Share

Rumah Baru Untuk Pengantin Baru

Keysha  mendesah kesal, dilihatnya Yudistira yang sudah terlelap tidur di sampingnya. Hanya Yudistira yang membuatnya nyaman, di kecupnya kening laki-laki yang amat dicintai, lalu Keysha membaringkan tubuhnya sambil memeluk suaminya.

Sinar sang surya masuk kedalam celah-celah korden, terlihat Yudistira sudah  rapi, sedangkan Keysha masih terlelap.

“Mas... ini jam berapa? Kenapa tidak membangunkan aku, bagaimana jika ibu marah!” seru Keysha, ketika membuka mata dan melihat matahari bersinar terang, di balik jendela.

“Tenang, ibu masih tidur,” sahut Yudistira.

“Oh syukurlah, aku akan mandi dulu, setelah itu aku akan buatkan sarapan,” ujar Keysha, bergegas bangkit dari tempat tidur.

“Aku, sudah siapakan sarapan,” ujar Yudistira sambil tersenyum, menatap Keysha.

Keysha menautkan kedua alisnya.” Mas... nanti ibu marah,” ucap Keysha, ada rasa khawatir tergambar di wajahnya.

“Cepatlah mandi, aku tunggu di meja makan,“ pinta Yudistira, sambil mengusap lembut pucuk kepala Keysha.

Rani, Keysha dan Yudistira sudah duduk di kursi makan. Terlihat Rani begitu lahap menyuap sepiring  nasi goreng.

“kamu ‘kan, Yudistira yang masak nasi goreng ini,” ujar Rani.

“Iya Bu, mumpung Yudistira  di sini, Yudis akan memasak buat ibu.”

“Iya Bu, besok pagi, kami pulang Ke Jakarta,” sela Keysha.

“Baiklah, kapan-kapan Ibu akan berkunjung Ke Jakarta,” jawab Rani.

“Iya Bu, Keysha senang, jika ibu berkunjung ke rumah  Papa,”

“Siapa bilang, aku, akan mengunjungi papamu. Aku akan berkunjung ke rumah Yudistira,“ tukas Rani, dengan ketus.

“Baik Bu, setelah dari sini, aku akan cari rumah, kebetulan uang tabunganku sudah cukup.” Yudistira berucap seraya menatap Keysha, yang terlihat bingung. Pasalnya papanya menginginkan, supaya tinggal di rumah  Papanya.

“Benar Yudistira, beli rumah sendiri, daripada tinggal bersama mertua. Kamu punya harga diri, jika itu rumahmu sendiri,  walaupun sederhana, daripada tinggal di rumah mertuamu meskipun rumahnya mewah,” jelas Rani.

Yudistira mengangguk, sedangkan Keysha, hanya terdiam. Waktu berlalu, Yudistira dan Keysha berpamitan pulang ke Jakarta. 

Keysha merasa lega, bisa kembali ke Jakarta, setidaknya terhindar dari kata-kata pedas ibu mertuanya.  Tapi lebih dari itu, yang terpenting saat ini Keysha  bersanding dengan laki-laki pilihannya.

Sesampainya di Jakarta, Yudistira tidak mau membuang waktu, ia mengajak Keysha mencari rumah baru untuk di tempati.

“Sha, untuk semetara kita tinggal di tempat kost dulu, sampai aku selesai mempersiapkan rumah baru kita  untuk di tempati,” ucap Yudistira.

“Mas, aku ke rumah Papa saja, aku ingin bilang pada Papa dan Mama jika kita  akan tinggal di rumah yang kamu beli sendiri,” ujar Keysha.

“Baiklah, kalau begitu kita ke rumah Papa Rama.”

Sepeda motor ninja melaju kencang membelah jalan, hari sudah mulai gelap, Yudistira memelankan laju motornya ketika memasuki pintu gerbang rumah Rama. Setelah sampai tepat di pintu depan, Yudistira mematikan mesin motor. Keysha segera turun dan dengan langkah kecil, mendekati pintu depan.

“Assalamu’alaikum,” ucap salam Keysha sambil menyembunyikan bel pintu.

“Waalaikumsalam.” Terdengar suara dari dalam rumah. Dan pintu pun di buka.

“Non Keysha,” Sapa seorang wanita paruh baya, dengan senyum mengembang di wajahnya.

“Bi Arum,” sahut Keysha.

“Masuk Non, Tuan dan Nyonya sudah menunggu kedatangan Non Keysha, mereka ada di ruang makan,” jelas Bi Arum.

Keysha dan Yudistira pun masuk kedalam rumah menuju ruang makan, dan benar kata Bi Arum, Rama dan Risma sudah duduk di kursi, senyum mengembang di wajah mereka kertika melihat kedatangan putri kesayangannya.

“Papa, Mama,” sapa keysha seraya memeluk keduanya, secara bergantian.

Diikuti Yudistira yang mencium, punggung tangan kedua mertuanya.

Duduklah, kita sambil makan malam,” ajak Risma.

Yudistira dan Keysha pun duduk di kursi, di samping Risma. 

“Sha, bagaimana kamu dan Yudistira mau ‘kan tinggal di rumah ini,” ucap Rama.

“Maaaf Pa, Yudisrita sudah mempersiapkan rumah untuk Keysha, jadi kami tidak bisa tinggal disini, tapi kami janji akan sering berkunjung ke sini,” jawab Yudistira.

Mendengar perkatatan Yudistira, Rama menghentikan suapanya, wajahnya kini menegang, nampak kemarahan terpancar di wajahnya yang tegas.

“Rumah, apa rumah yang kamu beli sebesar rumah ini,”  gertak Rama.

“Pah, please jangan berdebat di maja makan, Keysha sekarang istri Mas Yudistira, jadi sudah kewajiban Keysha untuk mengikuti keinginan Mas Yudistira. Lagi pula kami ingin mandiri, jadi tolong hargai keputusan kami,” jelas Keysha dengan pelan, menenangkan suasana.

Risma, mendesah panjang, ada rasa kecewa dari setiap desahan napasnya, ditatapnya putri satu-satunya.” Ya sudah pa, biar Keysha yang memutuskan,” ucap Risma pelan.

“Ya sudah terseah kalian.” Akhirnya Rama mengalah.

Beberapa hari kemudian, Yudistira mengajak Keysha untuk pindah ke rumah barunya yang telah selesai di renovasi dan siap untuk di tempati, dengan menaki motor. Yudistira dan Keysha menuju rumah baru yang berada di pinggiran kota. Sekitar satu jan perjalanan sampailah mereka di sebuah perumahan sedehana, Yudistira menghentikan motornya, lalu turun dari motor, Keysha pun mengikuti turun dari motor ketika motor berhenti. Dahi Keysha  berkeryit, Keysha berada di tempat asing, di depan rumah, dengan pagar sederhana. Rumah minimalis tipe 45 dinding bercat putih dan abu-abu mendominasi, ada taman kecil di depan teras, bunga krisan warna putih, kuning dan juga unggu, Keysha, terpaku menyaksikan rumah kecil nan mungil tapi bersih dan tampak indah di pandang.

“Mas ini rumahmu?” tanya Keysha pada lelaki yang beberapa hari yang lalu resmi menjadi suaminya.

“Rumah kita. Maaf tabunganku,  hanya cukup untuk beli rumah cash tapi tipe 45, nggak sebesar rumah Papa Rama, tapi yakinlah pasti kamu nyaman tinggal di sini.” Jelas Yudistira.sambil tanganya merangkul bahu Keysha dan mengajaknya ke dalam rumah.

Aku senang, seperti inilah laki-laki yang aku idamkan, bertanggung jawab dan tahu kewajibannya,” sahut Keysha, merekatkan tangannya ke pinggang Yudistira. ”Terima kasih ya Mas, aku senang kamu berusaha memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami.”

“Yuk kita masuk.” Ajak Yudistira, membuka pintu rumah.

Keysha dan Yudistira melangkah masuk, pintu pun dibuka. Mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam. Ruang tamu dengan kursi dan meja minimalis, tertata rapi, diding dihiasi lukisan bunga tulip. Juga di sudut ruangan ada hiasan bunga sakura plastik, ruang berikutnya ruang tengah, ada sofa panjang dan di depannya tv flat berukuran 32 inc dan ruang tengah tersambung dengan ruang makan, satu set kursi dan meja makan minimalis menambah indah suasana dapur. Dan di samping ruang tengah ada dua kamar tidur.

“Sha, yang ini kamar tidur kita, ada kamar mandinya di dalam,ucap  Yudistira.

“Kamu sendiri Mas yang mendesain interior rumah.”

“Iya aku sendiri, bagaimana kamu senang, kalau ada yang nggak sesuai  keinginanmu kamu bisa merubahnya.”

“Nggak kok Mas, semuanya sudah bagus, aku senang.”

“Baiklah sekarang, kamu mandi dulu, hari sudah senja aku akan siapkan makan malam,” pinta Yudistira.

Keysha mengangguk tanda setuju, Yudistira mencium kening Keysha, lalu bergegas  menuju dapur. Sedangkan Keysha berdiri di depan kamar, sebuah kamar yang tidak seluas kamar Keysha di rumah Papanya. kini akan menjadi tempat tidurnya bersama  Yudistira, sebuah ranjang dengan sprei warna biru dengan motif bunga kecil, Semuanya nampak biasa saja dan sederhana. Dilangkahkan kaki Keysha dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa bangga menyusup hatinya, walaupun rumah ini sangat sederhana ini adalah hasil kerja keras suaminya dan ia sangat menghargai semuanya ini.

Satu persatu-satu Keysha menata baju ke dalam almari, di situ ia melihat baju-baju  Yudistira sudah tertata sangat rapi,  Yudistira memang tipe orang yang suka kebersihan, dia tidak bisa melihat sedikitpun kotoran di dekatnya, oleh karena itu tempat ia tinggal selalu bersih dan rapi berbeda dengan Keysha untuk kebersihan kamar saja Bi Arum yang selalu membersihkannya.

Hari menjelang malam, Keysha sudah membersihkan diri dan menghampiri Yudistira yang sudah menata menu makan malam.

“Sha, yuk kita makan,” ajak Yudistira.

Yudistira dan Keysha, menikmati makan malam, dengan binar mata bahagia. Hingga mereka di kejutkan suara mobil yang berhenti tepat di depan pagar rumah. Dengan gegas keduanya keluar dan melihat siapa yang malam-malam datang ke rumah.

“Papa, Mama!” seru Keysha nampak terkejut dengan kedatangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba.

Yudiastira dan Keysha menghampiri Rama dan Risma yang baru saja turun dari mobil alphard warna hitam.

“Jadi hanya sebuah gubuk, yang bisa kamu berikan pada Keysha,” ujar Rama sinis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status