Yudistira tidak bisa berbuat apa pun, dia merasa berdiri di dua persimpangan, di sisi lain, ibunya dan di sisi satunya istrinya. Dengan lembut di usapnya punggung Keysha.
“Sabar ya Sha, ibu masih belum sembuh benar, jangan kamu masukkan setiap kata-kata ibu dalam hati,” ujar Yudistira, sembari mengecup kening Keysha, dan mengusap air mata Keysha.
Keysha mengulas senyum tipis, rasa tenang ia rasakan begitu mendapat pelukkan dan kecupan dari Yudistira.
“Aku, tidak peduli dengan yang lain, aku hanya peduli denganmu. Asalkan kamu selalu di sampingku, dan mendukungku itu sudah cukup bagiku,” balas Keysha pelan, seraya merekatkan pelukannya pada tubuh Yudistira.
Ingatan Keysha, kembali di mana tahun ketika dirinya pertama kali bertemu Yudistira. Tahun 2016 di Kota Yogyakarta penuh pesona.Kala itu ia menghabiskan waktu liburan bersama Hanin, sahabat karibnya.
Flasback
Yogyakarta, tahun 2016
“Sha, ayo dong keluar kamar. Lihat bintang dan bulan bersinar terang, apa kamu mau menyia-nyiakan pemandangan yang begitu indah,” seru Hanin yang masih berdiri di depan jendela, ia berucap tanpa menatap ke arah Keysha
“Han, aku capek, seharian lho kita jalan-jalan keliling Yogya. Kita kan masih punya satu hari di kota ini,” ucap Keysha sambil memeluk sebuah bantal yang sangat empuk dan nyaman.
Hanin teman baik Keysha semenjak SMP dan persahabatan mereka berlanjut sampai saat ini walau mereka terpisah selama 3 tahun, karena beda SMA, dan kali ini Kysha dan Hanin memilih universitas yang sama di Jakarta, tapi fakultas yang berbeda. Keysha memilih jurusan ekonomi sedangkan Hanin jurusan hukum. Sengaja 5 hari ini mereka berlibur di Kota Yogya, sebelum memulai perkulihaan yang pastinya menguras waktu dan tenaga.
Tiba–tiba Hanin menarik tangan Keysha sambil berucap, “Ayolah Sha, please cuma satu jam, kita cari makan di dekat hotel, aku tadi tidak selera dengan menu resto hotel.”
Hanin, gadis berambut pendek dan ikal, serta tubuh yang agak lebar terus memaksa Keysha untuk jalan-jalan.
“Ih, Han, kamu seperti anak kecil saja, ya udah, tunggu sebentar aku ganti baju dulu,” ucap Keysha pada Hanin.
Keysha bergegas mengambil celana joger jeans dan hoody warna merah muda lalu bergegas ke kamar mandi setelah selesai ganti baju ia meraih tas slempang kecil.
“Yuk,” ajak kesha pada Hanin yang sedang bermain ponsel.
“Oke, siap.”
Keysha dan Hanin bergegas keluar kamar menuju loby hotel dan keluar hotel. Jam tangannya menunjukkan pukul delapan malam. Semakin malam, semakin ramai. Banyak para wisatawan keluar dari kamar dan jalan-jalan menyusuri trotoar, di sepanjang jalan ada padagang kuliner yang membuat perut keroncongan. Benar kata Hanin jajanan pingir jalan sangat menggugah selera. Keysha dan Hanin masih menyusuri jalan sambil memilih tempat makan yang nyaman. Netra Keysha tertuju pada sebuah kafe kecil dan sederhana, tempatnya sangat nyaman sedikit jauh dari keramaian, di sana juga ada life musiknya.
“Han, kita ke sana yuk.”
“Hayuk, cacing di perutku sudah meronta-ronta minta makan.”
“Uhh, dasar tukang makan.”
Begitulah Hanin, tubuh lebarnya membuatnya selalu lapar. Padahal tadi sudah makan di hotel, masih saja pengen jajan.
Keysha dan Hanin segera menuju kafe RnR. Kafe nama tertera di pintu depan. Suasana ramai, nyaris tidak ada tempat kosong. Mata Keysha diedarkan mencari kursi kosong, sampai seorang pelayan kafe mengejutkannya.
“Maaf Kak, saya bantu cari tempat duduk,” ucap pelayan kafe dengan sangat ramah.
“Oke, terima kasih,” balas Hanin.
mereka pun mengekor pelayan kafe tadi, dan sebuah meja dengan dua kursi ada di hadapan mereka.
“Silakan Kak, duduk dan mau pesan apa?” tanya pelayan tadi.
Hanin dan Keysha membaca lembaran menu, setelah memilih mereka pun sudah menjatuhkan pilihannya.
“Mbak, aku pesan ayam geprek level 30 yang super pedas dan minumnya jus mangga,” ucap Keysha.
“Aku sama deh seperti Keysha, tapi level 10 saja ayam gepreknya,” ucap Hanin.
“Oke Kak, mohon ditunggu, dan silakan menikmati life musik yang sebentar lagi mulai,” balas pelayan resto dengan senyum ramahnya.
“Terima kasih,” ucap Keysha.
Keysha dan Hanin sibuk memainkan ponsel, sambil menuggu pesanan datang. Tiba-tiba sebuah lagu menggema ke seluruh ruangan kafe. Tepuk riuh pengunjung kafe membuat suasana semakin ramai. Sebuah lagu lawas milik Katon Bagaskara yang berjudul Yogyakarta dinyanyikan oleh sang vokalis muda yang tampan, dengan penampilan modis, celana jeans hitam dipadukan dengan kaos warna hitam dan dilengkapi kemeja putih, lengan pendek dengan kancing terbuka, sepatu snikers warna putih, sebagai pelengkap. Suaranya pun mulai menghipnotis seluruh pengunjung kafe.
Seketika Keysha mematikan ponsel dan menaruhnya di meja. ia menikmati setiap lirik dan nada yang dinyanyikan seorang pria muda, dengan wajah tampan, berkulit putih bersih, rambut hitam yang lurus dan disisir rapi, serta kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya, alis tebal dan mata yang teduh. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan pada insannya.
Lamunannya pada vokalis tiba-tiba buyar, ketika seorang pelayan mengantar pesanannya.
“Ini Kak, pesanannya, selamat menikmati,” ucap pelayan.
“Terima kasih ya Mbak,” ucap Keysha, dan buru-buru ia alihkan pandangannya pada vokalis tampan. Seakan ia tidak mau ketinggalan sedetikpun lirik lagu yang dinyanyikan dengan merdu.
Sepuluh menit Keysha menikmati lagu pertama, setelah itu diganti dengan vokalis perempuan. Netranya mencari ke mana pemuda tadi, tapi ia sudah menghilang di balik dinding kafe.
“Sha, kamu mencari siapa?” tanya Hanin ketika melihat Keysha sibuk mengedarkan pandangannya ke ruangan kafe. dengan menyantap ayam geprek.
“Emm, tidak, aku hanya ingin tahu siapa yang melantunkan lagu tadi.”
“Naksir ya.”
“Ihh apaan sih, apa-apa dibilang naksir. Ah sudahlah, aku makan dulu.”
Keysha mulai menyantap ayam geprek super pedas yang ia pesan. Sambil menahan pedas dan panas ia menghabiskan ayam geprek dan nasi putih tanpa tersisa. Setelah itu di tegguknya jus mangga untuk menghilangkan rasa pedas yang memenuhi mulutnya, hingga bibirnya.
Malam semakin larut, Keysha dan Hanin kembali ke hotel. Tapi pikirannya masih melayang pada pemuda tadi, benar–benar membuat ia penasaran. Begitulah Keysha Rahmania, selalu memikirkan pada sesuatu yang membuatnya penasaran dan sedapat mungkin akan ia cari sampai dapat.
“Han, besok malam, kita makan di kafe tadi ya.”
“Siap, asal dibayarin, aku sih oke aja.”
“Emm maunya gratisan.”
Ahh sungguh indah Kota Yogyakarta ini, dari siang jalan–jalan ke pantai, ke museum, ke kraton sungguh puas rasanya dapat menghilangkan lelah dan penat hidup di Kota Jakarta. Apalagi malam harinya, jalanan kota semakin ramai, musisi jalanan ikut andil meramaikan malam menghibur para wisatawan.
Apalagi malam ini, sungguh membuat Keysha merasa menjadi wanita yang beranjak dewasa dan siap menerima rasa cinta dari seseorang. Keysha tersenyum dalam tidurknya, wajah tampan pria berkacamata membuat hati ini berbunga-bunga. Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Siapakah pemuda itu yang mampu menyusup masuk jauh ke dalam hati Keysha.
Hangatnya sinar sang surya menyapa wajahknya, membuat Keysha terbangun. terlihat Hanin masih tertidur. Keysha mencoba bangkit dari tidurnya dan mencari ponsel. Sejak pulang dari kafe semalam, ia belum membuka ponsel dan langsung tertidur.
“Aku taruh di mana ya ponselku, oh masih dalam tas,” gumannya dalam hati sambil mengedarkan pandangan mencari tas slempang kecil. Akhirnya Keysha menemukan tas di atas meja. ia meraih tas dan kucoba mencari ponsel, tapi ia tidak mendapatkannya, kehilangan ponsel sebentar saja rasanya seperti kehilangan kekasih.
“Han, tahu ponselku nggak,” tanya Keysha pada Hanin sambil mengguncang lengannya.
“Ikan hiu makan pepaya, nggak tahu jangan tanya saya,” ucap Hanin, masih menutup matanya dan semakin rekat memeluk bantal.
“Uhh Hanin, ditanya serius malah jawabnya pantun,” gerutu Keysha, ”Aku pinjam ponselmu, mudah-mudahan masih rejeki,” ucap Keysha sambil mengambil ponsel Hanin. Dan aku mencoba menghubungi nomorku terdengar nada tersambung.
“Assalamu’alaikum,“ sahut seorang pria terdengar di seberang telfon.
“Waalaikumsalam, saya pemilik ponsel yang sekarang anda pegang,” jawab Keysha
“Oke, silakan ambil di RnR Kafe,” balas seseorang di seberang telpon.
“Terima kasih.”
Tut..tut suara ponsel di tutup. Keysha merasa lega akhirnya ponselnya ketemu. Setelah selesai mandi ia pun bergegas menuju RnR Kafe tanpa memberitahu Hanin yang masih terlelap tidur. Beberapa menit kemudian sampailah Keysha di RnR kafe. Kafe tampak sepi, ada dua karyawan yang bersih–bersih kucoba mendekat dan bertanya.
“Mbak, aku mau mengambil ponsel yang semalam ketinggalan,” ucap Keysha, pada seorang gadis yang seumuran dengannya.
“Oh, iya Kak, semalam Mas Yudistira, sewaktu beres-beres meja kafe menemukan ponsel. Dan tadi Mas Yudis menitipkan pada saya, karena dia keburu pulang,” ujar pelayan kafe lalu mengambil ponsel milik Keysha ke dalam. Tak lama dia datang dan menyerahkan ponsel yang harganya lumayan mahal itu kepada Keysha.
“Ini Kak ponselnya, lain kali hati-hati. Untung yang menemukan karyawan sendiri, kalau pengunjung lain, kami nggak bisa jamin,” jelas pelayan panjang lebar.
“Terima kasih, ya Mbak, dan ini ada sedikit uang sebagai tanda terima kasih, tolong sampaikan pada Yudistira cleaning service yang menemukan ponselku,” kata Keysha sambil menyodorkan dua lembar uang warna merah.
“Maaf Kak, nggak usah. Mas Yudistira juga nggak mau nerima. Tadi sudah pesan sama saya jangan menerima imbalan,” jawab pelayan kafe.
“Ya sudah Mbak. Sampaikan terima kasihku padanya,” ucap Keysha sambil mengulas senyum.
Belagu atau baik hati, itu yang dipikirkan Keysha tentang pria yang menemukan ponselnya, jaman sekarang akan sulit menemukan orang-orang seperti Yudistira. Keysha segera kembali ke hotel dan ia mendapati Hanin, sudah menyantap menu sarapan dari hotel.
“Ke mana saja Sha?” tanya Hanin dengan mulut penuh nasi.
“Aku, mengambil ponselku yang tertinggal di RnR kafe semalam,” jawab Keysha sambil duduk di kursi depan Hanin. Dan mulai menyantap sarapan dengan menu nasi goreng telur ceplok.
“Han, hari ini kita akan ke mana? ini hari terakhir kita di Yogya, lusa kita sudah masuk kuliah pertama dan resmi berstatus mahasiswa.”
“Aku sudah browsing beberapa tempat, nanti kita akan ke lokasi yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Sebenarnya lokasi ini di luar Kota Yogyakarta lebih tepatnya ada di Sleman dan Magelang.”
“Oke, siap.”
Habis sarapan Keysha dan Hanin langsung menuju tempat yang Hanin sebutkan tadi. Hingga hari menjelang malam, Keysha dan Hanin sampai di hotel. Dan merebahkan tubuh mereka yang kelelahan. Tak terasa Keysha ketiduran, bunyi ponsel membangunkannya, dan terlihat di layar ponsel Risma menelfonnya.
“Mamah, ada apa?” tanya Keysha sambil menguap karena masih kantuk.
“Besok kamu jadi pulang ‘kan! Sudah pesan tiket pesawat?”
“Sudah dong Mah, oleh-oleh buat Mamah dan Papah juga sudah Keysha belikan.”
“Oke, sayang, selamat istirahat.”
Ponsel ditutup Keysha, sambil melihat jam yang tertera di layar ponsel.
“Ya ampun, sudah jam delapan. Hanin, ayuk kita ke kafe RnR!” seru Keysha pada Hanin. Bergegas Keysha membersihkan diri dan berganti baju, terlihat Hanin masih tertidur. Keysha akhirnya memutuskan untuk pergi ke RnR kafe , karena tidak mau ketinggalan life musik. Malam itu Keysha melangkahkan kaki menuju RnR Kafe tanpa Hanin. Dan terlihat life musik sudah mulai tapi ia kecewa karena seseorang yang ia harapkan tidak tampil. Dengan rasa kecewa Keysha akhirnya memesan pizza dan teh chamomile.
“Mbak, vokalis cowok yang pakai kacamata, apakah malam ini akan tampil?” tanyanya pada pelayan kafe yang mengantarkan pesanannya.
“Oo Mas Yudistira, baru saja turun dari panggung. Hari ini Mas Yudistira cuma tampil satu lagu, soalnya satu jam lagi mau terbang ke Jakarta,” jelas pelayan kafe.
Keysha mengerutkan dahinya mendengar nama Yudistira disebut. “Mbak, namanya Yudistira, apa dia juga cleaning service di sini ?” tanyanya penasaran.
“Betul Mbak, jika kafe tutup. Mas Yudistira menjadi cleaning service,” ucap pelayan resto lalu pergi dari hadapan Keysha.
Rasa kecewa menyelimuti diri Keysha. Karena malam ini ia tidak berhasil, bertemu Yudistira sang vokalis dengan suara merdu sekaligus orang yang menemukan ponselnya.
***
Keysha kembali lagi Ke Jakarta, dan mulai perkulihan setelah satu minggu mengikuti Ospek. mahasiswa memulai mengikuti jam mata kuliah.
dilangkahkan kaki menuju gedung fakultas ekonomi. Setelah menyapa beberapa teman ia memasuki kelas, rasanya sungguh menyenangkan. Babak baru perjalanan sebagai mahasiswa kini ia lalui, fakultas ekonomi adalah pilihan Keysha. Setelah ia berdebat dengan Papah yang menginginkanya menjadi seorang dokter, tapi jiwa bisnis mamah lebih kuat mempengaruhi dirinya hingga akhirnya Keysha memilih jurusan ekonomi sebagai penunjang masa depannya.
Keysha duduk di deretan paling depan. Suasana hening ketika seorang dosen datang, Pak Rahmat Dosen akuntansi masuk. Mata Keysha menangkap sosok pria yang mengikuti Pak Rahmat. Dalam hati ia bergumam ”Yudistira.”
“Assalamu’alaikum, selamat pagi,” ucap Pak Rahmat memulai perkenalan.
“Waalaikumsalam,” jawab semua mahasiswa hampir bersamaan.
“Kalian sudah tahu ‘kan, saya Pak Rahmat yang mengampu mata kuliah akuntansi. Dan beberapa hari ini, saya ada seminar di Bandung, jadi untuk sementara perkuliahan saya wakilkan pada asisten saya, namanya Yudistira, mahasiswa semester 5,” jelas Pak Rahmat dan setelah itu Pak Rahmat pergi meninggalkan kelas.
Yudistira berdiri tepat di depan Keysha. Keysha melihat dengan jelas wajah dengan mata teduh itu semakin berwibawa dengan kemeja warna hijau tua dan celana kain warna hitam.
Sekitar dua jam Yudistira mengajar mata kuliah akuntansi. Dengan cekatan dan penjelasan yang tepat mudah dipahami. Keysha pribadi semakin mengagumi sosok Yudistira. Mengenalnya sebagai cleaning service, vokalis, dan kini asisten dosen membuatnya lebih penasaran untuk mendekati Yudistira.
“Pak Yudistira.” Panggil Keysha ketika selesai jam kuliah, Keysha berlari kecil mengejar langkahnya yang lebar, pria itu pun berhenti dan menoleh ke arahnya.
“Ada yang bisa saya bantu,” ucap Yudistira dengan suara pelan tapi tegas.
“Tidak Pak, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih.”
“Terima kasih, untuk apa?” tanya Yudistira dengan mengerutkan dahinya.
“Untuk ini,” ucap Keysha sambil menujukkan ponselnya.
Yudistira mengulas senyum tipis dan berucap,” Jadi ponsel itu milikmu.”
“Iya, dan sebagai ucapan terima kasih, aku harus mentraktir Bapak.”
“Emm Oke, boleh, rejeki tidak boleh ditolak ‘kan.”
Keysha tidak menyangka Yudistira akan memenuhi permintaannya. Senyum Keysha langsung mengembang.
“Nanti malam aku tunggu di kafe….” Belum sempat Keysha menyebutkan nama kafe, sudah dipotong.
“Di kafe Alamanda, jam delapan,” ucap Yudistira, sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Keysha.
Mulai hari itu, Keysha merasa telah jatuh hati pada pria bernama Yudistira.
Lamunan Keysha membuyar, ketika dering ponsel berbunyi nyaring, segera diraihnya ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur.
“Papa,” batin Keysha ketika melihat layar ponsel.
“Assalamu’alaikum, Pa,” sapa Keysha.
“Waalaikumsalam, Keysha, kapan kamu kembali ke rumah, Papa ingin, kamu tinggal di rumah papa!” pinta Rama, di seberang telpon.
“Maaf Pa, saat ini Keysha, ada di Yogya,” balas Keysha pelan.
“Jangan buang harimu dengan hal yang tidak penting, ada tawaran pekerjaan dari perusahan besar untukmu, besok pulang, papa tunggu kamu di rumah!” peritah Rama.
“Tapi...,”
Tut!...tut!... sambungan telpon di putus Rama. Tanda Keysha harus menututi perintah Rama.
Keysha mendesah kesal, dilihatnya Yudistira yang sudah terlelap tidur di sampingnya. Hanya Yudistira yang membuatnya nyaman, di kecupnya kening laki-laki yang amat dicintai, lalu Keysha membaringkan tubuhnya sambil memeluk suaminya. Sinar sang surya masuk kedalam celah-celah korden, terlihat Yudistira sudah rapi, sedangkan Keysha masih terlelap. “Mas... ini jam berapa? Kenapa tidak membangunkan aku, bagaimana jika ibu marah!” seru Keysha, ketika membuka mata dan melihat matahari bersinar terang, di balik jendela. “Tenang, ibu masih tidur,” sahut Yudistira. “Oh syukurlah, aku akan mandi dulu, setelah itu aku akan buatkan sarapan,” ujar Keysha, bergegas bangkit dari tempat tidur. “Aku, sudah siapakan sarapan,” ujar Yudistira sambil tersenyum, menatap Keysha. Keysha menautkan kedua alisnya.” Mas... nanti ibu marah,” ucap Keysha, ada rasa khawatir tergambar di wajahnya. “Cepatlah mandi, aku tunggu di meja makan,“ pinta Yudistira, sambil mengusap lembut pucuk kepala Keysha. Rani,
Yudistira menarik napas pelan, dan menghembuskannya, mencoba bersikap tenang, waktu mendengar hinaan dari papa mertuanya. “Ini mungkin hanya sebuah gubuk, tapi aku pastikan Keysha bahagia tinggal di gubuk ini,” ucap Yudistira. “Iya, Pa, walaupun rumahnya kecil, tapi nyaman kok Pa, Keysha senang tinggal di sini,” sela Keysha, sambil mengamit lengan Yudisita dan tersenyum. “Benar kamu nyaman tinggal di rumah sekecil ini?” tanya Risma, sambil memicingkan matanya dan memandang rumah minimalis dihadapannya. “Iya Ma, yuk kita masuk, kebetulan kami sedang makan malam. Kita makan malam bersama Pa, Ma,” ajak Keysha. “Nggak usah Sha, papa ke sini, hanya ingin mengantarkan surat penerimaan kerja, kamu di undang dan diterima oleh perusahan besar PT. Agratama Corp.” Rama berkata sambil meyerahkan sebuah amplop kepada Keysha. “Terima kasih Pa. Ini yang Keysha harapkan, bekerja di salah satu perusahaan multi nasional, salah satu perusahahn terbesar di negeri ini,” balas Keysha, meraih amplop
Keysha meninggalkan kantor PT. Agratama Corp, dengan menaiki taxi menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang, ia teringat dengan kata-kata Hanin pagi tadi, yang menyuruhnya belajar memasak. Ya memasak adalah hal yang wajib harus di pelajari sebagai seorang istri, karena dengan menyantap masakan isrti, pasti seorang suami akan merasakan kepuasan tersendiri. Beberapa bahan sudah disiapkan dan dengan melihat resep yang tertera di layar ponsel, Keysha mencoba memasak ayam kecap pedas. “Sreng! Pletok!..bunyi minyak ketika sepotong ayam goreng di masukkan ke dalam wajan, membuat Keysha meloncat mundur, tangannya terkena percikan minyak, hingga membuat Keysha berteriak kesakitan, “Aww aduh,” teriak Keysha. Mendengar teriakan istinya, Yudistira yang saat itu sedang sibuk di depan laptop terkejut, dan berhambur menuju dapur. Dengan sigap ia mematikan kompor dengan api besar itu. “Sha, apa tanganmu terluka?” tanya Yudistira cemas, sambi
Hampir satu bulan, keysha menjadi seorang istri, sungguh, membuatnya extra berfikir keras, apalagi ketika Yudistira menyuruhnya memasang sprei, keringatnya sampai mengalir dari kepala sampai leher, tak dapat juga sprei terpasang, selama hidupnya baru kali ini Keysha memasang sprei, baginya lebih baik disuruh menghitung angka–angka akuntansi daripada disuruh memasang sprei. Mungkin tidak ada masalah jika Yudistira mempunyai asisten rumah tangga. Tapi seorang wanita sudah kodratnya mengurus rumah tangga jadi Keysha akan terus berusaha menjadi istri yang baik. Setelah sprei terpasang, Keysha dan Yudistira menuju meja makan, omlet dan segelas susu sudah ada dihadapannya dan semuanya Yuditisra yang mempersiapkannya. “Sha, hari kita belanja keperluan dapur, kulkasnya masih kosong, sekalian nanti kita mampir ke pasar untuk beli buah dan sayur mayur,” ucap Yudistira. “Beli sayur mayurnya sekalian saja di supermarket.” “Sha, kalau di pasar itu lebih murah dan lebih seger.” “Oh begitu
Keysha masih berdiri di pinggir jalan dekat kantor, beberapa kali ia mencari taxi, tapi tidak di dapat, lewat aplikasipun sulit karena di jam pulang kerja. Solusi satu-satunya menelfon Yudistira, walaupun sebenarnya rumahnya cukup jauh dari kantor, tapi itu jalan satu-satunya untuk dapat pulang. “Halo, Mas Yudis, jemput aku ya.” “Oke .” Sekitar 40 puluh menit kemudian, Yudistira sudah ada dihadapan Keysha dengan motor ninjanya, dan dengan mesra memakaikan helm di kepala Keysha. Kemudian Keysha naik ke motor, dan memeluk erat pinggang Yudistira, yang segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. “Sha, kita sekalian cari makan, kamu mau makan apa?” “Nasi goreng deh.” “Oke, Nyoyah Yudistira.” Yudistira lebih cepat melajukan motornya, beberapa menit kemudin ia berhenti di pinggir jalan, di depan gerobak penjual nasi goreng. “Maaf ya Sha, aku belum terima honor dari klienku, jadi kita makan di sini, lain kali, makan nasi gorengnya di kafe,” ucap Yudistra dengan tatapan mel
Sementara itu di Rumah Sakit Hospital Healty, Rama dengan serius memeriksa pasiennya, Dokter ahli jantung itu begitu profesional dalam menjalankan tugasnya. “Pagi Pak Rama, Bapak memanggil saya,” tanya Andra. “Dra, kamu bisa ‘kan nanti malam datang ke rumah saya.” “Bisa Pak Rama, nanti malam saya akan datang, kalau boleh tahu ada acara apa.” “Bukan acara spesial, cuma makan malam biasa, aku ingin tahu lebih banyak tentang management Rumah Sakit, kita bisa sharing tentang pekerjaan, kamu tahu ‘kan, selain Dokter aku juga dipercaya menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit.” “Oke, Pak Rama .” **** Setelah percakapannya dengan Andra selesai, Rama meraih ponselnya, dan menelfon Keysha. “Assalamu’alaikum, Papah,” Sapa Keysha pelan “Waalaikumsalam, sayang. Bagaimana kabarmu?” tanya Rama. “Baik, Papah sehat ‘kan?” “Seharusnya pertanyaan itu buat kamu, aku dengar dari Mamah beberapa waktu yang lalu, kamu jajan sembarangan, ingat Sha, kesehatan itu bermula dari yang kita makan.” “Iya
Andra, mengangkat tubuh Keysha, lalu dibawanya ke lantai dua, kamar Keysha. Di saat Andra berjalan menaiki tangga dengan membopong tubuh Keysha. Tanpa sepengetahuan Andra, Rama memotretnya dengan kamera ponsel. Senyum licik menyeringai di wajah Rama, niatnya untuk menghancurkan pernikahan Keysha dan Yudistira ada di depan matanya, ia berharap terjadi kesalahpahaman di antara Yudistira dan Keysha. Sementara itu, Andra sedikit gugup harus mengangkat tubuh Keysha. Walau dalam hatinya tidak ada perasaan lagi semenjak tahu jika Keysha lebih memilih Yudistira, tapi sebagai laki-laki normal tetap saja jantungnya berdesir, ketika tangannya memegang tubuh wanita cantik dengan kulit putih mulusnya. Andra memasuki kamar Keysha, kemudian dibaringkannya di ranjang bersprei motif bunga, lalu diselimuti tubuh keysha dengan bed cover sampai batas leher. Setelah memastikan Keysha sudah nyaman dengan tidurnya, Andra keluar kamar dan menutup pintu kamar, lalu bergegas turun ke bawah, di sana dilihatny
Yudistira pergi melajukan motor ninjanya menuju kantor Keysha, kebetulan jam menunjukkan jam istirahat, setelah mengirim pesan lewat WA, Yudistira menunggu Keysha di loby kantor, tak lama kemudian Keysha datang dengan senyum manis di bibirnya. “Mas Yudis, sudah lama nunggunya?” “Nggak, baru 5 menit, yuk kita makan siang, sekaligus ada yang ingin aku bicarakan.” “Ih serius, ada apa?” “Ntar, kita makan dulu.” Yudistira dan Keysha makan di kafe dekat kantor, jadi mereka berjalan kaki menuju kafe, setelah memesan menu makan siang, sambil menunggu pesanan, Yudistira menunjukan pesan WA yang yang berisi foto Keysha dengan Andra. “Sha, lihat ini, Papahmu yang mengirim ini.” Keysha melihat di layar ponsel milik Yudis dan betapa terkejutnya Keysha melihat dirinya yang dibopong Andra. “Berarti yang memindahkan aku ke kamar kemarin malam Mas Andra, dan Papah memotertnya lalu di kirim ke Mas Yudis,” ucap Keysha, netranya mulai berair, ia sedih karena papahnya sendiri yang mempermalukan