang tidur selonjoran disofa.Namun yang menjadi perhatian Sera ialah wajah Arsya yang memar dan juga telapak kaki lelaki itu yang diperban. Lantas Sera mendekati dan berjongkok disamping Arsya yang saat ini tengah memejamkan matanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Arsya? Apakah dugaannya benar jika dia berkelahi dengan Abimanyu dan Hesa?."Arsya?" panggil Sera pelan.Seketika mata lelaki itu mengerjap pelan, dilihatnya wajah sang istri yang lumayan dekat dengannya. Dengan segera Arsya meraih tangan Sera dan menggengamnya lalu ia taruh didadanya."Mengapa bisa seperti ini?" tanya Sera dengan nada lirih.
Pagi harinya Sera terbangun pukul 3 pagi dikarenakan ia merasakan suhu tubuh Arsya yang terasa panas. Lantas ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan merubah posisinya menjadi duduk. Ditempelkannya telapak tangannya keatas kepala Arsya.Panas! Satu kata yang menggambarkan kondisi Arsya sekarang. Lelaki itu juga nampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Sera menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, apa yang harus ia lakukan sekarang?. Dirinya baru pertama kali melihat Arsya demam seperti ini."Arsya?" Sera mencoba membangunkan Arsya."Ser, dingin." Racau Arsya dengan masih memejamkan matanya.Langsung saja Sera memeluk tubuh Arsya dan menenggelamkan badan mereka kedalam selimut. Sera merasakan jika Arsya memeluk erat perutnya, kini posisinya menyender dibelakang dengan tangan menahan tubuh Arsya yang berada di sampingnya. Sera juga mengelus rambut lelaki itu yang sed