Share

Mengenang Ketika Cinta Hadir

Yudistira tidak bisa berbuat apa pun, dia merasa berdiri di dua persimpangan, di sisi lain, ibunya dan di sisi satunya istrinya. Dengan lembut di usapnya punggung Keysha.

“Sabar ya Sha, ibu masih belum sembuh benar, jangan kamu masukkan setiap kata-kata ibu dalam hati,” ujar Yudistira, sembari mengecup kening Keysha, dan mengusap air mata Keysha.

Keysha mengulas senyum tipis, rasa tenang ia rasakan begitu mendapat pelukkan dan kecupan dari Yudistira. 

“Aku, tidak peduli dengan yang lain, aku hanya peduli denganmu. Asalkan kamu selalu di sampingku, dan mendukungku itu sudah cukup bagiku,” balas Keysha pelan, seraya merekatkan pelukannya pada tubuh Yudistira. 

Ingatan Keysha, kembali di mana tahun ketika dirinya pertama kali bertemu Yudistira. Tahun 2016 di Kota Yogyakarta penuh pesona.Kala itu ia menghabiskan waktu liburan bersama Hanin, sahabat karibnya.

Flasback

Yogyakarta, tahun 2016 

“Sha, ayo dong keluar kamar. Lihat bintang dan bulan bersinar terang, apa kamu mau menyia-nyiakan pemandangan yang begitu indah,” seru Hanin yang masih berdiri di depan jendela, ia berucap tanpa menatap ke arah Keysha

“Han, aku capek, seharian lho kita jalan-jalan keliling Yogya. Kita kan masih punya satu hari di kota ini,” ucap Keysha  sambil memeluk sebuah bantal yang sangat empuk dan nyaman.

Hanin teman baik Keysha semenjak SMP dan persahabatan mereka berlanjut sampai saat ini walau mereka terpisah selama 3 tahun, karena beda SMA, dan kali ini Kysha dan Hanin memilih universitas yang sama di Jakarta, tapi fakultas yang berbeda.  Keysha memilih jurusan ekonomi sedangkan Hanin jurusan hukum. Sengaja 5 hari ini mereka berlibur di Kota Yogya, sebelum memulai perkulihaan yang pastinya menguras waktu dan tenaga.

Tiba–tiba Hanin menarik tangan Keysha sambil berucap, “Ayolah Sha, please cuma satu jam, kita cari makan di dekat hotel, aku tadi tidak selera dengan menu resto hotel.”

Hanin, gadis berambut pendek dan ikal, serta tubuh yang agak lebar terus memaksa Keysha untuk jalan-jalan.

“Ih, Han, kamu seperti anak kecil saja, ya udah, tunggu sebentar aku ganti baju dulu,” ucap Keysha pada Hanin.

Keysha bergegas mengambil celana joger jeans dan  hoody warna merah muda lalu bergegas ke kamar mandi setelah selesai ganti baju ia meraih tas slempang kecil.

“Yuk,” ajak kesha pada Hanin yang sedang bermain ponsel.

“Oke, siap.”

Keysha dan Hanin bergegas keluar kamar menuju loby hotel dan keluar hotel. Jam tangannya menunjukkan  pukul delapan malam. Semakin malam, semakin ramai. Banyak para wisatawan keluar dari kamar dan jalan-jalan menyusuri trotoar, di sepanjang jalan ada padagang kuliner yang membuat perut keroncongan. Benar kata Hanin jajanan pingir jalan sangat menggugah selera. Keysha dan Hanin masih menyusuri jalan sambil memilih tempat makan yang nyaman. Netra Keysha tertuju pada sebuah kafe kecil dan sederhana, tempatnya sangat nyaman sedikit jauh dari keramaian, di sana juga ada life musiknya.

“Han, kita ke sana yuk.”

“Hayuk, cacing di perutku sudah meronta-ronta minta makan.”

“Uhh, dasar tukang makan.”

Begitulah Hanin, tubuh lebarnya membuatnya selalu lapar. Padahal tadi sudah makan di hotel, masih saja pengen jajan.

Keysha dan Hanin segera menuju kafe RnR. Kafe nama tertera di pintu depan. Suasana ramai, nyaris tidak ada tempat kosong. Mata Keysha diedarkan mencari kursi kosong, sampai seorang pelayan kafe mengejutkannya.

“Maaf Kak, saya bantu cari tempat duduk,” ucap pelayan kafe dengan sangat ramah.

“Oke, terima kasih, balas Hanin.

mereka pun mengekor pelayan kafe tadi, dan sebuah meja dengan dua kursi ada di hadapan mereka.

“Silakan Kak,  duduk dan mau pesan apa?” tanya pelayan tadi.

Hanin dan Keysha membaca lembaran menu, setelah memilih mereka pun sudah menjatuhkan pilihannya.

“Mbak, aku pesan ayam geprek level 30 yang super pedas dan minumnya jus mangga,” ucap Keysha. 

 “Aku sama deh seperti Keysha, tapi level 10 saja ayam gepreknya,” ucap Hanin.

“Oke Kak, mohon ditunggu, dan silakan menikmati life musik yang sebentar lagi mulai,” balas pelayan resto dengan senyum ramahnya.

“Terima kasih,” ucap Keysha.

Keysha dan Hanin sibuk memainkan ponsel, sambil menuggu pesanan datang. Tiba-tiba sebuah lagu menggema ke seluruh ruangan kafe. Tepuk riuh pengunjung kafe membuat suasana semakin ramai. Sebuah lagu lawas milik Katon Bagaskara yang berjudul Yogyakarta dinyanyikan oleh sang vokalis muda yang tampan, dengan penampilan modis, celana jeans hitam dipadukan dengan kaos warna hitam dan dilengkapi kemeja putih, lengan pendek dengan kancing terbuka, sepatu snikers warna putih, sebagai pelengkap. Suaranya pun mulai menghipnotis seluruh pengunjung kafe.

Seketika Keysha mematikan ponsel dan menaruhnya di meja. ia menikmati setiap lirik dan nada yang dinyanyikan seorang pria muda, dengan wajah tampan, berkulit putih bersih, rambut hitam yang lurus dan disisir rapi, serta kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya, alis tebal dan mata yang teduh. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan pada insannya.

Lamunannya pada vokalis tiba-tiba buyar, ketika seorang pelayan mengantar pesanannya.

“Ini  Kak, pesanannya, selamat menikmati,” ucap pelayan.

“Terima kasih ya Mbak,” ucap Keysha, dan buru-buru ia alihkan pandangannya pada vokalis tampan. Seakan ia tidak mau ketinggalan sedetikpun lirik lagu yang dinyanyikan dengan merdu.

Sepuluh menit Keysha menikmati lagu pertama, setelah itu diganti dengan vokalis perempuan. Netranya mencari ke mana pemuda tadi, tapi ia sudah menghilang di balik dinding kafe.

“Sha, kamu mencari siapa?” tanya Hanin ketika melihat Keysha sibuk mengedarkan pandangannya ke ruangan kafe. dengan menyantap ayam geprek.

“Emm, tidak, aku hanya ingin tahu siapa yang melantunkan lagu tadi.”

“Naksir ya.” 

“Ihh apaan sih, apa-apa dibilang naksir. Ah sudahlah, aku makan dulu.”

Keysha mulai menyantap ayam geprek super pedas yang ia pesan. Sambil menahan pedas dan panas ia menghabiskan ayam geprek dan nasi putih tanpa tersisa. Setelah itu di tegguknya  jus mangga untuk menghilangkan rasa pedas yang memenuhi mulutnya, hingga bibirnya.

Malam semakin larut, Keysha dan Hanin kembali ke hotel. Tapi pikirannya masih melayang pada pemuda tadi, benar–benar membuat ia penasaran. Begitulah  Keysha Rahmania, selalu memikirkan pada sesuatu yang membuatnya penasaran dan sedapat mungkin akan ia cari sampai dapat.

“Han, besok malam, kita makan di kafe tadi ya.”

“Siap, asal dibayarin, aku sih oke aja.”

“Emm maunya gratisan.”

Ahh sungguh indah Kota Yogyakarta ini, dari siang jalan–jalan ke pantai, ke museum, ke kraton sungguh puas rasanya dapat menghilangkan lelah dan penat hidup di Kota Jakarta. Apalagi malam harinya, jalanan kota semakin ramai, musisi jalanan ikut andil meramaikan malam menghibur para wisatawan.

Apalagi malam ini, sungguh membuat Keysha merasa menjadi wanita yang beranjak dewasa dan siap menerima rasa cinta dari seseorang. Keysha tersenyum dalam tidurknya, wajah tampan pria berkacamata membuat hati ini berbunga-bunga. Apakah seperti ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.  Siapakah pemuda itu yang mampu menyusup masuk jauh ke dalam hati Keysha.

Hangatnya sinar sang surya menyapa wajahknya, membuat Keysha terbangun. terlihat Hanin masih tertidur.  Keysha mencoba bangkit dari tidurnya dan mencari ponsel. Sejak pulang dari kafe semalam, ia belum membuka ponsel dan langsung tertidur.

“Aku taruh di mana ya ponselku, oh masih dalam tas,” gumannya dalam hati sambil mengedarkan pandangan mencari tas slempang kecil. Akhirnya Keysha menemukan tas di atas meja. ia meraih  tas dan kucoba mencari ponsel, tapi ia tidak mendapatkannya, kehilangan ponsel sebentar saja rasanya seperti kehilangan kekasih.

“Han, tahu ponselku nggak,” tanya Keysha pada Hanin sambil mengguncang lengannya.

“Ikan hiu makan pepaya, nggak tahu jangan tanya saya,” ucap Hanin, masih menutup matanya dan semakin rekat memeluk bantal.

“Uhh Hanin, ditanya serius malah jawabnya pantun,” gerutu Keysha, ”Aku pinjam ponselmu, mudah-mudahan masih rejeki,” ucap Keysha sambil mengambil ponsel Hanin. Dan aku mencoba menghubungi nomorku terdengar nada tersambung.

“Assalamu’alaikum,“ sahut seorang pria terdengar di seberang telfon.

“Waalaikumsalam, saya pemilik ponsel yang sekarang anda pegang,” jawab Keysha

“Oke, silakan ambil di RnR Kafe,” balas seseorang di seberang telpon.

“Terima kasih.”

Tut..tut suara ponsel di tutup. Keysha merasa lega akhirnya ponselnya ketemu. Setelah selesai mandi ia pun  bergegas menuju  RnR Kafe tanpa memberitahu Hanin yang masih terlelap tidur. Beberapa menit kemudian sampailah Keysha di  RnR kafe. Kafe tampak sepi, ada dua karyawan yang bersih–bersih kucoba mendekat dan bertanya.

“Mbak, aku mau mengambil ponsel yang semalam ketinggalan,” ucap Keysha, pada seorang gadis yang seumuran dengannya.

“Oh, iya Kak, semalam Mas Yudistira, sewaktu beres-beres meja kafe menemukan ponsel. Dan tadi Mas Yudis menitipkan pada saya, karena dia keburu pulang,” ujar pelayan kafe lalu mengambil ponsel milik Keysha ke dalam. Tak lama dia datang dan menyerahkan ponsel yang harganya lumayan mahal itu kepada Keysha.

“Ini Kak ponselnya, lain kali hati-hati. Untung yang menemukan karyawan sendiri, kalau pengunjung lain, kami nggak bisa jamin,” jelas pelayan panjang lebar.

“Terima kasih, ya Mbak, dan ini ada sedikit uang sebagai tanda terima kasih, tolong sampaikan pada Yudistira cleaning service yang menemukan ponselku,” kata Keysha sambil menyodorkan dua lembar uang warna merah. 

“Maaf Kak, nggak usah. Mas Yudistira juga nggak mau nerima. Tadi sudah pesan sama saya jangan menerima imbalan,” jawab pelayan kafe.

“Ya sudah Mbak. Sampaikan terima kasihku padanya,” ucap Keysha sambil mengulas senyum.

Belagu atau baik hati, itu yang  dipikirkan Keysha tentang pria yang menemukan ponselnya, jaman sekarang akan sulit menemukan orang-orang seperti Yudistira. Keysha segera kembali ke hotel dan  ia mendapati Hanin, sudah menyantap menu sarapan dari hotel.

“Ke mana saja  Sha?” tanya Hanin dengan mulut penuh nasi.

“Aku, mengambil ponselku yang tertinggal di RnR kafe semalam,” jawab Keysha sambil duduk di kursi depan Hanin. Dan mulai menyantap sarapan dengan menu nasi goreng telur ceplok.

“Han, hari ini kita akan ke mana? ini hari terakhir kita di Yogya, lusa kita sudah masuk kuliah pertama dan resmi berstatus mahasiswa.” 

“Aku sudah browsing beberapa tempat, nanti kita akan ke lokasi yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Sebenarnya lokasi ini di luar Kota Yogyakarta lebih tepatnya ada di Sleman dan  Magelang.”

“Oke, siap.” 

Habis sarapan Keysha dan Hanin langsung menuju tempat yang Hanin sebutkan tadi. Hingga hari menjelang  malam, Keysha dan Hanin sampai di hotel. Dan merebahkan tubuh mereka yang kelelahan. Tak terasa Keysha ketiduran, bunyi ponsel membangunkannya, dan terlihat di layar ponsel Risma menelfonnya.

“Mamah, ada apa?” tanya Keysha  sambil menguap karena masih kantuk.

“Besok kamu jadi pulang kan! Sudah pesan tiket pesawat?”

“Sudah dong Mah, oleh-oleh buat Mamah dan Papah juga sudah  Keysha belikan.”

“Oke, sayang, selamat istirahat.”

Ponsel ditutup Keysha, sambil melihat jam yang tertera di layar ponsel. 

“Ya ampun, sudah jam delapan. Hanin, ayuk kita ke kafe RnR!” seru Keysha pada Hanin. Bergegas  Keysha membersihkan diri dan berganti baju, terlihat Hanin masih tertidur. Keysha akhirnya memutuskan untuk pergi ke RnR kafe , karena tidak mau   ketinggalan life musik. Malam itu Keysha melangkahkan kaki menuju RnR Kafe tanpa Hanin. Dan terlihat life musik sudah mulai  tapi ia kecewa karena seseorang yang ia harapkan tidak tampil. Dengan rasa kecewa Keysha akhirnya memesan pizza dan teh chamomile.

“Mbak, vokalis cowok yang pakai kacamata, apakah malam ini akan tampil?” tanyanya pada pelayan kafe yang mengantarkan pesanannya.

“Oo Mas Yudistira, baru saja turun dari panggung. Hari ini Mas Yudistira cuma tampil satu lagu, soalnya satu jam lagi mau terbang ke Jakarta,” jelas pelayan kafe.

Keysha mengerutkan dahinya mendengar nama Yudistira disebut. “Mbak, namanya Yudistira, apa dia juga cleaning service di sini ?” tanyanya penasaran.

“Betul Mbak, jika kafe tutup. Mas Yudistira menjadi cleaning service,” ucap pelayan resto lalu pergi dari hadapan Keysha.

Rasa kecewa menyelimuti diri Keysha. Karena malam ini ia tidak berhasil, bertemu Yudistira sang vokalis dengan suara merdu sekaligus orang yang menemukan ponselnya

***

Keysha kembali lagi Ke Jakarta, dan mulai perkulihan setelah satu minggu mengikuti Ospek.  mahasiswa memulai mengikuti jam mata kuliah.

dilangkahkan kaki menuju gedung fakultas ekonomi. Setelah menyapa beberapa teman ia memasuki kelas, rasanya sungguh menyenangkan. Babak baru perjalanan sebagai mahasiswa kini ia lalui, fakultas ekonomi adalah pilihan Keysha. Setelah ia berdebat dengan Papah yang menginginkanya menjadi seorang dokter, tapi jiwa bisnis mamah lebih kuat mempengaruhi dirinya hingga akhirnya Keysha memilih jurusan ekonomi sebagai penunjang masa depannya.

Keysha duduk di deretan paling depan. Suasana hening ketika seorang dosen datang, Pak Rahmat Dosen akuntansi masuk. Mata Keysha menangkap sosok  pria yang mengikuti Pak Rahmat. Dalam hati ia bergumam ”Yudistira.”

“Assalamu’alaikum, selamat pagi,” ucap Pak Rahmat memulai perkenalan.

“Waalaikumsalam,” jawab semua mahasiswa hampir bersamaan.

“Kalian sudah tahu kan, saya Pak Rahmat yang mengampu mata kuliah akuntansi. Dan beberapa hari ini, saya ada seminar di Bandung, jadi untuk sementara perkuliahan saya wakilkan pada asisten saya, namanya Yudistira, mahasiswa  semester 5,” jelas Pak Rahmat dan setelah itu Pak Rahmat pergi meninggalkan kelas.

Yudistira berdiri tepat di depan Keysha Keysha melihat dengan jelas wajah dengan mata teduh itu semakin berwibawa dengan kemeja warna hijau tua dan celana kain warna hitam.

Sekitar  dua jam  Yudistira mengajar mata kuliah akuntansi. Dengan cekatan dan penjelasan yang tepat mudah  dipahami. Keysha pribadi semakin mengagumi sosok Yudistira. Mengenalnya sebagai cleaning service, vokalis, dan kini asisten dosen membuatnya lebih penasaran untuk mendekati Yudistira.

“Pak Yudistira.” Panggil Keysha ketika selesai jam kuliah, Keysha berlari kecil mengejar langkahnya yang lebar, pria itu pun berhenti dan menoleh ke arahnya.

“Ada yang bisa saya bantu,” ucap Yudistira dengan suara pelan tapi tegas.

“Tidak Pak, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih.”

“Terima kasih, untuk apa?” tanya Yudistira dengan mengerutkan dahinya.

“Untuk ini,” ucap Keysha sambil menujukkan ponselnya.

Yudistira mengulas senyum tipis dan berucap,” Jadi ponsel itu milikmu.”

“Iya, dan sebagai ucapan terima kasih, aku harus mentraktir Bapak.”

“Emm Oke, boleh, rejeki tidak boleh ditolak kan.”

Keysha tidak menyangka Yudistira akan memenuhi permintaannya. Senyum Keysha langsung mengembang. 

“Nanti malam aku tunggu di kafe….” Belum sempat Keysha menyebutkan nama kafe, sudah dipotong.

“Di kafe Alamanda, jam delapan,” ucap Yudistira, sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Keysha.

Mulai hari itu, Keysha merasa telah jatuh hati pada pria bernama Yudistira.

Lamunan Keysha membuyar, ketika dering ponsel berbunyi nyaring, segera diraihnya ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur.

“Papa,” batin Keysha ketika melihat layar ponsel.

“Assalamu’alaikum, Pa,” sapa Keysha.

“Waalaikumsalam, Keysha, kapan kamu kembali ke rumah, Papa ingin, kamu tinggal di rumah papa!” pinta Rama, di seberang telpon.

“Maaf Pa, saat ini Keysha, ada di Yogya,” balas Keysha pelan.

“Jangan buang harimu dengan hal yang tidak penting, ada tawaran pekerjaan  dari perusahan besar untukmu, besok pulang, papa tunggu kamu di rumah!” peritah Rama.

“Tapi...,”

Tut!...tut!... sambungan telpon di putus Rama. Tanda Keysha harus menututi perintah Rama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status