Share

Balasan untuk ipar tak tahu diri.

“Ibu, kok, gitu, sih! Ibu bilang kita harus menghormati tamu sekalipun itu musuh kita,” protes Mbak Dwi.

“Ibu, paham. Hanya saja Ibu merasa tamu kali ini berbeda. Bukankah kita sudah menjamunya. Rumah ini sempit tidak bisa lagi menampung orang lain,” jawab ibu dengan santainya.

“Kan, ada kamar Naila, aku sama Mas Rudi dan anak-anak bisa di kamar belakang. Enggak enak loh, Bu, Rania sudah bawa oleh-oleh banyak gini untuk kita. Weh ... kok, malah kita usir,” kata Mbak Dwi lagi.

“Kamar Naila mau Ibu tempati. Sudah jangan banyak bantah. Ibu tidak suka dibantah. Silakan pergi Mbak Rania! Kami semua mau istirahat,” usir ibu lagi. Rania dan Mas Bayu terlihat sangat kesal sekali, tapi Mas Bayu tidak bisa berkutik.

“Ibu, jahat ih!” Mbak Dwi masih saja berisik.

“Kamu sekalian pergi juga Mbak, aku juga tidak mengizinkan kamu dan keluargamu tinggal di sini. Sana pulang! Punya rumah kok, senangnya jadi benalu di rumah orang lain,” sahutku.

“Eeh ... kurang ajar ya, kamu! Ini rumah adikku, jadi ters
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status