Share

AYAM GORENG

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-09-04 19:46:24

Tak terasa waktu menanjak menuju sore. Aslena mulai merajuk meminta sesuatu yang membuat Fariha kebingungan.

“Harus izin Papa dulu kalau mau makan di luar. Kita pesen online aja pizzanya.”

Fahira mencari kata agar Aslena menghentikan keinginannya jalan-jalan ke mall untuk makan pizza. Ditawarkan beberapa alternatif, tetapi putri kecil itu tetap kukuh dengan keinginannya.

“Papa pasti ngizinin. Aku udah lama pengen makan pizza di luar, tapi Papa selalu gak bisa nemenin. Pulangnya malem aja.”

Kembali, gadis kecil itu muram. Luluh juga hati Fahira melihat kemuraman di wajah putih itu.

“Yaudah kita telpon Papa dulu, ya?” bujuk Fahira.

“Iya, kah? Asiiik!” seru Aslena.

Refleks Aslena merangkul Fahira, menciumi kedua pipinya. Gadis itu tersenyum, dibalas ciuman itu dengan gemas. Hari ini dia serasa menjadi seorang ibu sesungguhnya.

Fahira menghirup udara dalam-dalam sebelum menelpon papa Aslena. Satu tangan mengelus dada untuk menghilangkan detak-detak yang entah apa namanya. Setelah panggilan ketiga barulah Reynan mengangkatnya.

**

Lepas mengucap salam, gadis itu menyampaikan maksudnya. Ditata suara agar tak terdengar getaran di sana.

“Aduh, Aslena jadi merepotkan, ya? Maaf, Ibu.” Suara bariton itu entah kenapa terdengar merdu. Sampai-sampai ia pun tersihir dibuatnya.

“Saya juga kebetulan mau belanja, jadi tidak masalah, Pak.”

Fahira bingung sendiri mengapa sampai mengucap kata-kata tersebut. Kegrogian telah membuatnya berkata di luar kendali ternyata.

Satu hal lagi yang membuatnya tak enak ketika Reynan memaksa memberitahu nomor rekening. Pria itu tak mau membebani dirinya soal materi. Namun, setelah debat yang cukup alot, Fahira berhasil meyakinkan bahwa ini adalah hadiah untuk Aslena.

Sepanjang mall, Aslena menarik tangan guru kesayangannya. Hanya butuh lima menit untuk sampai ke counter pizza hut.

Mereka duduk di meja baris kedua dari depan. Selanjutnya memesan pizza ukuran sedang untuk berdua. Tak lupa memesan tiga lagi untuk Reynan dan orang tua Fahira.

“Aslena suka?”

“Suka banget!” jawabnya sambil mengacungkan ibu jarinya. Sementara mulut dipenuhi potongan pizza. Fahira tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan itu.

Di tengah asyiknya makan, seseorang menghampiri mereka. Detak jantung Fariha seakan melambat menyadari Reynan telah berdiri di depannya.

“Papa!”

Aslena kaget campur bahagia mendapati kehadiran papanya. Ditunda suapan pizza menuju mulutnya.

“Sayang.”

Reynan memeluk dan mencium putrinya berulang-ulang. Setelah puas melepas rindu, dia langsung menarik kursi tepat di hadapan guru muda yang hatinya tengah tak karuan.

“Maaf, merepotkan Ibu seharian ini. Saya sangat, sangat berterima kasih atas semuanya,” tutur pria pemilik senyum menawan itu.

“Aslena sangat baik, tidak merepotkan sama sekali. Saya malah terhibur seharian ini.”

Sekuat mungkin, Fahira menahan suaranya agar tak ada getaran. Reynan menatapnya dalam, melemparkan senyuman yang memantik getaran tersendiri di diri gadis itu. Lepas lima detik dipalingkan pandangan.

Sepanjang kebersamaan itu, Aslena tak henti menceritakan berbagai kegiatan di rumah Fahira. Sesekali dia tertawa kala mengingat kelucuan yang tercipta.

“Wah, hebat. Nanti bikinin ayam goreng buat Papa, ya.”

Reynan mencubit gemas pipi putrinya yang terlihat lebih menggembung akibat mulut penuh makanan.

“Aku belum bisa, 'kan Cuma bantuin aja. Bu Guru aja yang bikin. Enak banget, Pah! Ibu boleh gak Papa makan ayam goreng buatan Ibu?”

Fahira tersedak mendengar ungkapan polos muridnya. Refleks Reynan menyodorkan minum, kecemasan terlihat di sorot sendu itu.

“Ibu gak apa-apa?”

Guru muda itu masih saja terbatuk, sampai-sampai Aslena memeluk tangannya.

“Ibu sakit, ya. Maafin aku.”

Setelah batuk terhenti Fahira membalas pelukan gadis kecil itu. Reynan seolah dejavu, keadaan ini mirip dengan kejadian saat istrinya terbatuk di sebuah restoran. Hatinya bergetar melihat pemandangan di depannya. Kenangan almarhumah kembali terlintas di ruang angan.

“Ibu gakpapa. Jangan nangis, ah. Nanti cantiknya ilang,” ungkap Fahira.

Lembut, Fahira mengusap rinai yang telah membasahi pipi putih kemerahan itu.

“Bolehkan Papa makan ayam goreng buatan Ibu?”

Gadis itu mengangguk. Sekali lagi dikecup kening putri mungil yang makin ia cintai. Saat mengarahkan kembali pandangan ke depan, matanya langsung bertemu dengan tatapan hangat pria itu. Sorotannya menelusupkan getaran yang mulai mengguncangkan pertahanan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status