Yudistira tidak bisa berbuat apa pun, dia merasa berdiri di dua persimpangan, di sisi lain, ibunya dan di sisi satunya istrinya. Dengan lembut di usapnya punggung Keysha.
“Sabar ya Sha, ibu masih belum sembuh benar, jangan kamu masukkan setiap kata-kata ibu dalam hati,” ujar Yudistira, sembari mengecup kening Keysha, dan mengusap air mata Keysha.
Keysha mengulas senyum tipis, rasa tenang ia rasakan begitu mendapat pelukkan dan kecupan dari Yudistira.
“Aku, tidak peduli dengan yang lain, aku hanya peduli denganmu. Asalkan kamu selalu di sampingku, dan mendukungku itu sudah cukup bagiku,” balas Keysha pelan, seraya merekatkan pelukannya pada tubuh Yudistira.
Ingatan Keysha, kembali di mana tahun ketika dirinya pertama kali bertemu Yudistira. Tahun 2016 di Kota Yogyakarta penuh pesona.Kala itu ia menghabiskan waktu liburan bersama Hanin, sahabat karibnya.
Flasback
Yogyakarta, tahun 2016
“Sha, ayo dong keluar kamar. Lihat bintang dan bulan bersinar terang, apa kamu mau menyia-nyiakan pemandangan yang begitu indah,” seru Hanin yang masih berdiri di depan jendela, ia berucap tanpa menatap ke arah Keysha
“Han, aku capek, seharian lho kita jalan-jalan keliling Yogya. Kita kan masih punya satu hari di kota ini,” ucap Keysha sambil memeluk sebuah bantal yang sangat empuk dan nyaman.
Hanin teman baik Keysha semenjak SMP dan persahabatan mereka berlanjut sampai saat ini walau mereka terpisah selama 3 tahun, karena beda SMA, dan kali ini Kysha dan Hanin memilih universitas yang sama di Jakarta, tapi fakultas yang berbeda. Keysha memilih jurusan ekonomi sedangkan Hanin jurusan hukum. Sengaja 5 hari ini mereka berlibur di Kota Yogya, sebelum memulai perkulihaan yang pastinya menguras waktu dan tenaga.
Tiba–tiba Hanin menarik tangan Keysha sambil berucap, “Ayolah Sha, please cuma satu jam, kita cari makan di dekat hotel, aku tadi tidak selera dengan menu resto hotel.”
Hanin, gadis berambut pendek dan ikal, serta tubuh yang agak lebar terus memaksa Keysha untuk jalan-jalan.
“Ih, Han, kamu seperti anak kecil saja, ya udah, tunggu sebentar aku ganti baju dulu,” ucap Keysha pada Hanin.
Keysha bergegas mengambil celana joger jeans dan hoody warna merah muda lalu bergegas ke kamar mandi setelah selesai ganti baju ia meraih tas slempang kecil.
“Yuk,” ajak kesha pada Hanin yang sedang bermain ponsel.
“Oke, siap.”
Keysha dan Hanin bergegas keluar kamar menuju loby hotel dan keluar hotel. Jam tangannya menunjukkan pukul delapan malam. Semakin malam, semakin ramai. Banyak para wisatawan keluar dari kamar dan jalan-jalan menyusuri trotoar, di sepanjang jalan ada padagang kuliner yang membuat perut keroncongan. Benar kata Hanin jajanan pingir jalan sangat menggugah selera. Keysha dan Hanin masih menyusuri jalan sambil memilih tempat makan yang nyaman. Netra Keysha tertuju pada sebuah kafe kecil dan sederhana, tempatnya sangat nyaman sedikit jauh dari keramaian, di sana juga ada life musiknya.
“Han, kita ke sana yuk.”
“Hayuk, cacing di perutku sudah meronta-ronta minta makan.”
“Uhh, dasar tukang makan.”
Begitulah Hanin, tubuh lebarnya membuatnya selalu lapar. Padahal tadi sudah makan di hotel, masih saja pengen jajan.
Keysha dan Hanin segera menuju kafe RnR. Kafe nama tertera di pintu depan. Suasana ramai, nyaris tidak ada tempat kosong. Mata Keysha diedarkan mencari kursi kosong, sampai seorang pelayan kafe mengejutkannya.
“Maaf Kak, saya bantu cari tempat duduk,” ucap pelayan kafe dengan sangat ramah.
“Oke, terima kasih,” balas Hanin.
mereka pun mengekor pelayan kafe tadi, dan sebuah meja dengan dua kursi ada di hadapan mereka.
“Silakan Kak, duduk dan mau pesan apa?” tanya pelayan tadi.
Hanin dan Keysha membaca lembaran menu, setelah memilih mereka pun sudah menjatuhkan pilihannya.
“Mbak, aku pesan ayam geprek level 30 yang super pedas dan minumnya jus mangga,” ucap Keysha.
“Aku sama deh seperti Keysha, tapi level 10 saja ayam gepreknya,” ucap Hanin.
“Oke Kak, mohon ditunggu, dan silakan menikmati life musik yang sebentar lagi mulai,” balas pelayan resto dengan senyum ramahnya.
“Terima kasih,” ucap Keysha.
Keysha dan Hanin sibuk memainkan ponsel, sambil menuggu pesanan datang. Tiba-tiba sebuah lagu menggema ke seluruh ruangan kafe. Tepuk riuh pengunjung kafe membuat suasana semakin ramai. Sebuah lagu lawas milik Katon Bagaskara yang berjudul Yogyakarta dinyanyikan oleh sang vokalis muda yang tampan, dengan penampilan modis, celana jeans hitam dipadukan dengan kaos warna hitam dan dilengkapi kemeja putih, lengan pendek dengan kancing terbuka, sepatu snikers warna putih, sebagai pelengkap. Suaranya pun mulai menghipnotis seluruh pengunjung kafe.
Seketika Keysha mematikan ponsel dan menaruhnya di meja. ia menikmati setiap lirik dan nada yang dinyanyikan seorang pria muda, dengan wajah tampan, berkulit putih bersih, rambut hitam yang lurus dan disisir rapi, serta kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya, alis tebal dan mata yang teduh. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan pada insannya.
Lamunannya pada vokalis tiba-tiba buyar, ketika seorang pelayan mengantar pesanannya.
“Ini Kak, pesanannya, selamat menikmati,” ucap pelayan.
“Terima kasih ya Mbak,” ucap Keysha, dan buru-buru ia alihkan pandangannya pada vokalis tampan. Seakan ia tidak mau ketinggalan sedetikpun lirik lagu yang dinyanyikan dengan merdu.
Sepuluh menit Keysha menikmati lagu pertama, setelah itu diganti dengan vokalis perempuan. Netranya mencari ke mana pemuda tadi, tapi ia sudah menghilang di balik dinding kafe.
“Sha, kamu mencari siapa?” tanya Hanin ketika melihat Keysha sibuk mengedarkan pandangannya ke ruangan kafe. dengan menyantap ayam geprek.
“Emm, tidak, aku hanya ingin tahu siapa yang melantunkan lagu tadi.”
“Naksir ya.”
“Ihh apaan sih, apa-apa dibilang naksir. Ah sudahlah, aku makan dulu.”
Keysha mulai menyantap ayam geprek super pedas yang ia pesan. Sambil menahan pedas dan panas ia menghabiskan ayam geprek dan nasi putih tanpa tersisa. Setelah itu di tegguknya jus mangga untuk menghilangkan rasa pedas yang memenuhi mulutnya, hingga bibirnya.
Malam semakin larut, Keysha dan Hanin kembali ke hotel. Tapi pikirannya masih melayang pada pemuda tadi, benar–benar membuat ia penasaran. Begitulah Keysha Rahmania, selalu memikirkan pada sesuatu yang membuatnya penasaran dan sedapat mungkin akan ia cari sampai dapat.
“Han, besok malam, kita makan di kafe tadi ya.”
“Siap, asal dibayarin, aku sih oke aja.”
“Emm maunya gratisan.”
Ahh sungguh indah Kota Yogyakarta ini, dari siang jalan–jalan ke pantai, ke museum, ke kraton sungguh puas rasanya dapat menghilangkan lelah dan penat hidup di Kota Jakarta. Apalagi malam harinya, jalanan kota semakin ramai, musisi jalanan ikut andil meramaikan malam menghibur para wisatawan.
Apalagi malam ini, sungguh membuat Keysha merasa menjadi wanita yang beranjak dewasa dan siap menerima rasa cinta dari seseorang. Keysha tersenyum dalam tidurknya, wajah tampan pria berkacamata membuat hati ini berbunga-bunga. Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Siapakah pemuda itu yang mampu menyusup masuk jauh ke dalam hati Keysha.
Hangatnya sinar sang surya menyapa wajahknya, membuat Keysha terbangun. terlihat Hanin masih tertidur. Keysha mencoba bangkit dari tidurnya dan mencari ponsel. Sejak pulang dari kafe semalam, ia belum membuka ponsel dan langsung tertidur.
“Aku taruh di mana ya ponselku, oh masih dalam tas,” gumannya dalam hati sambil mengedarkan pandangan mencari tas slempang kecil. Akhirnya Keysha menemukan tas di atas meja. ia meraih tas dan kucoba mencari ponsel, tapi ia tidak mendapatkannya, kehilangan ponsel sebentar saja rasanya seperti kehilangan kekasih.
“Han, tahu ponselku nggak,” tanya Keysha pada Hanin sambil mengguncang lengannya.
“Ikan hiu makan pepaya, nggak tahu jangan tanya saya,” ucap Hanin, masih menutup matanya dan semakin rekat memeluk bantal.
“Uhh Hanin, ditanya serius malah jawabnya pantun,” gerutu Keysha, ”Aku pinjam ponselmu, mudah-mudahan masih rejeki,” ucap Keysha sambil mengambil ponsel Hanin. Dan aku mencoba menghubungi nomorku terdengar nada tersambung.
“Assalamu’alaikum,“ sahut seorang pria terdengar di seberang telfon.
“Waalaikumsalam, saya pemilik ponsel yang sekarang anda pegang,” jawab Keysha
“Oke, silakan ambil di RnR Kafe,” balas seseorang di seberang telpon.
“Terima kasih.”
Tut..tut suara ponsel di tutup. Keysha merasa lega akhirnya ponselnya ketemu. Setelah selesai mandi ia pun bergegas menuju RnR Kafe tanpa memberitahu Hanin yang masih terlelap tidur. Beberapa menit kemudian sampailah Keysha di RnR kafe. Kafe tampak sepi, ada dua karyawan yang bersih–bersih kucoba mendekat dan bertanya.
“Mbak, aku mau mengambil ponsel yang semalam ketinggalan,” ucap Keysha, pada seorang gadis yang seumuran dengannya.
“Oh, iya Kak, semalam Mas Yudistira, sewaktu beres-beres meja kafe menemukan ponsel. Dan tadi Mas Yudis menitipkan pada saya, karena dia keburu pulang,” ujar pelayan kafe lalu mengambil ponsel milik Keysha ke dalam. Tak lama dia datang dan menyerahkan ponsel yang harganya lumayan mahal itu kepada Keysha.
“Ini Kak ponselnya, lain kali hati-hati. Untung yang menemukan karyawan sendiri, kalau pengunjung lain, kami nggak bisa jamin,” jelas pelayan panjang lebar.
“Terima kasih, ya Mbak, dan ini ada sedikit uang sebagai tanda terima kasih, tolong sampaikan pada Yudistira cleaning service yang menemukan ponselku,” kata Keysha sambil menyodorkan dua lembar uang warna merah.
“Maaf Kak, nggak usah. Mas Yudistira juga nggak mau nerima. Tadi sudah pesan sama saya jangan menerima imbalan,” jawab pelayan kafe.
“Ya sudah Mbak. Sampaikan terima kasihku padanya,” ucap Keysha sambil mengulas senyum.
Belagu atau baik hati, itu yang dipikirkan Keysha tentang pria yang menemukan ponselnya, jaman sekarang akan sulit menemukan orang-orang seperti Yudistira. Keysha segera kembali ke hotel dan ia mendapati Hanin, sudah menyantap menu sarapan dari hotel.
“Ke mana saja Sha?” tanya Hanin dengan mulut penuh nasi.
“Aku, mengambil ponselku yang tertinggal di RnR kafe semalam,” jawab Keysha sambil duduk di kursi depan Hanin. Dan mulai menyantap sarapan dengan menu nasi goreng telur ceplok.
“Han, hari ini kita akan ke mana? ini hari terakhir kita di Yogya, lusa kita sudah masuk kuliah pertama dan resmi berstatus mahasiswa.”
“Aku sudah browsing beberapa tempat, nanti kita akan ke lokasi yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Sebenarnya lokasi ini di luar Kota Yogyakarta lebih tepatnya ada di Sleman dan Magelang.”
“Oke, siap.”
Habis sarapan Keysha dan Hanin langsung menuju tempat yang Hanin sebutkan tadi. Hingga hari menjelang malam, Keysha dan Hanin sampai di hotel. Dan merebahkan tubuh mereka yang kelelahan. Tak terasa Keysha ketiduran, bunyi ponsel membangunkannya, dan terlihat di layar ponsel Risma menelfonnya.
“Mamah, ada apa?” tanya Keysha sambil menguap karena masih kantuk.
“Besok kamu jadi pulang ‘kan! Sudah pesan tiket pesawat?”
“Sudah dong Mah, oleh-oleh buat Mamah dan Papah juga sudah Keysha belikan.”
“Oke, sayang, selamat istirahat.”
Ponsel ditutup Keysha, sambil melihat jam yang tertera di layar ponsel.
“Ya ampun, sudah jam delapan. Hanin, ayuk kita ke kafe RnR!” seru Keysha pada Hanin. Bergegas Keysha membersihkan diri dan berganti baju, terlihat Hanin masih tertidur. Keysha akhirnya memutuskan untuk pergi ke RnR kafe , karena tidak mau ketinggalan life musik. Malam itu Keysha melangkahkan kaki menuju RnR Kafe tanpa Hanin. Dan terlihat life musik sudah mulai tapi ia kecewa karena seseorang yang ia harapkan tidak tampil. Dengan rasa kecewa Keysha akhirnya memesan pizza dan teh chamomile.
“Mbak, vokalis cowok yang pakai kacamata, apakah malam ini akan tampil?” tanyanya pada pelayan kafe yang mengantarkan pesanannya.
“Oo Mas Yudistira, baru saja turun dari panggung. Hari ini Mas Yudistira cuma tampil satu lagu, soalnya satu jam lagi mau terbang ke Jakarta,” jelas pelayan kafe.
Keysha mengerutkan dahinya mendengar nama Yudistira disebut. “Mbak, namanya Yudistira, apa dia juga cleaning service di sini ?” tanyanya penasaran.
“Betul Mbak, jika kafe tutup. Mas Yudistira menjadi cleaning service,” ucap pelayan resto lalu pergi dari hadapan Keysha.
Rasa kecewa menyelimuti diri Keysha. Karena malam ini ia tidak berhasil, bertemu Yudistira sang vokalis dengan suara merdu sekaligus orang yang menemukan ponselnya.
***
Keysha kembali lagi Ke Jakarta, dan mulai perkulihan setelah satu minggu mengikuti Ospek. mahasiswa memulai mengikuti jam mata kuliah.
dilangkahkan kaki menuju gedung fakultas ekonomi. Setelah menyapa beberapa teman ia memasuki kelas, rasanya sungguh menyenangkan. Babak baru perjalanan sebagai mahasiswa kini ia lalui, fakultas ekonomi adalah pilihan Keysha. Setelah ia berdebat dengan Papah yang menginginkanya menjadi seorang dokter, tapi jiwa bisnis mamah lebih kuat mempengaruhi dirinya hingga akhirnya Keysha memilih jurusan ekonomi sebagai penunjang masa depannya.
Keysha duduk di deretan paling depan. Suasana hening ketika seorang dosen datang, Pak Rahmat Dosen akuntansi masuk. Mata Keysha menangkap sosok pria yang mengikuti Pak Rahmat. Dalam hati ia bergumam ”Yudistira.”
“Assalamu’alaikum, selamat pagi,” ucap Pak Rahmat memulai perkenalan.
“Waalaikumsalam,” jawab semua mahasiswa hampir bersamaan.
“Kalian sudah tahu ‘kan, saya Pak Rahmat yang mengampu mata kuliah akuntansi. Dan beberapa hari ini, saya ada seminar di Bandung, jadi untuk sementara perkuliahan saya wakilkan pada asisten saya, namanya Yudistira, mahasiswa semester 5,” jelas Pak Rahmat dan setelah itu Pak Rahmat pergi meninggalkan kelas.
Yudistira berdiri tepat di depan Keysha. Keysha melihat dengan jelas wajah dengan mata teduh itu semakin berwibawa dengan kemeja warna hijau tua dan celana kain warna hitam.
Sekitar dua jam Yudistira mengajar mata kuliah akuntansi. Dengan cekatan dan penjelasan yang tepat mudah dipahami. Keysha pribadi semakin mengagumi sosok Yudistira. Mengenalnya sebagai cleaning service, vokalis, dan kini asisten dosen membuatnya lebih penasaran untuk mendekati Yudistira.
“Pak Yudistira.” Panggil Keysha ketika selesai jam kuliah, Keysha berlari kecil mengejar langkahnya yang lebar, pria itu pun berhenti dan menoleh ke arahnya.
“Ada yang bisa saya bantu,” ucap Yudistira dengan suara pelan tapi tegas.
“Tidak Pak, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih.”
“Terima kasih, untuk apa?” tanya Yudistira dengan mengerutkan dahinya.
“Untuk ini,” ucap Keysha sambil menujukkan ponselnya.
Yudistira mengulas senyum tipis dan berucap,” Jadi ponsel itu milikmu.”
“Iya, dan sebagai ucapan terima kasih, aku harus mentraktir Bapak.”
“Emm Oke, boleh, rejeki tidak boleh ditolak ‘kan.”
Keysha tidak menyangka Yudistira akan memenuhi permintaannya. Senyum Keysha langsung mengembang.
“Nanti malam aku tunggu di kafe….” Belum sempat Keysha menyebutkan nama kafe, sudah dipotong.
“Di kafe Alamanda, jam delapan,” ucap Yudistira, sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Keysha.
Mulai hari itu, Keysha merasa telah jatuh hati pada pria bernama Yudistira.
Lamunan Keysha membuyar, ketika dering ponsel berbunyi nyaring, segera diraihnya ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur.
“Papa,” batin Keysha ketika melihat layar ponsel.
“Assalamu’alaikum, Pa,” sapa Keysha.
“Waalaikumsalam, Keysha, kapan kamu kembali ke rumah, Papa ingin, kamu tinggal di rumah papa!” pinta Rama, di seberang telpon.
“Maaf Pa, saat ini Keysha, ada di Yogya,” balas Keysha pelan.
“Jangan buang harimu dengan hal yang tidak penting, ada tawaran pekerjaan dari perusahan besar untukmu, besok pulang, papa tunggu kamu di rumah!” peritah Rama.
“Tapi...,”
Tut!...tut!... sambungan telpon di putus Rama. Tanda Keysha harus menututi perintah Rama.
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,